Assalaamualaikum wr.wb. Mak lembang Alam

        Ka Kototuo manjapuik pinggan
        Singgah sabanta di Balaigurah
        Tangan diuluakan minta basalaman
        Mohon mauf dek salamoko banyak bagarah

        
Wassalam,
        Elthaf

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Muhammad
Dafiq Saib
Sent: Saturday, November 05, 2005 9:29 AM
To: palanta@minang.rantaunet.org
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [EMAIL PROTECTED] Ketupat Lebaran 1426H

Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu

KETUPAT LEBARAN 1426 H

Setiap kehidupan berlalu dalam suatu siklus perulangan keteraturan yang
nyaris abadi. Sebuah keteraturan yang berulang seperti teraturnya
matahari terbit dan terbenam. Seperti teraturnya perputaran siang dan
malam. Seperti teratur datangnya waktu-waktu shalat. Seperti teraturnya
peredaran bulan di langit yang diawali dengan manzilah tipis. Lalu
semakin berisi. Lalu semakin membulat purnama untuk kemudian bergerak
lagi turun semakin kecil menuju bentuk kelopak tua. Sebelum menghilang
dan memulai lagi urut-urutan yang sama. Keteraturan peredaran bulan itu
bahkan dapat digunakan manusia untuk alat pengenal waktu. 'Yas aluu naka
'anil ahillah. Qul hiya mawaaqiitu linnasi wal hajj' (Mereka bertanya
kepadamu tentang besar kecilnya bulan.
Katakanlah, 'bulan itu menunjukkan tanda-tanda waktu bagi manusia dan
untuk menentukan waktu berhaji.' (Q2-189)).

Bulan-bulan waktu itu selalu datang dan pergi dalam keteraturan yang
nyaris abadi. Dianya akan tetap berputar seperti itu insya Allah sampai
hari kiamat. Sampai Allah Sang Maha Pencipta menetapkan lain. Sya'ban
berlalu Ramadhan datang. Ramadhan usai Syawal menjelang. Begitu terus.
Dan manusia menumpang menghitung perjalanan waktu hidupnya diantara
Ramadhan-Ramadhan yang dilaluinya itu, sampai akhirnya dia terpaksa
mengalah dalam usianya yang singkat. Ramadhan demi Ramadhan bagaikan
makhluk lincah berlompatan yang satu sesudah yang lain.

Sebuah Ramadhan baru saja berlalu mengiringi terbenamnya matahari sore
hari tadi. Membawa kesaksian pengabdian hamba-hamba Allah yang beriman.
Yang sebelum Ramadhan itu datang diseru ulang untuk menjalankan sebuah
perintah Allah 'azza wa jalla, yakni perintah menjalankan puasa, menahan
diri dari gejolak hawa nafsu. Menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu
itu sedemikian rupa agar jatuh tersungkur kedalam sebuah kepatuhan total
kepada Sang Khaliq. Pengendalian dan pengekangan dari penyimpangan yang
mungkin terjadi melalui setiap  anggota panca indera. Ada saja mereka
yang patuh total menahan diri itu. Ada saja mereka yang
setengah-setengah dalam menahan diri itu. Ada saja mereka yang sebegitu
beraninya menantang perintah yang tidak sulit itu.

Manusia yang dibekali akal, selera dan nafsu memang harus menapaki hidup
dengan penuh hati-hati, kalau ingin selamat baik untuk kehidupan dunia
maupun untuk menghadang kehidupan akhirat. Terdorong akal takabur
jadinya.
Terdorong selera akan membawa penyakit. Terdorong nafsu miriplah dia
dengan hewan. Maka Allah bekali pula manusia itu dengan hati dan
kecenderungan kepada kebenaran. Dan kebenaran yang hakiki itu datangnya
hanya dari Allah semata. Hati yang mau menuruti kebenaran yang datang
dari Allah itulah yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman.
Orang-orang  beriman yang diseru untuk patuh menjalankan
perintah-perintah Allah termasuk perintah menjalankan ibadah puasa di
bulan Ramadhan.

Perintah pengendalian diri. Dimulai dengan pengendalian selera makan
minum.
Dan pengendalian nafsu biologis. Dan pengendalian nafsu berkata-kata
yang tidak perlu. Pengendalian dari mendengar kata-kata yang tidak
bermanfaat yang cenderung mengarah kepada yang tidak senonoh. Dan
pengendalian mata dari memelototi hal-hal yang tidak pantas untuk
dilihat. Pengendalian jiwa dari khayalan-khayalan porno. Semua itu.
Semua itu dilatih dalam Ramadhan.
Dan itu bukanlah latihan yang mudah. 'Betapa banyak orang yang berpuasa
tapi yang mereka dapatkan tidak lebih dari rasa lapar dan haus,' sabda
Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam. Karena meskipun mereka berhasil
mengendalikan rasa lapar dan haus namun mereka gagal total dalam
mengendalikan diri dari kata-kata kosong. Dari mata yang jelalatan. Dari
tangan-tangan kotor mereka untuk menggerayangi hal-hal yang tidak halal.
Entah itu mengambil hak orang lain. Entah itu menzhalimi orang lain.
Entah itu membuat bersekongkolan jahat untuk memenuhi nafsu serakah.
Meskipun mereka puasa pula. Nilai puasa mereka itu tidak ada di sisi
Allah.

Berbagai ragam kepatuhan mereka-mereka yang diseru. Bermacam-macam cara
mereka-mereka menyikapi perintah Allah itu.  Ada yang maksimal usahanya.
Ada yang penuh keberhati-hatian. Namun tidak kurang pula yang
asal-asalan. Yang sekedar ikut-ikutan. Bahkan ada pula yang menghindar
dengan kesombongan.
Dengan seribu dalih. Padahal Allah Maha Tahu dengan apa yang mereka
perbuat.

Seandainya saja kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang Allah
berkenan dengan ibadah Ramadhan yang lalu itu. Yang Allah ridha dengan
apa yang kita lakukan selama bulan Ramadhan itu. Baik puasanya. Maupun
ibadah-ibadah malamnya. Sadaqahnya, infaqnya, zakatnya. Tadarus al
Qurannya.
I'tikafnya. Silaturrahmi sesama jamaahnya. Bahkan tidur diantara
waktu-waktu sempitnya. Seandainya saja kekeliruan-keliruan kecil kita
yang perbuat juga namun kita cepat-cepat minta ampun kepada Allah, lalu
Allah segera mengampuninya. Seandainya saja kita termasuk orang yang
mempunyai kesabaran untuk mengendalikan diri selama bulan Ramadhan itu,
dan pengendalian diri itupun dinilai oleh Allah. Betapa akan bahagianya
kita mendapatkan pahala dari sisi Allah. Betapa akan berbahagianya kita
ketika Allah mengakui bahwa jiwa kita dinilai Allah kembali fitri, suci
murni seperti ketika kita baru saja dilahirkan ibu kita. Dan tentulah
kita akan berusaha keras menikmati kebersihan jiwa itu selama mungkin.
Menjaga agar ianya jangan segera pula menjadi cacat dan kotor kembali
oleh berbagai dosa.

Karena kita tidak tahu entahkah kita akan berjumpa kembali dengan
Ramadhan berikutnya. Siapa tahu tepian tempat kita berlabuh sudah
semakin dekat.
Siapa tahu perputaran waktu yang sangat teratur itu sudah membawa kita
kepada akhir petualangan dunia. Dan seandainya demikian apa lagi yang
dapat kita perbuat?

Menyempurnakan bilangan hari puasa di bulan Ramadhan telah menyentakkan
hati kita untuk taat dan patuh kepada Allah semata. Untuk mengakui
keesaan Allah dan oleh karenanya semua ibadah hanya tertuju bagiNya
semata. 'Walitukmilul 'iddata walitukabbirullaaha 'alaa maa hadaakum wa
la'allakum tasykuruun'.
(Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan hari berpuasa dan mengagungkan
Allah karena Dia telah menunjuki kamu. Mudah-mudahan kamu bersyukur. (Q2
- 185)).

Dan sesudah berakhirnya bilangan Ramadhan bergemuruhlah gema takbir
mengagungkan asma Allah. Allaahu Akbar - Allaahu Akbar - Allaahu Akbar.
Laa ilaha illallaahu Allaahu Akbar. Allaahu Akbar wa lillaahil hamd.
Gema takbir yang merasuk kedalam relung hati. Mengakui kebesaran Allah.
Tiada Tuhan selain Allah. Dan kita tidak menyembah kepada selain Allah.
Dan kita mengikhlaskan beragama dengan agamaNya, meskipun orang-orang
kafir tidak menyukainya. Tidak ada Tuhan selain Allah sendiri Nya. Dia
membenarkan janjiNya, menolong hamba-hambaNya, menghancurkan segala
rombongan musuhNya.
Tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah Maha besar.

Begitu gema takbir itu berkumandang. Laa ilaha illallaahu wa laa na'budu
illaa iyyaahu mukhlishshiinalahuddiin walau karihal kaafiruun. Laa ilaha
illallaahu wahdahu, sadaqaa wa'dahu, wa nashara 'abdahu, wa
a'azzajundahu wa hazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaha illallaahu wallaahu
akbar.

Wassalaamu'alaikum,

Lembang Alam
____________

Jatibening awal Syawal 1426H



Website http://www.rantaunet.org
_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
____________________________________________________



Website http://www.rantaunet.org
_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
____________________________________________________

Reply via email to