Darwin Bahar wrote:
Malah yang saya tahu, Nabi pernah melarang seorang sahabat mengeraskan
bacaan Al-Quran di dalam masjid karena bisa mengganggu sahabat lain
yang sedang bertafkur atau larangan Nabi untuk membaca doa keras-keras
karena Tuhan yang kita sembah bukanlah Tuhan yang tuli.
Dari Abu Sa'id ia berkata:
''Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah i'tikaf di masjid, lalu
beliau mendengar (sebagian sahabat) mengeraskan bacaan (mereka), maka
beliau membuka tabir (kemahnya) dn beliau bersabda: 'Ketahuilah!
Sesungguhnya tiap-tiap kamu itu bermunajat (berbisik) kepada Tuhannya,
oleh karena itu janganlah sebagian kamu mengganggu kepada sebagian yang
lain dan janganlah sebagian kamu mengeraskan bacaannya kepada sebagian
yang lain'' (HR. Abu Dawud)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman (yang artinya):
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
(QS. al-A'raaf 7:55)
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS.
al-A'raaf 7:205)
Tetapi yang lebih hakiki bagi saya, sikap yang melakukan sesuatu yang
kita suka karena kita mayoritas, bukan sikap yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam.
Setuju, Pak, bahwa kehendak mayoritas belum tentu yang sepatutnya. Namun
jangan sampai juga karena 'sungkan' terhadap kepentingan non-Muslim kita
jadi tawar-menawar.
Allahu a'lam.
Wassalaamu 'alaikum,
--
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1980M/1400H)
_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________