As. W.W. dari http://www.mediaindo.co.id/
Menanti Berkah dari Bukittinggi RANAH Minang, pekan ini sedang dibalut keceriaan. Keriangan itu tergambar dalam kesibukan aparat pemerintah dan petugas keamanan mempersiapkan penyambutan acara berskala internasional: pertemuan bilateral Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi (Pak Lah) di Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar), 12-13 Januari 2006. Sejak Rabu (11/1), jalur Padang-Bukittinggi, memang tampak lebih sibuk dari biasanya. Mobil petugas keamanan terlihat bolak-balik mengamankan ruas itu. Puluhan spanduk bernada ucapan selamat datang kepada kedua kepala pemerintahan itu, terbentang mulai dari Bandara Internasional Minangkabau hingga ke jantung Kota Bukittinggi. Mulai Kamis hingga Jumat (13/1), Presiden bersama 15 menteri dan puluhan pengusaha nasional menggelar pertemuan dengan Pak Lah beserta sejumlah menteri dan pengusaha Malaysia di Kota Jam Gadang. Dipilihnya kota kelahiran Bung Hatta yang pernah menjadi urat nadi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tersebut, menurut Gubernur Gamawan Fauzi, atas usulan Pemerintah Provinsi Sumbar kepada Presiden beberapa waktu lalu. ''Usul kita agar pemerintah pusat sesekali mengadakan acara berskala internasional di Sumbar rupanya ditanggapi Presiden. Kita bersyukur karena ini membantu mempromosikan pariwisata Sumbar,'' ujar Gamawan. Gubernur tidak mengada-ada. Sekitar 600 kamar hotel berbintang hingga kelas melati di Bukittinggi, habis dipesan akhir pekan ini. Selain rombongan dari kedua negara plus wartawan yang meliput event itu, di akhir pekan, Bukittinggi memang ramai oleh wisatawan. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumbar Asnawi Bahar mengatakan, jika diambil rata-rata Rp300 ribu per kamar, omzet seluruh hotel di Bukittinggi selama tiga hari, paling kurang Rp1,62 miliar. ''Itu belum termasuk makan, belanja suvenir, dan geliat ekonomi lain sebagai imbas kunjungan tersebut. Pemerintah daerah mesti memanfaatkan momentum ini untuk membuktikan wisata konvensi sebagai jualan baru pariwisata Sumbar,'' katanya. Pelayanan seimbang Asnawi memperingatkan, saat mata dunia menoleh ke Sumbar karena ada penandatanganan memorandum of understanding (MoU) Indonesia-Malaysia di Bukittinggi itu, pemerintah daerah dan masyarakat harus menunjukkan diri menjadi tuan rumah yang baik. Asnawi pantas mengingatkan. Pasalnya, masih banyak budaya aparat pemerintah dan masyarakat di daerah ini yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi pendatang. Di Bandara Minangkabau, misalnya, sopir taksi berebutan menawarkan taksi tanpa argo kepada penumpang yang baru saja keluar dari pintu kedatangan. Walau sudah berulang kali diekspos media massa, Dinas Perhubungan Sumbar belum juga berhasil membenahi hal tersebut. Masih di bandara, misalnya, adanya laporan pengenaan biaya pada stick golf milik wisatawan asing. ''Padahal sesuai kebiasaan internasional, peralatan olahraga tidak dikenai biaya. Saya akan usut laporan itu,'' kata Gamawan kepada Media. Selama dua bulan terakhir, Sumbar memang ramai oleh kunjungan pejabat pusat maupun negara tetangga. Pada 17 Desember, Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka secara resmi Kongres Gebu Minang di Sawahlunto yang dihadiri ratusan tokoh perantau Minang. Wisata konvensi itu digelar beriringan dengan lokakarya Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Sumbar di Bukittinggi yang juga diikuti ratusan tokoh Sumbar di daerah dan rantau. Tidak lama kemudian, giliran Menteri Besar Negara Bagian Selangor, Malaysia, Dato Khir Bin Toyo yang mengunjungi Kota Padang pada 6 Januari 2006 untuk melakukan kunjungan balasan gubernur dan rombongan pengusaha Sumbar ke Selangor, beberapa pekan sebelumnya. Dalam kunjungan tersebut, disepakati 11 bidang kerja sama antara kedua pemerintah. Yakni di bidang perdagangan, pariwisata, perikanan, pertanian, peternakan, kelistrikan, infrastruktur, perkebunan, pendidikan, pertambangan, dan pengembangan sumber daya manusia. Dan, pekan ini giliran Presiden dan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi yang mengunjungi Sumbar. Kedua kepala pemerintahan beserta para menteri dan pengusaha mengadakan pertemuan bilateral serta menandatangani kerja sama di antara kedua negara bertetangga. Kunjungan demi kunjungan ke Sumbar tersebut disambut dengan sukacita di daerah ini. Pejabat daerah di berbagai media mengharapkannya sebagai sebuah berkah untuk pembangunan Sumbar ke depan, baik di bidang pariwisata maupun investasi. Namun, agaknya daerah ini juga mesti berkaca. Apakah pelayanan yang diberikan kepada pejabat negara sudah seimbang dengan pelayanan terhadap wisatawan dan investor? Pertanyaan itu terasa menggantung, karena masih banyak keluhan terhadap pelayanan yang tidak memuaskan dari aparat dan masyarakat terhadap para tamu. Sektor tersebut memang mesti dibenahi besar-besaran. Jika tidak, kunjungan-kunjungan itu tidak bakal mendatangkan berkah di masa datang. Sukses menggelar gawean akbar itu pun hanya sampai pada tataran pertaruhan penyelenggaraan proyek jaim (jaga image) untuk membangkitkan nostalgia masa lalu. Upaya menggairahkan gerak roda ekonomi pun makin jauh panggang dari api. (Hendra Makmur/Joni Syahputra/B-3) -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= Berhenti, berhenti sementara dan konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting -------------------------------------------------------------- UNTUK DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply - Besar posting maksimum 100 KB - Mengirim attachment ditolak oleh sistem =========================================================