Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu, Merenung disuruh pula oleh Allah subhaanahu wa taa'aala. Banyaklah merenung, coba hitung sedang dimana awak berada kini, sudah berapa jauh awak melangkah, kemana langkah sedang dihadapkan, berapa langkah lagi sanggup kaki berjalan. Yaa ayyuhallatziina aamanuu ttaqullaahi wal tanzhur nafsun maa qaddamat lighadin, wattaqullaaha, innallaaha khabiirun bimaa ta'maluun. Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (hari akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan. (al Hasyr (59) : 18). Hitung-hitunglah. Hari demi hari yang telah awak lalui. Apa saja isinya. Mana yang banyak, berisi kepatuhankah atau kedurhakaan? Mulai dari hari ini. Jam berapa awak bangun tadi pagi, subuh tadi. Lalu adakah awak segera bersiap-siap, membersihkan diri awak untuk sujud kepada Nya? Atau sebaliknya awak terlena dibawa mimpi karena..... semalam terlambat masuk peraduan karena.... filem di teve rancak? Kalau ada awak bersiap-siap segera setelah bangun subuh tadi, adakah awak melangkah menuju arah datangnya panggilan azan subuh setelah itu? Kalau ada pula, adakah awak berusaha khusyuk dalam shalat awak tadi itu? Lalu? Lalu sesudah awak selesai dengan rangkaian shalat subuh, adakah awak banyak bermunajat, memohon kepadaNya ampunanNya, keridhaanNya, bimbinganNya. Lalu setelah itu awak melangkah balik ke rumah. Apa yang awak lakukan sesudah sampai kembali dirumah? Menyalakan teve? Atau menyeruput kopi? Mengunyah kue penganan yang disajikan istri? Adakah awak syukuri kopi dan penganan itu? Adakah awak baca bismillah tatkala akan memakannya? Atau awak langsung saja menyeruputnya, keenakan? Merasa bahwa itu sah-sah saja? Tidak ada sedikitpun awak merasa bersyukur bahwa ianya adalah nikmat Sang Pemberi Nikmat? Lalu sesudah itu? Gatal juga tangan awak menyalakan teve, kotak ajaib yang sumber segala macam itu. Yang awak tonton adalah kuliyah subuh, pengajian yang dibawakan oleh ustad kondang. Betul yang disampaikannya. Quran dan hadits yang dibacanya. Tapi setiap lima menit sekali ada jedah acara. Muncul orang berjojo obat batuk, seorang wanita yang memperagakan tubuhnya menganjurkan awak memilih obat batuk anu. Muncul orang berjojo kue anu, seorang wanita yang memperagakan tubuhnya dan suaranya menirukan enak dan gurihnya kue srikaya bikinan pabrik anu. Awak menonton saja. Melihat saja. Dibalik hati awak entah yang sebelah mana tergumam juga, sedikit....jauh sekali di dalam.....nyaris tak terdengar...... 'Cantik si penjojo kue srikaya tadi.....' Adakah awak merasa bahwa inipun sebuah urusan? Sebuah kejadian yang harus awak hitung? Termasuk kategori amalan shaliahkah ia atau amalan yang salah? Hitunglah terus....
Hitung juga hari kepetang dengan cara yang sama. Sejak pagi subuh sampai awak masuk ke peraduan tadi malam. Berapa yang termasuk 'elok' yang telah awak kerjakan dan berapa yang termasuk 'tidak elok' yang awak perbuat? Dan hari-hari sebelum kepetang, hari-hari karib kepetang, hari-hari karibnya karib kepetang. Dan hari setahun yang lalu. Dan hari sepuluh tahun yang lalu. Ketika awak masih gagah muda mentah. Ketika awak masih memacit. Ketika awak masih orang berpangkat. Urut terus ke atas. Ke masa kanak-kanak. Yang baru seperti kemarin saja itu. Ketika awak berlari berkejar-kejaran bergembira ria. Ketika awak main galah asin. Atau ketika awak beradu kaki di permainan bola sepak di tanah lapang. Atau ketika awak sudah mulai tumbuh jakun-jakun, suara awak sudah mulai mengketutus berubah. Ketika awak mulai kenal dengan ehm...ehm... kawan wanita awak yang cantik. Ketika awak mulai kenai hati? Ketika awak mulai pandai 'berintaian'? Sudah berapa lamakah itu? Sudah berapa jarak waktunya ke keadaan awak sekarang? Walaupun mungkin akan pecah kepala awak kalaulah harus pula menguraikan satu persatu setiap gerak langkah yang awak perbuat hari demi hari sejak masa seisuk itu, paling tidak pasti ada tonggak-tonggak sejarah hidup awak disana. Tentulah masih akan segar juga dalam ingatan ketika pertama kali awak mulai kenai hati. Ketika pertama kali menulis surat cinta........ Yang ternyata sudah sekian tahun yang lalu. Maka didalam rentang waktu yang sekian itu, cobalah jujur-jujur saja dengan diri awak sendiri, untuk kepentingan diri awak sendiri, mana yang banyak antara kerja yang kira-kira baik dimata Allah yang sudah awak lakukan untuk dibandingkan dengan kerja yang tidak baik dimata Allah yang telah awak lakukan. Wal tanzhur nafsun maa qaddamat lighadin.... Lalu sesudah itu sadari pulalah wahai diri..... Berapa lagi sisa jatah awak.... berapa hari lagi awak akan bertahan... Adakah awak tahu? Bukankah mungkin saja nanti malam, atau besok pagi atau lusa atau pekan depan awak dipanggilNya. Sudahkah awak siap. Untuk datang menghadap kepadaNya. Apa yang akan awak bawa? Dia tidak akan menanyakan berapa kekayaan awak, karena kekayaan awak itu Dia yang punya dan tidak ada gunanya bagiNya. Dia tidak akan menanyakan berapa orang anak istri awak karena semua itu Dia yang punya. Dia hanya akan menanyakan berapa banyak amalan awak yang sesuai dengan yang diperintahkanNya telah awak lakukan. Kalau ada itupun adalah untuk awak juga kembali. Wahai diri...... Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan. Merenunglah wahai diri. Merenunglah dihari ketika umurmu bertambah, padahal sejatinya jatah hidupmu semakin berkurang. Banyak-banyaklah merenung. Banyak-banyaklah menghitung. Ya Allah jadikanlah diri ini termasuk hambaMu yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang telah Engkau berikan. Ampuni ya Allah segala dosa dan kekhilafan hari-hari hamba yang terdahulu. Tunjuki ya Allah hamba kejalan Mu yang lurus. Teguhkanlah ya Allah keimanan hamba kepadaMu dan matikanlah hamba pada waktunya seperti matinya orang-orang yang Engkau ridhai. Amiin ya Allah, ya rabbul 'alaamiin. Wassalaamu'alaikum, Lembang Alam Website http://www.rantaunet.org _____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ____________________________________________________