Makasih kembali Mak Ban, dan salam kenal juga. Semoga tulisannya bermanfaat dan membuat pembacanya mau berkunjung ke sana. Salam yanti [EMAIL PROTECTED] wrote: Terimakasih Yanti.
Your posting very valuable. Thank Nof. mak Ban (56thn) ~~~~~~~~~~~~~~~~ > Dear All Dunsanak, > > Ini saya sharing tulisan Yanti, Wartawan Tempo, yg sangat > menarik untuk kita simak. Mungkin ada manfaatnya buat > rencana pulang kampung nanti bawa keluarga. > > Sebagian foto2 yg terkait dg tulisan ini, sudah bisa > dilihat di Forum Mak Itam: > http://www.west-sumatra.com/component/option,com_joomlaboard/Itemid,27/func,view/catid,42/id,184/#184> > Salam, > Nofrins St. Batuah > http://makitam.west-sumatra.com > > > febri yanti wrote: > Date: Fri, 22 Sep 2006 23:50:15 -0700 (PDT) > From: febri yanti > Subject: tulisan perjalanan ke sawahlunto > To: Yulnofrins Napilus > > > Da Nofrins, > Ini saya kirimkan tulisan perjalanan ke Sawahlunto > minggu lalu, mana tahu bisa untuk west sumatra atau > blog mak itam. Tapi agar menarik sebaiknya lengkapi > dengan foto-foto ke sawahlunto. > saLAM > yanti > > > One Day City Tour of Sawahlunto > > By: Febrianti > (Journalist) > > Dari Stasiun Muaro Kalaban, kereta api wisata dengan > kecepatan 20 km per jam membawa kami perlahan menuju > kota Sawahlunto yang berjarak 5 km dari Muaro Kalaban. > Kami delapan orang, saya ikut rombongan masyarakat > peduli kereta api Sumbar ingin menapaki jejak-jejak > perkeretapian di Sawahlunto. Rombongan kecil ini > adalah Nofrins dari MPKAS, Alfred, Rahman dan > Rachmadi (fotografer), Lesly dan Ayu (model), Sri > Setyawati Antropolog dan saya. > > Sebenarnya ini bukan kereta api beneran, cuma lori > wisata yang ditarik mesin mitsubishi > L-300 diatas bekas rel kereta api. Tapi tetap saja > menyenangkan . Kami melewati ladang rambutan, durian, > kelapa dan sawah. Tidak berapa lama lori wisata ini > melewati terowongan kereta api sepanjang 900 meter. > Terowongan ini dilengkapi dengan kamar-kamar kecil di > kiri kanan, dulunya tempat orang atau pekerja tambang > menghindar jika kereta api lewat > > Selama 15 menit dari Muaro Kalaban, kami sampai ke > Stasiun Sawahlunto yang sekarang disulap menjadi Museum > Kereta Api Sawahlunto. Di museum ini dipajang > benda-benda kereta api pada masa lampau seperti > gerbong-gerbong dan lokomotif kereta api zaman lalu. > Termasuk lampu sinyal dan timbangan barang. > > Wah, bahkan ada gerbong penumpang yang mirip di > film-film cowboy dengan dinding kayu. Kepala Stasiun > Zulkifli bahkan sempat memamerkan brankas zaman > belanda dengan kuncinya yang sebesar tangan. > Pengadaan benda-benda untuk museum kereta api kedua > setelah Museum Ambarawa ini dibantu PT Keretaapi > Indonesia. > > Stasiun dan rel kereta api ini mulai dioperasionalkan > 1894. Fungsi utamanya untuk mengangkut batubara ke > Pelabuhan Teluk Bayur (dulu Pelabuhan Emma Haven) di > Padang. Kini stasiun ini hanya difungsikan untuk > kereta wisata kecil yang disebut dresin. > > Tambang Batubara di Sawahlunto merupakan pemicu utama > didirikannya stasiun-stasiun dan rel kereta api di > provinsi ini pada Zaman Kolonial, jadi Stasiun > Sawahlunto menjadi sentral pada waktu itu dan nilai > sejarahnya sangat tinggi, kata Wali Kota Sawahlunto > Amran Nur yang datang menjumpai kami. > > Sekitar 200 meter dari Stasiun Sawahlunto, mata saya > tertuju pada sebuah menara setinggi 80 meter yang > menjulang di tengah kota. Menara itu dibangun pada > 1894 sebagai cerobong asap sentra listrik tenaga uap > dan kini berfungsi sebagai menara masjid. > > Di sebelah menara, saat ini berdiri Masjid Agung > Nurul Islam. Namun di bawah masjid masih dijumpai > ruang bawah tanah yang luas. Ruangan itu dulunya > adalah pusat pembangkit tenaga listrik (central > electrich) yang dibangun pada 1894. > > Tujuan utama pembangunan pembangkit listrik tenaga uap > tersebut adalah untuk pendukung operasional perusahaan > batubara yang dibuka pada 1891. Daya listrik yang > dapat dihasilkan alat ini adalah 20.000 megawatt hoog > spaning. > > Kota Sawahlunto amat unik, lanskap kota mirip kuali, > karena itu dijuluki kota kuali. Di dalam kuali > raksasa itu kita bisa menyaksikan bangunan-bangunan > bersejarah di kawasan tambang dan kota lama Sawahlunto > > Dengan berjalan kaki mudah menelusuri bangunan > bersejarah lainnya. Misalnya yang menonjol gedung > megah kantor pertambangan dengan halaman yang luas. > Gedung bergaya kolonial Belanda itu didirikan pada > 1896. Di sekitarnya berdiri lebih selusin bangunan > bergaya kolonial Belanda lainnya, seperti Wisma > Ombilin yang dulunya adalah Ombilin Hotel yang > dibangun pada 1918, gedung koperasi, gereja Katolik, > Sekolah Dasar Santa Lusia, rumah sakit, penjara, dan > sejumlah rumah pejabat. > > Gedung menarik lainnya adalah bekas gedung pertemuan > (societeit) dengan nama Gluck Auf yang dibangun pada > 1910. Gedung ini dulunya tempat pejabat kolonial > minum-minum, berdansa, dan bernyanyi. Kini gedung yang > masih terawat itu sedang dipugar untuk dijadikan > gedung kesenian. Pemerintah Kota berencana membuat > gedung ini menjadi pusat hiburan di Sawahlunto. > > Kalau perlu nanti kita jadikan seperti zaman dulu, > tempat pengunjung bisa berdansa, makan-makan dan > bernyanyi, kami juga sedang memugar dan berusaha > mengembalikan semuanya ke bentuk semula, termasuk > fungsi bangunannya, agar wisatawan betul-betul > merasakan suasana tempo dulu sebagai heritage tour, > kata Amran Nur. > > Terakhir kami mengujungi museum gudang ransum. Di > museum ini banyak peninggalan khas dapur umum, serta > ditambah ratusan foto hitam putih zaman tambang di > Sawahlunto yang rapi terbingkai. Maka lengkaplah sudah > perjalanan yang hanya menghabiskan waktu 4 jam > berkeliling kota. * > > Jejak Orang Rantai di Gudang Ransum > > Kandungan batubara yang ditemukan Willem Hendrik De > Greve pada pengujung abad ke-19 di Sawahlunto telah > menjadikan tempat itu sebagai kota penting di > Sumatera. > Cadangan emas hitam dalam jumlah besar menarik > Pemerintahan Hindia Belanda berinvestasi 5,5 juta > gulden, termasuk untuk membangun Pelabuhan Emma Haven > (kini Pelabuhan Teluk Bayur) di Padang untuk tujuan > memperlancar ekspor hasil tambang tersebut. > > Hindia Belanda juga membangun jalur kereta api dari > Emma Haven ke Sawahlunto sepanjang 155,5 km. Ribuan > pekerjanya didatangkan dari Jawa dan daerah lainnya. > Sebagian besar bahkan para kuli paksa, yaitu para > narapidana dari sejumlah penjara dengan kaki terantai. > Karena itu mereka disebut orang rantai. Setelah > proyek rel kereta api selesai, orang rantai ini > kemudian dijadikan buruh tambang. > Untuk melihat jejak orang rantai di Sawahlunto, kita > bisa menemukannya di Museum Gudang Ransum. Gedung ini > dulunya gudang ransum atau dapur umum untuk ribuan > pekerja termasuk orang rantai. > > Dapur umumnya dibangun dengan perencanaan yang matang > dan telah memanfaatkan kemajuan teknologi dengan > sistem memasak berskala besar, kata Sri Setyawati > teman seperjalanan kami yang dulunya merancang museum > ini dan kemudian pernah menjadi kepala museum. > > Gudang Ransum terdiri dari banguanan utama untuk dapur > umum, gudang persediaan bahan mentah, power storm atau > tungku pembakar, pabrik es batangan, penggilingan padi > hingga rumah potong hewan. Dulunya di dapur umum ini > memasak dengan sistem uap. > > Di bawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan > pipa cerobong yang mengalirkan uap panas untuk 20 > tungku. Uap panas ini berasal dari air panas yang > direbus di atas pebukitan yang dialirkan uapnya ke > gudang ransum. Setiap harinya gudang ransum > menyediakan 65 pikul nasi untuk ribuan pekerja. Jatah > makanan untuk orang rantai biasanya diantarkan ke > lokasi di mana mereka bekerja. > > Di Museum Gudang Ransum ini dipajang tungku pembakaran > yang tingginya lebih empat meter, sejumlah periuk > berdiameter 132 cm dengan tinggi 62 cm, kuali, ransang > dan aneka peralatan dapur umum yang berukuran serba > besar. Di museum Gudang Ransum ini juga berjejer > puluhan foto-foto orang rantai dan kegiatan > pertambangan yang membawa ingatan kita ke tempo dulu. > Koleksi museum Gudang Ransum ini menurut Sri > diperolehnya dengan mencari ke masyarakat. Dengan > pendekatan yang baik, akhirnya mereka bersedia > menyerahkan koleksinya untuk dipajang di museum, kata > Dosen Fisip Unand ini. > > Bagaimana ke Sawahlunto? > > Bila ingin ke Sawahlunto perjalanan bisa dimulai dari > tiga kota wisata di Sumatera Barat yaitu Padang, > Bukittinggi, dan Batusangkar. Dari Padang Kota > Sawahlunto berjarak 94 km, dari Batusangkar jaraknya > 38 km, dan dari Bukittinggi137 km. Semuanya hanya > dapat ditempuh melalui darat dengan naik bus, mobil > rental, atau biro perjalanan. > > Dari Padang dapat ditempuh hanya 1,5 jam. Ingin murah > lebih baik naik bus umum. Dengan membayar Rp15.000 > Anda sudah sampai ke Sawahlunto. Bus umum ke > Sawahlunto ada setiap jam di Terminal Air Pacah, > Padang. Jangan khawatir tersesat sesampai di > Sawahlunto, kotanya yang seperti kuali itu akan > memudahkan Anda menemukan jalan pulang. > > Kalau tak mau repot berkeliling kota, jika bersama > rombongan berjumlah 25 orang Anda bisa mencarter bus > wisata yang disediakan Dinas Pariwisata Sawahlunto > dengan tarif Rp250 ribu satu trip. > Tour ini melewati kota lama, living museum, bekas > tambang terbuka, lokasi Ombilin Mines Training College > (OMTC), bahkan sampai ke Talawi menyaksikan kuburan > pahlawan nasional Muhammad Yamin yang merupakan putra > daerah Talawi. * > > > > > --------------------------------- > Do you Yahoo!? > Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail. > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > Kirim email kosoang apobilo: > Ka sato maota disiko, ka: > [EMAIL PROTECTED] cuti dari > palantako, ka: [EMAIL PROTECTED] > Sato duduak baliak disiko, > [EMAIL PROTECTED] > Ingin manarimo digest sajo ka: > [EMAIL PROTECTED] Lah maleh di > palantako, ka: [EMAIL PROTECTED] > > Photo dan file dapek di upload ka website group, cubo masuak > ka: http://groups.yahoo.com/group/palantasma1bkt/photo Baco > dan upload file di: > http://groups.yahoo.com/group/palantasma1bkt/files/ Bia agak > tahu tantang fasilitas group pai ka: > http://help.yahoo.com/help/us/groups/files > > Yahoo! Groups Links > > <*> To visit your group on the web, go to: > http://groups.yahoo.com/group/palantaSMA1Bkt/ > > <*> Your email settings: > Individual Email | Traditional > > <*> To change settings online go to: > http://groups.yahoo.com/group/palantaSMA1Bkt/join > (Yahoo! ID required) > > <*> To change settings via email: > mailto:[EMAIL PROTECTED] > mailto:[EMAIL PROTECTED] > > <*> To unsubscribe from this group, send an email to: > [EMAIL PROTECTED] > > <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: > http://docs.yahoo.com/info/terms/ > ___________________________________________________________ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply - Besar posting maksimum 100 KB - Mengirim attachment ditolak oleh sistem ========================================================= --------------------------------- Do you Yahoo!? Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail. -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply - Besar posting maksimum 100 KB - Mengirim attachment ditolak oleh sistem =========================================================