Tolong dibaca aturan di footer dibawah --------------------------------------
---------- Forwarded message ---------- From: Rahima <[EMAIL PROTECTED]> Date: Nov 4, 2006 8:37 AM Subject: Berkunjung ke Andalusia(7) To: [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakaatuhu. Andalusia(7) Ibnu Rusyd (1126-1198) lahir di Cordova lidah barat menyebutnya Averroes yang nama lengkapnya adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum, ilmu hisab (arithmatic), kedokteran, dan ahli filsafat terbesar dalam sejarah Islam dimana ia sempat berguru kepada Ibnu Zuhr, Ibn Thufail, dan Abu Ja'far Harun dari Truxillo. Pada tahun 1169 Ibn Rusyd dilantik sebagai hakim di Sevilla, pada tahun 1171 dilantik menjadi hakim di Cordova. Karena kepiawaiannya dalam bidang kedokteran Ibnu Rusyd diangkat menjadi dokter istana tahun 1182. Karya besar yang di tulis oleh Ibnu Rusyd adalah Kitab Kuliyah fith-Thibb (Encyclopaedia of Medicine) yang terdiri dari 16 jilid, yang pernah di terjemahkan kedalam bahasa Latin pada tahun 1255 oleh seorang Yahudi bernama Bonacosa, kemudian buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan nama "General Rules of Medicine" sebuah buku wajib di universitas-universitas di Eropa. Karya lainnya Mabadil Falsafah (pengantar ilmu falsafah), Taslul, Kasyful Adillah, Tahafatul Tahafut, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Tafsir Urjuza (menguraikan tentang pengobatan dan ilmu kalam), sedangkan dalam bidang musik Ibnu Rusyd telah menulis buku yang berjudul "De Anima Aristotles" (Commentary on the Aristotles De Animo). Ibnu Rusyd telah berhasil menterjemahan buku-buku karya Aristoteles (384-322 SM) sehingga beliau dijuluki sebagai asy-Syarih (comentator) berkat Ibnu Rusyd-lah karya-karya Aristoteles dunia dapat menikmatinya. Selain itu beliaupun mengomentari buku-buku Plato (429-347 SM), Nicolaus, Al-Farabi (874-950), dan Ibnu Sina (980-1037). Ibnu Rusyd seorang yang cerdas dan berfikiran kedepan sempat dituduh sebagai orang Yahudi karena pemikiran-pemikirannya sehingga beliau di asingkan ke Lucena dan sebagian karyanya dimusnahkan. Doktrin Averoism mampu pengaruhi Yahudi dan Kristen, baik barat maupun timur, seperti halnya pengaruhi Maimonides, Voltiare dan Jean Jaques Rousseau, maka boleh dikatakan bahwa Eropah seharusnya berhutang budi pada Ibnu Rusyd. Ibnu Zuhr (1091-1162) atau Abumeron dikenal pula dengan nama Avenzoar yang lahir di Seville adalah seorang ahli fisika dan kedokteran beliau telah menulis buku "The Method of Preparing Medicines and Diet" yang diterjemahkan kedalam bahasa Yahudi (1280) dan bahasa Latin (1490) sebuah karya yang mampu pengaruhi Eropa dalam bidang kedokteran setelah karya-karya Ibnu Sina Qanun fit thibb atau Canon of Medicine yang terdiri dari delapan belas jilid. Ibnu Arabi (1164-1240), dikenal juga sebagai Ibnu Suraqah, Ash-Shaikhul Akbar, atau Doktor Maximus yang dilahirkan di Murcia (tenggara Spanyol). Pada usia delapan tahun tepatnya tahun 1172 ia pergi ke Lisbon untuk belajar pendidikan Agama Islam yakni belajar Al-Qur'an dan hukum-hukum Islam dari Syekh Abu Bakar bin Khalaf. Setelah itu ia pergi ke Seville salah satu pusat Sufi di Spanyol, disana ia menetap selama 30 tahun untuk belajar Ilmu Hukum, Theologi Islam, Hadits, dan ilmu-ilmu tashawwuf (Sufi). Karyanya sungguh luar biasa, konon Ibnu Arabi menulis lebih dari 500 buah buku, sekarang di perpustakaan Kerajaan Mesir di Kairo saja masih tersimpan 150 karya Ibnu Arabi yang masih ada dan utuh. Diantara karya-karyanya adalah Tafsir Al-Qur'an yang terdiri 29 jilid, Muhadaratul Abrar Satu jilid, Futuhat terdiri 20 jilid, Muhadarat 5 jilid, Mawaqi'in Nujum, at-Tadbiratul Ilahiyyah, Risalah al-khalwah, Mahiyyatul Qalb, Mishkatul Anwar, al Futuhat al Makiyyah yakni suatu sistim tasawwuf yang terdiri dari 560 bab dan masih banyak lagi karangan-karangan hasil pemikiran Ibnu Arabi yang mempengaruhi para sarjana dan pemikir baik di Barat maupun Timur setelah kepergiaanya. Ibnu Arabi dengan nama lengkapnya Syekh Mukhyiddin Muhammad Ibnu 'Ali adalah salah seorang sahabat dekat Ibnu Rusyd. Ia sering berkelana untuk thalabul 'ilmi (mencari ilmu) dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya seperti ke Maghribi, Cordova, Mesir, Tunisa, Fez, Maroko, Jerussalem, Makkah, Hejaz, Allepo, Asia kecil, dan Damaskus hingga wafatnya disana dan dimakamkan di Gunung Qasiyun. ** Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Andalusia sejak tahun 711 M hingga berakhirnya kekuasaan Islam di Granada pada tanggal 2 Januari 1492 M / 2 Rabiul Awwal 898 H tepatnya 512 tahun lalu, Andalusia dalam masa kejayaan Islam telah melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang tertulis dengan tinta emas di sepanjang jaman. Karya mereka yang masih ada banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa di penjuru dunia. Sehingga universitas-universitas dibangun di negeri ini ditengah ancaman musuh-musuhnya. Itulah keunikan para ulama, cendekiawan-cendekiawan tempo dulu bukan saja menguasai satu bidang ilmu pengetahuan namun mereka menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang disegani dan tanpa pamrih, hingga nama mereka dikenang oleh setiap insan. Kini bukti kemajuan akan peradaban Islam tempo dulu di Spanyol dapat kita lihat sisa-sisa bangunan yang penuh sejarah dari Toledo hingga Granada, dari Istana Cordova hingga Alhambra. Dan disinilah berkat kekuasaan Tuhan walaupun kekuasaan Islam di Spanyol telah jatuh kepada umat Kristen beberapa abad silam yang menjadikan Katolik sebagai agama resmi, namun karya-karya anak negeri ini mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa bagi umat manusia hingga di abad milenium yang super canggih. Satu hal yang harus kita renungkan sekarang, apa yang telah engkau berikan kepada bangsa dan umat manusia ini. Kemanfaatan atau Kemadlaratan?. Menggugah Kesadaran Ukhuwah Islamiah Alunan Azan Kembali Bergema di Granada HARI Kamis (10/7) merupakan hari amat bersejarah bagi umat Islam di Kota Granada Spanyol. Hari itu, salah satu masjid dibuka dengan kumandang suara azan. Disusul pembukaan selubung kain merah penutup prasasti batu oleh Sheik Sultan bin Mohammad al Qassimi dari Uni Emirat Arab (UEA). Umat Islam Spanyol menyambut peristiwa itu dengan ucapan Allahu Akbar yang artinya Allah Mahabesar. Kekuasaan Allah SWT., memang tak dapat ditandingi kekuasaan mahluk apa pun, termasuk manusia. Perjuangan sejak tahun 1981, agar umat Islam Granada memiliki masjid, akhirnya tercapai juga. Bantuan dana dari Libia, UEA, dan negara-negara Muslim kaya lainnya memungkinkan tegaknya masjid berarsitektur unik. Paduan antara biara klasik Katolik Roma dan gereja klasik Granada. Gambaran toleransi budaya umat Islam yang amat mengagumkan. Bukti ketinggian harga diri yang tak pernah runtuh, walaupun merasa sebagai minoritas di tengah impitan mayoritas, dengan luka sejarah lebar menganga. Umat Islam di Spanyol hanya 1,5% (sekira 600 ribu) dari 40 juta penduduk. "Semoga suara azan ini tidak akan lenyap lagi dari Granada. Bahkan, gemanya diharapkan mampu menembus puncak-puncak pegunungan Siera Nevada. Sebagaimana dulu keagungan dan kejayaan Islam terpancar dari Akhambra di bukit La Sabika," kata Mohsen Ali (45), imigran Maroko yang menghadiri acara mengesankan itu. Suara azan lenyap dari menara-menara masjid Kota Granada Spanyol, 511 tahun yang lalu. Tepatnya, 5 Januari 1492, setelah penguasa terakhir Granada, Sultan Muhammad XII Boabdillah an Nashriyah, menyerahkan kunci benteng Alhambra kepada penguasa Spanyol Kristen, Ferdinand dan Issabella Boabdillah sekeluarga, segera meninggalkan bumi Andalusia yang menjadi tanah air kaum Muslimin sejak tahun 711, (sekira 800 tahun) menuju Maroko diikuti puluhan ribu kaum Muslimin lainnya. Yang tak mampu berimigrasi, mau tak mau menghadapi keganasan Mahkamah Inquisisi yang dibentuk untuk membersihkan Spanyol dari penduduk selain Kristen. Yang menjadi sasaran adalah umat Islam dan umat Yahudi. Kegiatan agama Islam pun otomatis dilarang. Masjid-masjid dirobohkan atau dialihfungsikan. Granada, pusat pemerintahan Dinasti Nashiriyah atau Banu al Ahmar yang dibangun tahun 1232 oleh Muhammad I al Ghalib Ibnu Ahmar, berubah menjadi kota mati. Alhambra, istana dan benteng termashur ikut kehilangan pamor, redup suram. Istana dan benteng berwarna merah hasil karya puncak arsitektur umat Islam abad pertengahan yang tak tertandingi hingga kini, tiba-tiba mirip rumah hantu. Padahal, sebelumnya menjadi pusat perhatian para penyair. Ibnu Zamrak, seorang penyair Muslim Spanyol abad 14 menyebutkan Alhambra adalah sebutir zambrud merah yang terpancang di pucuk mahkota emas. Kepopuleran Granada juga kota-kota umat Islam lainnya di Spanyol, seperti Cordoba, Sevilla, Zaragosa, Toledo, Malaga, Almeria, lenyap bagai pasir diterjang angin. Upaya pemerintah Spanyol pasca kejatuhan Granada melakukan deislamisasi, baik melalui Mahkamah Inqusisi dihapus tahun 1602) maupun pembatasan kegiatan ibadah umat Islam, cukup ampuh untuk menghilangkan jejak-jejak kejayaan Islam di bumi Spanyol yang dulu bernama Andalusia itu. Termasuk mengubah bentuk dan fungsi bangunan karya umat Islam, agar tampak bercorak Kristiani. Seperti Masjid Cordoba di Kota Cordoba yang diubah menjadi katedral. Di kota yang pernah menjadi pusat ilmu dan teknologi Islam, sekaligus pusat kebangkitan (renaissance) Eropa itu dibangun pula patung-patung para tokoh terkenal abad pertengahan. Antara lain, patung Ibnu Rusyd (Averroes) di suatu tempat dan muridnya Musa bin Maimun (Maimonedes) di tempat lain. Ibnu Rusyd adalah seorang ahli kedokteran, filsuf, dan faqih (ahli hukum Islam). Filsafat Ibnu Rusyd mengandung pencerahan (optimisme), bertentangan dengan filsuf Al Gazali yang cenderung mengandung penyerahan (skeptisme). Di bidang ilmu fikih, Ibnu Rusyd menulis buku berjudul Bidayatul Mujtahid yang banyak dikaji umat Islam di pesantren-pesantren. Sedangkan Musa bin Maimun, seorang Yahudi yang dianggap sebagai "Musa Kedua" oleh Yahudi Spanyol abad pertengahan. Ia banyak menulis risalah, antara lain Misnah tafsir Kitab Taurat. Kejayaan umat Islam di Spanyol sejak zaman Cordoba (756-1031) hingga zaman Granada (1232-1492) berdampak positif terhadap kehidupan umat agama lain. Terutama Yahudi yang dihina dan dianiaya di seluruh Eropa, tetapi mendapat tempat terhormat di kalangan umat Islam Spanyol. Solomon ben Gazirol, penulis buku History of the Jews (1986) menyebutkan masa pemerintahan umat Islam di Spanyol adalah the golden age (abad keemasan) orang Yahudi. "Akan tetapi, kejayaan itu lenyap akibat rasa ukhuwah islamiah pudar. Setelah menikmati puncak-puncak kejayaan, tokoh-tokoh Islam Andalusia lupa diri. Mereka lebih mementingkan kekuasaan pribadi, keluarga, kelompok, dan golongannya sehingga timbul perpecahan internal yang mengundang ikut campur pihak eksternal. Tiga ratus tahun kekuasaan Umayyah Cordoba diikuti 300 tahun kekuasaan mulukut tawaif (raja-raja kecil), kemudian kejayaan 200 tahun kejayaan Granada seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam Spanyol. Mengapa mereka merosot? Cordoba berhasil menjadi pusat perhatian dunia berkat kemajuan ilmu dan teknologinya. Ternyata runtuh juga setelah para penguasanya bertengkar. Disusul "Mulukut Tawaif" yang tak menghasilkan apa-apa, kecuali pertumpahan darah sesama umat Islam. Granada merupakan kesempatan umat Islam memperbaiki diri, setelah pecahan-pecahan kekuatan umat Islam dirampas kekuatan Kristen. Sayang, masa 200 tahun tak mampu menyadarkan umat Islam untuk bangkit menjalin ukhuwah dan mendekatkan diri kepada Allah. Akhirnya, Granada pun jatuh dan delapan ratus tahun kejayaan umat Islam di Spanyol terhapus dari buku sejarah," papar Dr. Husin Muannas dalam bukunya Rihlatul Andalus, Haditsul Firdausul Mau'ud (1988). Hal senada dikemukakan pula oleh Dr. Abdul Halim Uwais dalam bukunya Dirasat li Suquti Tsalatsina Daulah Islamiyah (1982). Akibat lebih lanjut, hingga lima ratus tahun kemudian setelah kejatuhan Granada, umat Islam Spanyol tak punya masjid dan tak pernah mendengar alunan azan. Hingga hari Kamis, 10 Juli yang lalu ketika umat Islam menerima kehadiran masjid yang mengingatkan kenangan ke masa lampau. Masa umat Islam Spanyol menjadi penentu di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sastra, budaya, serta berbagai aspek kehidupan lainnya. Sebagaimana harapan para hadirin dan umat Islam setempat, Masjid Granada yang amat kecil dibandingkan Masjid Raya Cordoba atau Masjid Raya Sevilla (dibangun tahun 1711 oleh Sultan Abu Yusuf al Muwahhid, diubah menjadi Gereja Santa Maria de la Sede), diharapkan menjadi setitik nyala api yang dapat menghangatkan semangat ukhuwah islamiah umat Islam di seluruh dunia. "Bukan berarti umat Islam harus kembali ke Spanyol membawa pasukan seperti zaman Tarikh bin Ziyad dan Musa bin Nusair. Akan tetapi, cukup membawa bukti amal kebajikan dan cerminan rahmatan lil alamin," kata Mohsen Ali lagi, penuh haru. (H. Usep Romli H.M.)*** Bersambung. Wassalam(Rahima) -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika: 1. Email ukuran besar dari >100KB. 2. Email dengan attachment. 3. Email dikirim untuk banyak penerima. ================================================