---------- Forwarded message ----------
From: Herman Syah <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sep 7, 2005 6:34 PM 
Subject: Re: Concord Review: Mandala Flight RI-091
To: [EMAIL PROTECTED]

Mas Jony, pak Cipto, bungs Roses, Ulya, Azzy, Elka dan 
para rekans,

Menarik sekali analisa Henry Biantoro ini, dan menurut
saya semuanya sih mungkin2 saja. Tapi supaya lebih
kumplit lagi, kayaknya perlu ditambah lagi deh dengan
beberapa kemungkinan berikut, yaitu : 1) overweight 
karena bawa durian 2 ton dan ratusan handbags yang
beratnya tak terdeteksi (posting pak Cipto), 2) flap
failure (posting bung Elka), 3) sabotase dan 4) pilot
pingin bunuh diri.

Maka total possibilites jadi 8 yaitu: 
1- Both Engines fail
2- A/C o/weight and 1-engine fail
3- 1-engine fail, pilots not wel trained
4- A/C hit by downburst
5- A/C o/weight (by durians and handbags)
6- flaps failure
7- Sabotage
8- Suicidal attempt 

Dari 8 kemungkinan diatas mana yang the most probable?


Poss. #1 rasanya mustajab. Karena RI-091 kan baru
saja menjalani C-check. Lagipula engine fail 2-2nya
ditengah air density yang memadai, tanpa hujan badai 
atau asap gunung api, possibilitynya pasti E-10, alias
kecil buanget. Kalaupun ada problem di fuel
systemnya, yang inipun probability of failurenya juga
kecil banget, masih ada system X-feed, sehingga dengan 
system fuel kiri atau kanan saja, ke 2 engine masih
tetap dapet supply fuel. Lain hal kalau C-Check yang
dilakukan adalah tipu, karena perusahaan musti menekan
cost disana sini. Kalau ini yang terjadi memang bukan 
mustahil kalau system dan engine failures seperti
diatas dapat terjadi.

Poss. #2 rasanya juga kurang mungkin, karena tidak ada
saksi mata yang mengatakan bahwa pesawat terlihat
menggeleng (yawing) ke kiri atau kekanan sebelum 
menabrak tiang listrik. Laporan penumpang yang
selamatpun mengatakan bahwa pesawat dirasakan nggak
naik2, lalu tiba2 bergetar keras. Apakah pesawat
tiba2 menggeleng (yawing), nggak ada yang melaporkan.

Poss. #3 rasanya juga kurang mungkin, karena alasan
yang sama dengan butir 2. Jadi, kalau 1-engine failnya
saja tidak terjadi, ya tentu nggak ada pengaruhnya
apakah pilot wel trained atau nggak dalam menghadapi
engine failure.

Poss. #4 kelihatannya juga kurang mungkin, karena
cuaca cerah, dan pesawat2 yang take off sebelumnya
nggak melaporkan adanya gejala2 windshear dan
microburst (downburst). Kalau benar terkena 
downburst, mustinya penumpang yang selamat akan
melaporkan bahwa ia merasakan bahwa pesawat seperti
didorong ke ground, bukannya terasa nggak naik-naik,
karena hempasan akibat downdraft itu mustinya memang
terasa.

Saya pernah dapet tugas mendevelop software
windshear/microburst di simulator ptdi, dan kalau
nggak salah masih dipakai sampai sekarang (bener nggak
bung Azzy?). Dari sekian profile yang saya
modelkan(FAA profiles dan accidents profile di 
Philadelphia, John F. Kennedy airports, dsb), saya
menyadari bahwa amatlah sangat mengerikan kalau sebuah
pesawat terperangkap kedalam arus microburst. Hampir
selalu dapat dipastikan tamatlah riwayatnya. Apalagi 
kalau pilotnya belum pernah berkenalan dengan
microburst di simulator.

Mengingat tingginya resiko kecelakaan akibat windshear
dan microburst, maka pesawat2 modern (nggak tahu
RI-092) pada umumnya selalu dilengkapi dengan 
WindShear Detection System, dan lapangan terbangpun
semakin banyak yang dilengkapi dengan Low Level
Windshear Alert System, yang saya kira Airport Polonia
sebagai Bandara Internasional, juga tentu sudah
memilikinya. Kalaupun belum, rasanya tak masuk akal 
jika pilot tidak dapat memprediksi kondisi cuaca
ketika mengambil informasi meteorologi sebelum menuju
ke pesawat.

Dan terbukti bahwa udara memang cerah, dan pesawat2
yang take off sebelum RI-092 nggak melaporkan adanya 
keanehan2 udara sejak takeoff sampai mengudara.

Poss. #5, nah ini kayaknya sangat memungkinkan nih,
mengingat cerita bungs Roses, Ulya dan Cipto, plus
laporan korban yang selamat yang mengatakan bahwa
pesawat dirasakan nggak naik-naik, yang lantas tiba2
bergetar dan terhempas ke tanah. Disamping itu kalau
kita lihat ke kehidupan kita sehari2, bangsa kita ini
sepertinya sudah terbiasa melanggar aturan. Bahkan 
regulasi penerbanganpun yang resiko nyawa melayangnya
sangat tinggi, kita cuekin dan langgar juga. Yang
melanggar itu kita, ya petugasnya, ya penumpangnya.
Ampun dah. Apa kita pikir bahwa nyawa kita ada
serepnya? 

Kalau terjadi kecelakaan, kita langsung menundukkan
kepala seperti anak SD yang lagi dimarahi guru.
Lantas berdoa dengan khusuk meminta ampun dan mohon
diberikan ketabahan oleh Tuhan, karena kecelakaan kita 
anggap cobaan dari Tuhan. Tapi kita lupa, bahwa kalau
bukan yang namanya bencana alam, maka andil kita
sebagai manusia atas timbulnya kecelakaan atau
penderitaan itu amatlah besar. Itu bukanlah cobaan
dari Tuhan. Tapi itu adalah akibat dari kesembronoan, 
kebodohan (dan kerakusan) diri kita sendiri.

Poss. #6 sama seperti poss. #1 rasanya kemungkinannya
kecil mengingat seluruh system pesawat itu kan
dirancang atas prinsip 'fail safe', jadi kalau terjadi
failure, masih tetap harus safe. Maka nggak aneh
kalau aircraft systems dirancang secara redundant.
Penerapan redundancy ini saja sudah dapat membuat
probability terjadinya system failure bernilai 1E-9.
Kecil sekali. Apalagi kalau perawatan yang dilakukan 
benar2 mengikuti standard safety yang ditetapkan oleh
regulator.

Poss. #7, nah ini dia. Buat yang anti tentara ini
mungkin. Soalnya Mandala itu kan punya tentara,
walaupun saham mereka tinggal 1%. Bangsa kita kan 
sekarang lagi alergi sama yang namanya tentara.
Sampe2 Menwapun 'mampus' dibuatnya (terlepas dari
adanya oknum2 Menwa yang membuat nama Menwa jadi
buruk). Soal Munir masih tetap ada dugaan tentara
berdiri dibelakangnya. Tentara juga dianggap jadi 
dalang berbagai kerusuhan di tanah air, seperti
'perang' Islam-Kristen di Ambon, Poso dan Kalimantan.
Yang menjadi backing pengusaha hitam juga tentara.
Bahkan Soeharto nggak bisa diseret ke pengadilanpun
kabarnya lantaran dilindungi oleh tentara. Maka, oleh
karena itu tentara musti diberikan pelajaran. Gimana
caranya? Yang paling gampang ya sabotase saja
perusahaan2 dimana mereka punya saham. Mandala
dipilih karena kerugian yang dapat ditimbulkan 
tergolong dahsyat. Kalau image Mandala bisa dibuat
anjlok, maka pastilah perusahaan ini akan bangkrut.
Maka cita2 untuk memberi pelajaan kepada tentara
tercapai.

Nyabotnya gimana? Yang paling gampang kelihatannya 
dengan membuat pesawat overweight itu. Kemungkinan
lain adalah dengan membatasi ruang gerak elevator
sehingga gaya ungkit yang dihasilkan ketika take-off
menjadi sangat kecil. Tapi apakah ini dapat dilakukan 
untuk pesawat dengan powered flight controls seperti
RI-092, saya nggak tahu juga. Tapi, apa sih yang
nggak mungkin kalau niatnya sudah mau nyabot?

Poss. #8, nah ini susah, karena bisa ya bisa nggak,
tergantung bagaimana kehidupan pilot yang menerbangkan
RI-092 itu, apakah bahagia atau nggak, dan apakah
mengalami overstressed atau nggak. Walaupun belum ada
data yang cukup untuk dijadikan bahan spekulasi,
memasukkannya sebagai salah satu possibility rasanya
tidak terlalu mengada-ada.

Ada lagi possibilities ke #9 s/d #n?, sebelum
mendengar hasil investigasi KNKT 6-12 bulan lagi, yang
belum tentu pula dipublikasikan? 

Salam hangat,
Herman/Mansyah.


--- Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Dari milis yang lain lagi.
>
> Apa kesimpulan-kesimpulan ini tidak prematur? 
>
> Wasalam.
>
> ====================================
>
> Crash Raises Doubts on Air Safety (07/09)
>
> Monday's crash of Mandala Flight RI-091 shortly
> after take-off from Medan's Polonia airport with the 
> death of around 150 people has inevitably raised the
> question of air safety in Indonesia.
>
> Concord Consulting partner Henry Biantoro, a former
> Garuda Airways pilot, looks at what could have gone 
> wrong.
>
> Whatever went wrong, there is concern that the high
> level of competition in the Indonesian airline
> industry is causing airlines to cut maintenance
> standards.
> 
--- Dst ---


--- Syafnil Azis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Mungkin ada yan lebih tahu......mohon pentjerahannya?????
> 
> Dear all,
> 
> Sekedar untuk informasi saja, mungkin rekan-rekan semua sudah mendengar
> berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru "take-off" dari Lanud
> Polonia -
> Medan. Sampai sore ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan
> pasti.
> 
> Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan
> menggunakan
> HP/ponsel/telpon genggam atau apapun istilahnya. Ternyata menurut sumber
> informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System)
> bahwa
> ponsel mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan
> penerbangan.
> Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi diakibatkan
> oleh
> ponsel. Mungkin informasi dibawah ini dapat bermanfaat untuk kita semua,
> terlebih yang sering menggunakan pesawat terbang.
> 
> Contoh kasusnya antara lain:
> 
> Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja "take-off"
> dari
> bandara Zurich, Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh
> penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal
> ponsel
> terhadap sistem kemudi pesawat.
> 
> Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan
> pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus
> meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa
> dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.
> 
> Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi
> setinggi
> 700 kaki justru ketika sedang "final approach" untuk "landing" di
> bandara
> Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum
> mematikan
> komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian,
> 23-9-1998).
> 
> Seperti kita tahu di Indonesia? Begitu roda-roda pesawat menjejak
> landasan,
> langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan.
> Para "pelanggar hukum" itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan
> mereka
> dapat mencelakai penumpang lain, disamping merupakan gangguan (nuisance)
> terhadap kenyamanan orang lain.
> 
> Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama
> menggunakan ponsel, disamping juga belum mengerti bahaya yang dapat
> ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi
> dan
> kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya
> diswitch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.
> 
> Berikut merupakan bentuk ganguan-gangguan yang terjadi di pesawat: Arah
> terbang melenceng, 
> 
> Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator) terganggu,
> 
> Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar,
> 
> Gangguan sistem navigasi,
> 
> Gangguan frekuensi komunikasi,
> 
> Gangguan indikator bahan bakar,
> 
> Gangguan sistem kemudi otomatis,
> 
> Semua gangguan diatas diakibatkan oleh ponsel. sedangkan gangguan
> lainnya
> seperti
> 
> Gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game
> 
> Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh
> gameboy
> Semua informasi diatas adalah bersumber dari ASRS.
> 
> Dengan melihat daftar gangguan diatas kita bisa melihat bahwa bukan saja
> ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak di
> landasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel.
> 
> Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara
> mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara
> pengawas
> dengan baik.
> 
> Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang
> radio
> melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base
> Transceiver Station). Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak
> 35
> kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa
> menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. (Di Jakarta saja
> diperkirakan
> ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah
> ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak diatas
> Jakarta).(Varis/pertamina)
> 
> Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum
> adalah
> juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang
> tidak
> peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak
> tahu tata krama? 
> 
> 
> 
> Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu
> kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang
> tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama, dan demi sopan
> santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam
> pesawat terbang.
> 
> 
> 
> Salam,



Website http://www.rantaunet.org
_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
____________________________________________________

Kirim email ke