>-----Original Message-----
>From: [EMAIL PROTECTED]
>[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Zulharbi S
>Sent: Monday, November 29, 2004 1:32 AM
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: [EMAIL PROTECTED] Equator Bonjol Memperihatinkan
>
>
>Assalamu'alikum wr.wb.
>
>Hari Minggu 20 Nopember 2004, saya bersama 2 orang tamu dari
>Inggris berkunjung ke Bonjol, Pasaman Timur. Kunjungan wisata ini
>sengaja di jadwalkan oleh kedua rekan saya jauh-jauh hari dari
>Inggris, untuk melihat dari dekat dimana titik Equator
>(Khatulistiwa) yang menjadi sejarah dan perhatian dunia internasional.
>Menurut mereka ada dua titik utama di dunia ini menjadi titik
>pemisah antara Barat dan Timur yaitu di London dan kedua antara
>Utara dan Selatan di Bonjol. Mereka mengetahui sejarah Indonesia,
>juga tentang peristiwa bersejarah perjuangan pemimpin Islam Tuanku
>Imam Bonjol yang lahir tahun 1772 dan meninggal di Manado, melawan
>penjajahan Belanda tahun 1821 yang memimpin Perang Paderi. Tuanku
>Imam Bonjol adalah Panglima Perang Paderi.
>Tuanku Imam Bonjol diakui pemerintah sebagai "Pahlawan Nasional"
>bersama Pangeran Diponegoro di Jawa. Pengakuan pemerintah ini
>ditandatangani oleh Presiden Suharto dan dapat dilihat di Museum
>Tuanku Imam Bonjol di Bonjol.
>Yang memperihatinkan adalah fasilitas dan perawatan Rumah Bola
>yang dibangun dipinggir jalan raya By Pass Bukittinggi-Medan di
>Bonjol, berseberangan dengan titik Equator dan Museum. Rumah Bola
>ini dulu mempunyai globe besar yang dapat digerakkan untuk
>memberikan penerangan kepada para pengunjung.
>Ketika kami masuk menaiki tangga Rumah Bola ini, kami disambut
>meriah oleh "bau" busuk yang menusuk hidung, yaitu bau pesing air
>kencing dan tinja. Di atas tangga masih ada jembatan papan yang
>masih kuat, namun kami temukan disana kertas "koa" dan kartu remi
>yang berserakan. Rupanya malam hari tempat ini dijadikan tempat
>"perjudian" lokal dan tempat setoran buang kotoran manusia.
>Alangkah malunya kita, ketika kedua tamu dari Eropa ini
>berkomentar, kenapa fasilitas ini menjadi begini? kalau di London
>lokasi titik lintas ini menjadi objek wisata yang mendatangkan
>ribuan Euro setiap bulan.
>Bagaimana ini Pak Bupati Pasaman Timur? malu awak dibueknyo...
>tolonglah kembalikan fasilitas wisata ini menjadi milik negara
>yang dapat mendatangkan aset buat Pasaman Timur khususnya dan
>Sumatera Barat umumnya.
>Kedua tamu saya dari Inggris adalah muslim (beragama Islam), kami
>shalat Dzuhur berjemaah di Mesjid Raya Tuanku Imam Bonjol yang
>dibangun tahun 1992 atas biaya Yayasan Amalbakti Pancasila yang
>parasastinya ditandatangani oleh Suharto. Mesjid ini cukup
>terpelihara dengan baik.
>Amat disayangkan tidak ada satupun restoran dan rumah makan di
>lokasi wisata Equator Bonjol ini, sehingga kami makan siang Lapau
>Nasi di Pasar Kumpulan.
>Wassalam
>ZS Mangkuto



--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
Berhenti, berhenti sementara dan konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Kirim email ke