Wassalamualaikum w.w.
   
  Ananda Rahima, sungguh saya sangat terharu -- sampai berlinang air mata -- 
membaca sastra Tiongkok yang berjudul  ' Ibu Kita adalah Orang yang Paling 
Mulia di Dunia Ini'.  Prosa tersebut mengingatkan saya kepada almarhum Ibu saya 
-- Hajjah Saah binti Hamzah -- yang dengan tabah tanpa mengeluh sedikitpun 
membesarkan saya bersaudara dalam keadaan ekonomi yang sangat terbatas, ikut 
mencari nafkah membantu Ayah saya yang juga harus bekerja keras sebagai 
konduktur kereta api.
   
  Terima kasih telah mem-forward kisah tersebut.
   
  Tidaklah salah ajaran Islam yang mengatakan bahwa surga adalah di bawah 
telapak kaki Ibu. Semoga arwah Ibu dan Ayah saya diberi Allah s.w.t tempat yang 
lapang di alam barzakh. Amin. 
   
  Wassalam,
  Saafroedin Bahar (69th).
   
  

Rahima <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakaatuhu.

Kiriman dari teman, semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum. Rahima

Ibu Kita Adalah Orang Yang Paling Mulia Di Dunia Ini

PERLU & HARUS DIBACA !!!

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai.
Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan
orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang
wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba
kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik
hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh
hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu
mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke
rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua
sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang
yang terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb
akan merusak reputasi 
keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan
jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha
menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan
keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria
menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa
memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan
orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya,
sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya
(di zaman dulu,
umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk
orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang
tua juga stress karena gagal membujuk anak
satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang
menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin
lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi
sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan,
tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua
sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu
mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh
para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat
yang telah ditentukan sepasang kekasih tsb untuk
melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan
kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian
memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan
anak mereka
satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status
sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan
menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi
anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan
menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan
diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara
perlahan2.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak,
dengan permohonan agar wanita tsb meninggalkan kota
ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan
menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan
untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati
kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang
sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi
kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan
kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia
mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia
sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat
sulit?.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk
meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang
menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria.
Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari
kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang
tuanya. "Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah
Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil?
Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang
ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia
menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi
meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya
hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena
telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa
mereka akan selalu bersama
dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status
sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan
ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata
sang wanita tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan
lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang
wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia
menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia
bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

==========0000000000==============

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut
telah Menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang
ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai
kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja
di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci
pakaian2 tetangga
dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan.
Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil
menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup
berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak
memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya
setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh
dengan pekerjaannya?

Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit
keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke
rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah
sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah
menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja
kerasnya selama ini,
dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam
ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk
memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan
untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan
putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan
daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu
hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya
uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk
meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah
berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum
terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu
harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko
daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk
bayar di akhir bulan saat gajian.

Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia
mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau
dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur
dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad
mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak
membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat
mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang
ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri,
sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan
yang teramat sangat?..

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan
rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para
tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya
langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang
dilakukan oleh sang ibu???.

==========0000000000==============

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi
seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti.
Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka
sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain
bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu "Shi Sang Chi
You Mama Hau"
(terjemahannya "Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang
baik").

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang
bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa
meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka
lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang
anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu
ibunya menyuci di
malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam
hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia
memang seorang anak yang cerdas.

Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun
ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang
sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah
mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak
setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan
itu sederhana, tidak
terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal.
Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh
dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko
agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan
membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?"
Tanya sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya
akan punya", kata sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk
membeli jam tangantsb. Sang kakek juga terkejut,
kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan
uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu
mendapatkan Uang itu? Bukan mencuri kan?". "Saya tidak
mencuri, kakek. Hari ini
adalah Hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik
becak pulang pergi ke sekolah.Selama sebulan ini, saya
berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang
jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam
ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya,
jangan beritahu ibuku
tentang hal ini. Ia akan marah" kata sang anak. Sang
pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore
hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada
ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut
bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan
ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2
tersadar, dari 
mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup
mulut, tidak mau menjawab.

"Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu
bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia
mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2
tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya
telah mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh
mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal
ini?" kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya.
Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik
anaknya sejak kecil. Sang anak menangis,
sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya
begitu perih, karena ia sedang memukul belahan
hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan
anaknya.

Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para
tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian
prihatin setelah mengetahui kejadiannya. "Ia
sebenarnya anak yang baik", kata salah satu
tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko
sedang berkunjung ke rumah salah satu
tetangganya yang merupakan familinya.

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera
mengenal anak itu.Ketika mengetahui persoalannya, ia
segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi
tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon
agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

"Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh
berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari
ibunya". Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka
kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2
muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk
menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan
membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya,
katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia
juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki
dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di
sekolah selama sebulan ini, untuk
mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai
menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya.
Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya
menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan saya, Nak."
"Tidak Bu, saya yang bersalah"???..


===========000=================
Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah
menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya
anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena
tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. 

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam
sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan
istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya
ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia
mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia
menanggung semua Biaya hidup mereka,tetapi sang ibu
menolak.Kami bisa hidup dengan baik tanpa Bantuanmu.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria.
Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu
tidak mau mengizinkan. 

===========000==================

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali
kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak
butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau
kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. 

Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan
sebelumnya.Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak
sanggup membiayainya.

Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak
menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar
adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena
sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak
anaknya berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan
mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu "Shi
Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan mereka. Untuk
sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia
hanyut
dalam kegembiraan bersama sang anak.

Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada
sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama
ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. "Tetapi ibu
tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata ibu.
"Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah
sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar
nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya
perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu
bekerja lagi Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa
akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya.
Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Dsana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya.
Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut.
Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin
ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan
kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat
bersama ibunya,
sang anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau
mainan itu", teriak sang anak dengan nada yang polos.
Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata "Nak,
kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini.
Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak,
aku tidak mau
mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah
ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya
lagi", sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah
besar tsb tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak
menangis tersedu2 "Kalau ibu sayang padaku, bawalah
saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa
dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi.
Tinggallah disini", ibunya segera lari keluar
meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan
ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya.
Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah
dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk
anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya
dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak
menemukan arti hidup ini lagi.
Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup,
anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur
untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan
dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan
diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk
mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik.
Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya
juga??..

============000=========

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain,
mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak
telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis
secara rutin setiap bulan.

Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun
ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa
perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari
tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah,
ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal
ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak
telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat
yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah
kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang
sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.

Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang
kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah,
ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga
mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang
tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus
berbuat apa, ia duduk di
depan rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak
menginginkan saya lagi."

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika
sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih
dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah
pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada
kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang
juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk
melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia
teringat sesuatu. Hari Ini adalah hari ulang tahunnya.
Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin
pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera
naik mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya
menemukan kartu ulang
tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan
sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan
tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam
surat itu.

Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa
tsb, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu
semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa,
berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil
menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa
ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di
desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu
memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im
yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu,
jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa
anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar
bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi
ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera
menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit.
Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari
tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah????..

============000==============

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah
memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan
ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari
tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah
banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2,
tetapi hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak
berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak
serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan
sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang
sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak
memakai tongkat. Ia tidak
pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal,
dan ia tampak berkomat-kamit.

Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya,
dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua
itu. Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan
kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan
lemah "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat
anakku?" 

Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa
disadari, ia segera menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You
Mama Hau" dengan suara perlahan, tak disangka sang
pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah.
Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal
suara ibunya yang
selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak
segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan
haru "Ibu? Ini saya ibu".

Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang
anak, lalu bertanya, "Apakah kamu ??..(nama anak
itu)?" "Benar bu, saya adalah anak ibu?". Keduanya pun
berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur
membasahi bumi???.

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur
kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap
hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa
peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang
menganggapnya sebagai orang gila?.

============000=============


Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja
demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya?..
Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di
saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :

1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang.
Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.

2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai
gantinya.

Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal,
Saudara/I kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar
manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya

=== message truncated ===

                
---------------------------------
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just 2ยข/min 
with Yahoo! Messenger with Voice.
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Kirim email ke