Assalamu'alaikum WW
Tulisan di bawah sabagai pambandiang....
berakhirnya era Surau di Minangkabau, sedikit banyak membuat perubahan
budaya dalam kehidupan di Alam Minangkabau....., era surau sebagai tempat
pendidikan telah berganti dengan sekolah umum , pesantren , dll....
Diantara tsb ada satu sekolah 'khusus' yang pada zaman-nya juga berperan
dalam pendidikan di Sumatera Barat khusus-nya dan di Indonesia umum-nya....
INS....kepanjangannya di Indonesiakan -Institut Nasional Syafe'i.... kini
INS kurang terdengar gaung-nya... beberapa minggu yang lalu entah di Palanta
ataukan ri RGM_GM pernah terberita tentang INS....., jadi teringat Kanda
Maifil Eka Putra (dima lah kini Uda-iko)....dulu pulkam ke Padang... untuak
ikut membangun kembali INS.....
Seandainya INS dapek dijadikan kawah chandradimuka kemajuan sumatera
barat.....
Wassalam
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0605/08/daerah/2630850.htm
Uniknya Kurikulum Gontor
Runik Sri Astuti
Pondok Modern Gontor bukan cuma terkenal karena kurikulumnya yang unik.
Pondok pesantren ini juga terkenal karena telah melahirkan beberapa tokoh
bangsa.
Siapa yang tak kenal Ketua Umum Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi yang
disebut-sebut sebagai representasi dari Muslim tradisional? Siapa yang tak
tahu Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin yang
dikategorikan sebagai representasi Muslim modernis, atau cendekiawan Muslim
Nurcholish Madjid, sosok yang direpresentasikan sebagai Muslim
modernis-progresif.
Ada juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sosial Hidayat Nur
Wahid, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Budayawan Emha Ainun Najib.
Beragam karakter dan pemikiran itu telah menjadi tokoh dalam komunitasnya.
Mereka diakui tidak saja karena pemikirannya, tetapi juga karena gaya atau
karakter kepemimpinan mereka yang sangat kuat.
Tetapi, siapa sangka mereka yang sangat jauh berbeda baik dari sisi karakter
apalagi pemikirannya itu disatukan oleh sebuah ikatan yang kuat. Mereka
sama-sama pernah nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor, Desa Mlarak,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Mereka sama-sama melalui proses pendidikan dan pembentukan pribadi dalam
paradigma yang sama. Sama-sama pernah belajar Kitab Kuning (kitab klasik
standar pesantren), ilmu umum kontemporer, dan menguasai bahasa Arab serta
bahasa Inggris.
Herannya, kendati berbeda, tidak ada satu pun dari mereka yang
mempermasalahkan perbedaan itu, apalagi merasa paling benar. Mereka pun tak
pernah mencoba memperalat pondok untuk suatu kepentingan.
"Karena itu, hingga detik ini Gontor tetap Gontor. Gontor tidak pernah jadi
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, ataupun Islam sekuler. Gontor juga tidak
pernah masuk dalam partai mana pun," papar Wakil Pimpinan Pondok Modern
Darussalam Gontor KH Ahmad Hidayatullah Zarkasyi.
Apa sebenarnya yang diajarkan di Gontor? Kurikulum seperti apa yang
digunakan, metode apa yang diterapkan?
Dua jenjang pendidikan
Secara akademis, ada dua jenjang pendidikan yang diselenggarakan di Pondok
Gontor, yaitu jenjang pendidikan menengah dengan nama Kulliyatul-MuÂ’allimin
al-Islamiyah (KMI) dan jenjang perguruan tinggi dengan nama Institut Studi
Islam Darussalam (ISID).
Di jenjang pendidikan menengah selain ada KMI, juga ada pengasuhan santri
yang membidangi kegiatan ekstrakurikuler dan kurikuler. Pengembangan sistem
pengajaran KMI berlangsung independen, kurikulum disusun secara mandiri
sesuai dengan program pondok.
Misalnya, materi keterampilan, kesenian, dan olahraga tidak masuk dalam
kurikulum, tetapi menjadi aktivitas ekstrakurikuler agar santri lebih bebas
memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat.
Pendidikan di Gontor dimulai pukul 05.00 saat salat subuh sampai pukul
22.00, yang terbagi dalam kegiatan pendidikan formal dari pukul 07.00 sampai
12.15 dan pengasuhan mulai pukul 13.00. Tiga pilar pendidikan, yakni sekolah
(pendidikan formal), keluarga (santri dengan para guru dan pembimbing),
serta masyarakat (lingkungan tempat mereka bermukim), dipenuhi seluruhnya
dalam kehidupan pondok karena siswa juga menjadi santri yang menginap di
pondok. Adapun guru, dosen, dan pengasuhnya adalah keluarga bagi santri.
Pendidikan formal yang diurus oleh KMI membagi siswanya dalam perjenjangan
yang sudah diterapkan sejak tahun 1936. Ada dua program reguler dan
intensif. Program reguler untuk lulusan sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah
dengan masa belajar selama enam tahun ditempuh secara berurutan mulai kelas
I-VI. Kelas I-III di KMI setingkat dengan pendidikan SMP/madrasah tsanawiyah
(MTs) jika mengacu pada kurikulum nasional. Sementara kelas IV-VI setara
dengan SMA/madrasah aliyah (MA).
Adapun program intensif di KMI untuk lulusan SMP/MTs ditempuh empat tahun.
Kurikulum di KMI yang bersifat akademik dibagi beberapa bidang, yakni Bahasa
Arab, Dirasah Islamiyah, Ilmu Keguruan dan Psikologi Pendidikan, Bahasa
Inggris, Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan
Keindonesiaan/Kewarganegaraan. Komposisi kurikulum masing-masing sudah
ditetapkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Bahasa Arab dan bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa pergaulan dan
bahasa pengantar pendidikan, kecuali mata pelajaran tertentu yang harus
disampaikan dengan bahasa Indonesia.
"Bahasa Arab dimaksudkan agar santri memiliki dasar kuat untuk belajar agama
mengingat dasar-dasar hukum Islam ditulis dalam bahasa Arab. Bahasa Inggris
merupakan alat untuk mempelajari pengetahuan umum," papar Ustadz Fadli,
dosen di Pondok Gontor.
Tahun 2006 direncanakan Gontor menambah program pendidikan bahasa Mandarin
sebagai bekal bagi siswanya kelak mengingat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di China yang amat pesat.
Ilmu tanpa batas
Pondok tidak pernah membatasi akses ilmu agama maupun ilmu pengetahuan yang
dilakukan oleh santri. Bahkan, selain disediakan kursus komputer, juga ada
warung internet dan perpustakaan di lingkungan pondok yang buka setiap saat.
Menghadapi realitas perubahan tersebut, pesantren berpedoman pada
al-muhafazatu ala al-qadim al salih wa al-akhdzu bi al-jadid al-aslah
(memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil inovasi baru yang lebih
baik). Dengan kata lain, ada strategi proyeksi dan proteksi yang dimaksudkan
untuk mempertahankan kualitas luhur para santri dengan cara melindunginya
dari pengaruh negatif lingkungan.
Ustadz Makruf mengungkapkan salah satu strateginya, yaitu dengan menyibukkan
murid mengerjakan tugas sehingga ketika mereka membuka internet, secara
otomatis akan berkonsentrasi untuk ilmu pengetahuan.
Informasi dari media massa juga dibatasi. Siswa kelas I-IV dilarang menonton
televisi. Setelah dianggap cukup dewasa, yakni saat mereka duduk di bangku
kelas V dan VI, mereka diizinkan menonton televisi. Itu pun jamnya sangat
terbatas.
"Kami sengaja hanya memberikan hal-hal yang positif kepada para santri
sampai dirasa mereka cukup dewasa berpikir baru, kemudian kami sodori
hal-hal yang negatif, sebatas pengetahuan," papar Makruf.
Selain memberikan pendidikan agama dan ilmu pengetahuan, siswa diajarkan
bersosialisasi dengan membentuk masyarakat sendiri, masyarakat pondok.
Banyak organisasi di dalamnya, mulai dari ketua asrama, ketua kelas, ketua
kelompok, organisasi intra maupun ekstra, sampai ketua regu pramuka.
Sedikitnya ada 1.500 jabatan ketua yang harus diisi para santri. Jabatan itu
selalu berputar setiap pertengahan tahun atau setiap tahun. Dengan demikian,
setiap santri pasti pernah menjadi pemimpin satu kali.
Setiap siswa wajib menjadi guru untuk kegiatan pengasuhan pada saat ia kelas
V dan VI. Jika ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di ISID, mereka
tidak akan dipungut biaya, tetapi diwajibkan mengajar kelas I-VI di luar jam
kuliah. Ada pelatihan tambahan bagi guru dengan materi yang sesuai dengan
standar pendidikan nasional.
Biaya pendidikan bagi siswa di KMI Rp 215.000 per bulan, terdiri dari Rp
115.000 untuk uang makan dan Rp 100.000 untuk biaya pendidikan. Pengasuh
berharap biaya yang murah bisa dijangkau masyarakat dari berbagai golongan.
Jika selama ini mahasiswa ISID masih terbatas pada alumni KMI Gontor,
rencananya tahun 2006 dibuka universitas sehingga masyarakat umum bisa
menuntut ilmu di sana.
Z Chaniago - Palai Rinuak - http://www.maninjau.com
======================================================================
Alam Takambang Jadi Guru
======================================================================
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================