Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--------------------------------------
Dunia lain yang bernama kemiskinan
<http://radjanusantara.blogspot.com/2006/10/dunia-lain-yang-bernama-kemi\
skinan.html>       
<http://radjanusantara.blogspot.com/2006/10/dunia-lain-yang-bernama-kemi\
skinan.html#comments> oleh : Benni Inayatullah
<http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=18378728&postID=1159769981577\
98406&quickEdit=true>
juga bisa di baca  
<http://www.padangekspres.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&art\
id=6349> 
<http://www.padangekspres.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&art\
id=6349> disini
<http://www.padangekspres.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&art\
id=6349>

 
<http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=18378728&postID=1159769981577\
98406&quickEdit=true>
Sepertinya kemiskinan masih menjadi topik yang amat menarik untuk
dibicarakan dan dikunyah-kunyah. Bukan saja karena banyaknya opini
berbagai kalangan mengenai cara memberantas kemiskinan di media massa
namun juga karena adanya "pengakuan" Pemerintah bahwa Indonesia
dan Sumbar khususnya memang miskin dan untuk itu  perlu merencanakan
program pengentasan kemiskinan berbasis nagari.
Secara SDA Sumbar memang tidak menonjol dibanding daerah lain begitu
pula SDM yang semakin melorot dari waktu kewaktu. Namun kali ini kita
tidak akan membicarakan mengenai konsep pengentasan kemiskinan terkait
dengan SDA namun kita akan melihat sebuah dunia lain yang bernama
kemiskinan


Dunia yang datar

"Dunia itu datar," tulis Thomas Friedman dalam bukunya The World
is Flat, A Brief History of The Globalized World in The 21st Century.
Ungkapan tersebut menggambarkan, bagaimana dunia saat ini sudah begitu
terintegrasi. Dengan globalisasi beserta kemajuan telekomunikasi, dunia
telah menjadi "satu lapangan permainan".

Bagi Friedman, dunia yang datar merupakan berkah bagi kehidupan manusia.
Dalam bidang ekonomi, China dan India telah menikmati berkah tersebut
melalui berbagai macam outsourcing pekerjaan dari Amerika Serikat dan
Jepang. Hasilnya, pekerja di China dan India memperoleh upah lebih
tinggi dibandingkan sebelumnya dan tentu saja: proses pembelajaran.
Sesuatu yang mustahil terjadi tanpa adanya internet dan berbagai piranti
lunak (software) yang menghilangkan kendala jarak dan batas-batas
negara.


Secara sosial-politik, dunia yang datar menghancurkan monopoli informasi
oleh para elite dan penguasa otoriter. Ini melahirkan relasi yang lebih
egaliter karena masyarakat secara luas mampu mengakses informasi melalui
internet, televisi, dan berbagai kemajuan telekomunikasi lainnya.


Namun kalau ditilik di Indonesia terdapat kesenjangan antara si kaya dan
miskin dalam mengakses permainan global. Terjadi dua dikotomi antara
orang kaya yang bebas dan menikmati permainan global tersebut serta kaum
miskin yang mayoritas yang larut dalam kubangan kemiskinan.


Menurut Friedman globalisasi saat ini adalah yang ketiga. Globalisasi
yang pertama antara tahun 1492—1800. Inti dari fase ini adalah
pertarungan antarnegara dalam kompetisi global. Globalisasi  tahap kedua
yang terjadi antara tahun 1800—2000 merupakan kompetisi
antarperusahaan.


Globalisasi yang terjadi saat ini menempatkan individu sebagai aktor
utama untuk melipatgandakan keuntungan di level global. Terdapat
kesempatan yang lebih besar bagi setiap individu untuk ikut bermain dari
manapun mereka berasal. Tidak ada lagi monopoli bangsa tertentu
melainkan semua individu dari bangsa manapun berhak memperoleh
kesempatan sama dalam permainan global ini.


Dunia yang datar memang mendatangkan perubahan yang luar biasa bagi
kesempatan berusaha namun sepertinya masih menyisakan dikotomi antara
kaya dan miskin. Kaum miskin -secara alamiah- sulit memanfaatkan
kemajuan ekonomi dan teknologi informasi. Mereka tak punya sumber daya
untuk mengakses internet, menafsirkan informasi secara memadai andai
mereka mampu memperolehnya, dan bersaing dalam berbagai kesempatan yang
tersedia dari globalisasi. Hambatan struktural ini membuat kaum miskin
seperti hidup terasing dalam gegap gempita kemajuan.


Dalam banyak hal kebebasan informasi telah memperlebar kesenjangan
ekonomi. Masyarakat yang memiliki akses terhadap tekonologi informasi
setiap detik bisa memantau informasi dan perkembangan dunia lain.
Sementara itu masyarakat miskin tetap buta informasi sehingga mereka
tetap menjadi kaum yang termarjinalkan.

Dunia yang datar, dengan demikian telah memberikan kesempatan yang lebih
egaliter antara kelas atas dengan kelas menengah. Juga antarbangsa,
antara negara maju dengan negara berkembang. Namun, kaum miskin sebagai
individu-individu tetap terkucil dilindas kemajuan jaman.






Isolasi Kaum Miskin


Sesungguhnya kaum miskin menghadapi tiga jenis isolasi sekaligus. Ini
membuat mereka tidak bisa mengambil peran, dalam dunia yang seterbuka
apapun.

Pertama, adalah isolasi ekonomi. Kaum miskin tidak punya kemampuan untuk
ikut dalam proses produksi, baik sebagai pengusaha, pemilik modal,
pemilik tanah, bahkan pekerja. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki
daya beli memadai untuk konsumsi. Globalisasi dan kemajuan teknologi
informasi bahkan makin membuat mereka susah mengikuti ritme perubahan
dalam perekonomian.

Kedua, isolasi politik. Bahkan dalam sistem yang paling demokratis dan
terdesentralisasi sekalipun, kaum miskin tetap terisolasi dari sistem
politik. Kontrak politik baru yang terjadi pascareformasi politik 1998
praktis hanya terjadi antara elite dengan kelas menengah atau dalam
relasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Akibat isolasi politik
ini, kebijakan publik tidak mampu menolong "kekalahan" kaum
miskin di pasar.

Ketiga, isolasi pendidikan yang melengkapi penderitaan kaum miskin
akibat isolasi ekonomi dan isolasi politik. Anak keluarga kaum miskin
tidak mendapat akses memperoleh pendidikan yang layak. Terjadilah
reproduksi kemiskinan. Ketika berlangsung kemajuan luar biasa dalam
metode pendidikan dan hasil-hasil riset dari berbagai penjuru dunia
dapat diakses dengan mudah di situs-situs internet, kaum miskin hanya
menjadi penonton setia.

Berkaitan dengan ketiga isolasi tersebut, pemerintah Indonesia dan
Sumbar khususnya harus mampu melaksanakan dua kebijakan secara pararel.
Pertama, memfasilitasi dan mendorong kemampuan berkompetisi individu dan
pelaku usaha Indonesia di "lapangan permainan" dunia yang datar.
Kedua, berpihak kepada kaum miskin dengan menempatkan mereka sebagai
prioritas dalam pengambilan kebijakan. Tidak mudah untuk melakukannya,
tetapi untuk itulah pemerintah ada.
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Kirim email ke