Sah...iyo sabana sero manontonnyo. Lapeh juo taragak sangenek ka Kelok-44 jo hamparan Danau Maninjau dibawahnyo.
Indak sajo panonton nan hadir yg terhibur, pandanga radio di rumahpun ikuik bagumbira, nampak dr talipon interaktif on air. Penyanyi dan padendangnyopun mantap. Lai lo taniaik di wak nak kamanyumbang suaro-balagu- tapi indak disuruahnyo dek Mak Bandaro Labiah doh, kabaa juo lah, tapaso banyanyi surang sen dlm hati lai. Mancaliak lincahnyo gadencak Mak Bandaro Labiah nan mengkomandani acarako, tambahlo dapek sun pipi suok kida dr artis terkenal, ehemmm.... - pas baliau Ulang Taun tu mah - awak pun sato lo bagadencak, paling indak ampu kaki sen. he..he.. Awak pun lah sato lo mambali Kaset Den Salo, yg didendangkan dek personilnyo lansuang di acara tun, basambuang lo gadencak dendang dirumah. Saroman Bpk A Bandaro, wak pun indak talok sampai pagi doh, malakik tangah malam dibae pulang lai. Apolai bisauak pagi jadwal rutin wak olah raga, mancari paluah alia.... Kalau bagedencak sampai pagi, ma lo katalok lai olah raga. Tapi kalau Mak Alang Bangkeh kabanyo sampai manutuik tokonyo 'gai yo ? Lapeh dr suksesnyo acara ko, ado sangenek nan mengganjal dlm hati ambo, mungkin masalah sapele bagi urang lain atau malah bukan masalah samo sekali karano lah wajar atau harus begitu adanya, yaitu masalah marokok. Sangaik sambuah urang maisok diacaratun, asok mangkajuju sabana mangkapuok, untuang lai di ruang terbuka, tambahan lo lai sang MC menyampaikan acarako ndak formil2an, jd buliah sambia merokok...sambil membawakan acara acok tangan kida liau mamacik mik dan tangan suok mamacik paisok....hmnn.... Pakaro isok maisok ko, tadinyo ambo kamanyampaikan lewat japri Mak Bdr Labiah sen, tapi dek iko menyangkut hajat urang banyak juo, dan takaik lo jo adat budaya kito, mako ambo lewakan di palanta ko. Acok dlm acara karamian apopun, urang nan indak marokok harus mangalah dan tolerir ka urang nan maisok. Konon kedaan ko tabaliak jo kondisi di negara maju. Tolong kalau ado dunsanak nan di negara maju bisa maagiah gambaran, iyo baitu ndak ? Dalam acara adat budaya kitopun ado isitilah..... siriah nan sakapua, "rokok nan sabatang".....aratinyo marokok memang sudah sedemikian menghujam membudaya di awak sajak saisuak. Ambo raso istilahko paralu dipertimbangkan bagi para ahli adat, pemangku adat, pemerhati adat budaya untuak diganti/dihapuih dr seremonial2 adaik budayo, baiak dlm tulisan2 maupun acara nyata/aksi. Baa mangko barani ambo menyarankan baitu ? Sabananyo wak lah samo2 tau baa mudaraiknyo maisok ko, disatiok iklan dan bungkuih rokoktu pun lah ado peringatannyo. Tapi wak kan indak mau tau, basimada sen. Segala macam argumentasi pembenaran wak kaluakan : marokok kan cuma makruh, marokok memberi masukan cukai/pajak ke negara, menampung ribuan bahkan jutaan tenaga kerja....kadang2 terkesan saroman managakkan banang basah se lai alasan wak tu..... Kalau indak picayo baa buruaknyo marokok ko, cubolah simak tulisan Mamak kito dibawahko "Tuhan Sembilan Senti". Memang agak panjang, tapi rancak jadi bahan renungan. Terakhir ambo mohon maaf kalau ado nan indak berkenan. Apolai sairiang wak kamemasuki bulan suci Ramadhan, sekalian ambo mohon maaf lahia jo batin, semoga awak bisa memasuki bulan suci ko dg hati yg janiah dan beribadah dg baik. Tarimokasi sambuah2. Wass, Jumardi St. Chaniago (47), Bogor. Tuhan Sembilan Senti oleh : Taufik Ismail Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok, Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok, Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok, Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok, Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok, Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita, Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok, Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok, Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS, Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena, Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok, Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok, Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok, Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita, Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya, Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal? Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan? Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok. Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan, Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk, Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba, Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya, Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini, Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini. ----- Original Message ----- From: "A Bandaro" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>; <palanta@minang.rantaunet.org> Sent: Saturday, September 16, 2006 6:23 AM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] [banuanet] Bagurau Lamak 15 September 2006 > > Saluute ka dinda Bandaro Labiah. > > Jumaik 20:30 ambo hadir di rri-bogor manonton acara ko. > Ambo io surprise mancaliak acarako. > Acara meriah, "hidup". Antaro mc dan hadirin dan sesama hadirin > sangat akrab, lah cando kawan sakampuang sajo. Hadirin ikut aktip > di acara, bebas basorak diwakatuno. Komunikatip sekali. > Nan hadir rami, seat panuah, banyak nan tagak, kalau ndak salah > danga banyak nan datang dari lua bogor. > > Sabanyak tu nan hadir, salain Bdr Labiah ciek nan ambo kenal > Erwin Mochtar (Cimbuak.com , rantaunet) > Dek indak biaso "bagadang" diudaro terbuka, pukua 10 mlm ambo pulang. > > Selamat mbo ucapkan ka penyelenggara, khusuno Zul Bdr Labiah. > Nampakno acarako "harus" diadokan rutine, paliang tidak > kwartalan. > > Wass > 'mak Ban (56thn) > Bogor Baru > 1200 meter subalah timur RRI-bogor -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply - Besar posting maksimum 100 KB - Mengirim attachment ditolak oleh sistem =========================================================