Masjid Inyiak DeEr
Cermin Kehebatan Pemikir Nagari 

Terletak  di  kampung  Sungai Batang, di tepian Danau Maninjau Sumbar,
Masjid  Inyiak  DeEr  mencerminkan  kehebatan  generasi  sebuah nagari
(desa)  tempat  masjid  itu berada. Pasalnya, di sini tidak saja lahir
pemikir-pemikir    hebat,   tapi   juga   'pelabuhan'   pertama   bagi
Muhammadiyah.  Inyiak  DeEr  adalah nama tokoh yang sangat berpengaruh
dalam  gerakan  pembaharuan  Islam  di  Minangkabau pada awal abad 20,
sekaligus   bapak  Muhamadiyah  Sumatra  Barat.  Lewat  kepiawaiannya,
Muhamadiyah berkembang pesat di Ranah Minang ini.

Pemakaian  nama  Inyiak  DeEr (dari doktor) adalah diambil dari sapaan
akrab  Dr  Haji  Karim Amrullah, dimaksudkan untuk mengenang jasa-jasa
tokoh  yang lahir di Sungai Batang pada 10 Pebruari 1879 dan meninggal
di  Jakarta 3 Juni 1945. Tokoh yang berhasil merintis Sumatra Thawalib
Padangpanjang  ini,  tidak  saja  meninggalkan  nama  besar  tapi juga
berhasil  mendidik  anaknya,  Haji  Abdul  Malik Karim Amrullah, karib
dengan sapaan Buya Hamka.

Siapa  Inyak  DeEr?  Paling  tidak,  seperti  dicatat  Murni Djamal di
Minangkabau, ada lima tokoh kunci paling berpengaruh dalam pembaharuan
Islam.  Keempatnya  adalah  Inyiak  DeEr,  Dr H Abdullah Achmad, Syekh
Muhammad  Jamil  Djambek, dan Syekh Tahir Jalaluddin al- Azhar. Namun,
nama  yang  disebut terakhir tidak terlibat secara langsung. Ia adalah
Syekh  Muhamad  Thaib  dari  Sungayang.  Mereka semua memiliki seorang
teman dan guru, karena paling tua, yaitu Syekh Tahir.

Inyiak   DeEr  juga  dikenal  sebagai  Haji  Rasul.  Setelah  mengecap
pendidikan  secara  tradisional  di berbagai tempat di Minangkabau, ia
naik  haji  tahun  1894.  Tujuh  tahun  kemudian  ia  melanjutkan lagi
pendidikannya  di  kampung  halamanya.  Tahun 1903, ia kembali lagi ke
Makkah  dan  pulang ke tanah air 1906. Ketika masjid yang kini dinamai
dengan nama dirinya terbakar, ia sedang tidak di Minangkabau.

Untuk mendapatkan bekal sebelum ke Makkah, Inyiak DeEr belajar mengaji
terlebih  dulu  kepada Haji Muhammad Salih dan tata bahasa Arab kepada
Haji Hud di Tarusan, sebuah nagari di kawasan Pesisir Selatan, Sumatra
Barat.  Untuk  fikih dan tafsir ia belajar pada ayahnya sendiri, Syekh
Muhamad Amrullah, dan Sutan Muhammad Yusuf di Sungai Rotan, Pariaman.

Seorang  pejabat  Belanda, Ph S van Ronkel, seperti dikutip oleh Murni
Djamal dalam bukunya bertajuk ''Dr H Abdul Karim Amrullah; Pengaruhnya
dalam Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke- 20''
(INIS-2002), menuliskan: ''Haji Abdullah Ahmad lebih merupakan penulis
daripada  guru,  lebih  merupakan  Muslim  universalis daripada Muslim
Melayu.  Haji  Abdul  Karim Amrullah merupakan tokoh paling agresif di
antara   ulama   modernis,  yang  fanatik  dan  paling  ditakuti  para
lawannya."

Inyiak DeEr memang modernis. Dialah yang memodernisir pendidikan Islam
di  Minangkabau, salah satunya dari sistem kholaqoh ke sistem klasikal
yang  berkembang  sampai  sekarang.  Sekolahnya,  Surau Jembatan Besi,
diubah  namanya  menjadi  Sumatra  Thawalib. Inilah sekolah yang kelak
menjadi   ajang  percaturan  intelektual  Islam,  pembaharuan,  bahkan
komunis.

Sukses  dengan  dunia  pendidikan, Inyiak DeEr juga berhasil meluaskan
Muhamamdiyah   di   Minangkabau.   Pada  awalnya,  ia  memakai  sebuah
organisasi  di nagarinya bernama Sendi Aman untuk titik tolak. Setelah
pertemuan yang intensif dengan tokoh-tokoh Muhamadiyah di Jawa, Inyiak
DeEr  makin  mantap  hatinya  untuk  ikut  mendirikan  Muhammadiyah di
kampung  halamannya sendiri. Ia lantas mendirikan sekolah Muhammadiyah
awal  tahun  1925.  Akhir  tahun  1925  sekolah itu memiliki murid 250
orang.  Inilah untuk pertama kalinya, bendera Muhammadiyah berkibar di
Minangkabau

Setelah  di  Maninjau,  organisasi  Muhammadiyah  kemudian  muncul  di
Padangpanjang.  Sejak  itu,  ormas  Islam  ini terus berkembang hingga
kemudian muncullah istilah, "Muhamamdiyah dilahirkan di Jogyakarta dan
dibesarkan di Minangkabau."

Tokohnya  tidak  lain  adalah  Inyiak  DeEr, ayah Buya Hamka. Jumat 26
Desember  2003  lalu,  masjid  tokoh ini diresmikan pemakaiannya. Jika
dulu  Muhamamdiyah  hadir  di  Maninjau karena peranan Inyiak DeEr dan
pedagang-pedagang  kain  asal  Maninjau di Pekalongan, kini masjid itu
dipugar,   juga   berkat  bantuan  dana  dari  perantau.  Rantau  bagi
Minangkabau adalah batin yang ditumpangkan di tempat lain.

'Posko' Pembaharuan Islam di Minangkabau

Setelah   berdiri  tegak  lebih  dari  100  tahun  dan  menjadi  saksi
perjuangan tokoh-tokoh Islam Minangkabau, masjid yang berada di tepian
Danau  Maninjau,  Sumatra  Barat,  ini  direhab  berat sejak awal 2002
silam.  Jumat  (26/12) lalu diresmikan pemakaiannya. Masjid yang telah
menelan  biaya  perbaikan  sekitar  Rp  650 juta itu kini tampak lebih
megah.  Namun, menurut Ketua Dewan Penyantun Pembangunan Masjid Inyiak
DeEr,  Drs  Yusuf  Daud  Datuk  Nan  Bareno,  untuk  perbaikan  tempat
berwudhu,  gedung  Aisyah dan surau Raudah, masih diperlukan lagi dana
Rp 280 juta. Biaya rehab bersumber dari sumbangan perantau setempat.

Masjid  Inyiak  DeEr,  diresmikan  (kembali)  menjelang  Shalat Jumat.
Prasastinya  ditandatangani  oleh Ketua DPRD Sumbar, Buya Arwan Kasri.
Dalam  acara  itu,  hadir  keluarga  besar  Inyiak  DeEr  dan sejumlah
perantau  Sungai  Batang, satu di antaranya adalah Rusjdi Hamka, tokoh
pers yang juga cucu Inyiak DeEr.

Masjid  ini  merupakan 'posko' Inyiak DeEr dalam melakukan pembaharuan
Islam  di  Minangkabau,  sebelum  ia  pindah  ke  Padangpanjang. Kapan
didirikan?  Tak  ada yang tahu waktu persisnya. Yang jelas tahun 1901,
masjid  ini  sempat  terbakar  dan dibangun lagi. Pada awalnya bernama
Masjid   Jorong  Batu  Panjang  atau  Masjid  Kampuang  Tangah.  Dalam
perjalanannya,  kemudian diganti lagi namanya dengan Masjid Istiqomah.
Kini,  nama  itu  diganti lagi dengan nama tokoh paling berpangaruh di
sana, Inyiak DeEr.''

( khairul jasmi/rul )  

 sumber :  Republika, Jumat, 23 Januari 2004




--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Reply via email to