Tolong dibaca aturan di footer dibawah --------------------------------------
Evakuasi Korban Tuntas * Presiden Turut Berduka Minggu, 17-Desember-2006, Padang, Padek-Berakhir sudah pencarian korban longsor di Jorong Sarasah Koto Baru, Kenagarian Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, yang terjadi Jumat (14/12). Dalam pencarian hari kedua kemarin, seluruh korban tertimbun berhasil ditemukan, jumlah keseluruhannya 18 orang. Sehari sebelumnya, tujuh korban telah evakuasi tim SAR dibantu warga. Proses pencarian yang dimulai sejak Sabtu pagi kemarin dibantu dua alat berat berupa eskavator. Dalam pencarian hari kedua, petugas menemukan 11 korban yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan. Korban terakhir yang ditemukan adalah Muslim (60), Garin Masjid Nurul Huda, sekitar pukul 15.15 WIB. Penemuan Muslim sekaligus mengakhiri pencarian tim SAR, karena data terakhir dari lokasi dan berdasarkan informasi warga setempat, warga tertimbun hanya 18 orang, bukan 19 orang seperti yang diperkirakan sebelumnya. Jenazah korban longsor setelah ditemukan langsung dikumpulkan di Mushalla Nurul Ikhsan, 200 meter dari lokasi bencana. Jenazah langsung dimandikan dan dikafani. Para korban longsor tersebut sore kemarin langsung dikebumikan secara massal di daerah perbukitan sekitar 400 meter dari lokasi yang dikenal warga dengan sebutan "parak pakih". Sementara itu, dari Kabupaten Solok Selatan dilaporkan, longsor yang menimpa penambang emas di Gasian Lubuk Ulang Aling, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kamis (14/12) lalu, korban meninggal yang semulanya berjumlah 11 orang, ternyata menurut keterangan Wakil Bupati Solok Selatan Nurfirmanwansyah hanya 6 orang meninggal. "Jumlah korban meninggal hanya 6 orang. Sedangkan, 2 orang lainnya luka-luka parah dan 3 orang selamat. Untuk korban yang meninggal, Pemkab memberi santunan sebesar Rp1 juta untuk keluarga yang ditinggalkan. Sementara korban yang luka berat diberi santunan Rp500 ribu," terang mantan anggota Komisi C DPRD Sumbar ini. Peristiwa yang terjadi di kedua daerah tersebut menambah deretan panjang musibah tanah longsor yang merenggut korban jiwa di Sumatera Barat, sekaligus sebagai bukti bahwa sejumlah kawasan di Sumbar rawan longsor, karena kondisi tanahnya yang tidak stabil dan berada di atas patahan Sumatera. Dalam catatan koran musibah yang sama terjadi di Bukit Tui Padangpanjang, tahun 1986, puluhan rumah hancur dan ratusan nyawa melayang. November 1999 juga terjadi bencana tanah longsor yang menelan 25 orang di Bukit Lantiak, Kota Padang, dan 21 unit rumah hancur diterjang longsor. Di Gaung, Kota Padang kembali bencana yang sama, puluhan nyawa juga melayang di tahun 2005 lalu. Terkait peristiwa yang terjadi di Lembah Gumanti, Wali Nagari Air Dingin, Usman Pono Marajo ditemui koran ini di posko bencana sekitar tiga kilo (3 km) dari TKP menyebutkan, sebagian warga yang tertimpa musibah tersebut, untuk sementara ditampung di rumah tetangga, sanak famili dan tenda darurat. Menurut dia, sebagain besar pemukiman warga Jorong Kotobaru itu akan direlokasi pemerintah. "Pemukiman warga yang rawan longsor, akan direlokasi oleh pemerintah, yang dananya dari pusat. Sekitar 70 persen warga, telah menyatakan kesetujuannya, karena trauma bencana saat ini," ujar Wali Nagari Air Dingin itu. Dijelaskan Usman Pono Marajo, relokasi itu rencananya sejatinya akan memindahkan sebanyak 60 rumah milik 60 Kepala Keluarga (KK) yang dihuni oleh 305 jiwa. Relokasi tersebut kata dia merupakan kebijakan penting yang harus dilakukan, sebab rumah warga itu berada di daerah yang rawan bencana. "Relokasi pemukiman warga itu, saya rasa hanya tinggal realisasi saja," jelas Usman. Pantauan koran ini langsung ke lokasi kejadian kemarin, proses pencarian korban oleh segenap tim SAR dari berbagai unsur itu, mengundang perhatian dari ratusan warga. Di Mushalla Nurul Ikhsan tempat terbaringnya jasad korban, puluhan sanak keluarga nampak, dengan setia menunggui prosesi penyelenggaraan jenazah, jelang dimakamkan. Maiyan (40) orang tua dari korban Kamra kepada koran ini mengaku, anaknya sekitar satu setengah bulan lalu, mengaji di Masjid Nurul Huda yang terimbun longsor. Pada malam naas itu, di Masjid tersebut ada sebanyak sem bilan warga. "Sekitar pukul 23.30 WIB, Kambra sempat pulang ke rumah sehabis mengaji dengan tiga temannya. Setelah itu dia kembali lagi ke Masjid, seperti kebiasaan anak muda di kampung ini. Sebelum kejadian saya tidak memiliki firasat apa-apa, akan kehilangan Kambra yang menjadi tulang punggung keluarga itu," ujar Maiyan dengan tegar. Lain halnya pengalaman Etek Nedi yang bernama Si Er (32). Seminggu sebelum musibah itu terjadi, selama tujuh hari berturut-turut dia, selalu bermimpi yang sama ada orang "baralek" (pesta perkawinan). Bahkan Kamis malam, beberapa jam sebelum longsor terjadi, seekor ular naik ke atas rumahnya. "Sebelum kejadian, selama tujuh hari saya mimpi ada orang baralek di kampung ini. Namun saya tidak menyangka, mimpi yang aneh selama seminggu itu, pertanda akan terjadi musibah longsor," ungkap Si Er sembari menyaksikan keponakannya dikafani. Hingga berita ini diturunkan, pencarian warga korban longsor telah dihentikan tim Search And Rescue (SAR). Sabtu sore, seluruh jenazah dimakamkan secara Islam di kawasan perbukitan sekitar 400 meter dari lokasi yang dikenal warga dengan sebutan "parak pakih". Di samping 18 orang warga Air Dingin tewas dalam kondisi yang mengenaskan akibat terperangkap timbunan tanah bercampur lumpur itu, sedikitnya 12 warga yang menderita luka berat dan ringan, kini tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Tentara Solok KesdamI/BB, yang seluruh biaya pengobatannya ditanggung Pemkab Solok. Mereka adalah, Peri (35), Minah (35), Sul (40), Liana (60), Syamsinur (45), Khaidir (50), Limar (25), Mansur (35), Sa'ban (35), Dori (8), Jup (30) dan Sigal (12). Bupati Solok, Gusmal yang hingga Sabtu malam (16/12) masih berada di TKP, ketika menyatakan seluruh korban telah ditemukan dan pencarian/evakuasi berakhir, menaksir kerugian Rp7,5 Milyar. Untuk ini, dia mewakili Pemkab. Solok dan masyarakat Aia Dingin berharap semua pihak tetap mengulurkan tangan memberikan bantuan. Hingga saat ini, bantuan di Posko bantuan terus mengalir. (*) ** Sumbar Rawan Bencana Peristiwa longsor di perbukitan Jorong Sarasah Koto Baru, Kenagarian Aia Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Jumat (14/12) lalu tak hanya membawa kepedihan bagi keluarga korban dan masyarakat di daerah ini. Peristiwa yang merenggut korban jiwa itu juga menjadi perhatian presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Orang nomor satu di republik ini yang akan berkunjung ke Ranah Minang, Senin (18/12) juga menyampaikan rasa dukanya. "Presiden melalui asisten pribadinya, Brigjen Kudri Mustofa menyampaikan rasa duka yang mendalam atas musibah yang terjadi di Solok. Beliau (Kudri Mustofa, red) tadi menyampaikan itu pada saya melalui telepon. Bahkan dalam kunjungannya ke Sumbar besok (Senin, red) pak presiden akan melakukan pertemuan dengan para walinagari se Lembah Gumanti dan camat di Padang," papar Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi kepada koran ini kemarin (16/12). Pada kesempatan peringatan Hari Nusantara yang akan diperingati di Pelabuhan Angkutan Sungai Danau dan Pulau (ASDP) Teluk Kabung, kata Gamawan akan diserahkan sebesar Rp100 juta dari Menteri Sosial. Sementara itu dari provinsi sendiri telah dikirimkan bantuan sebesar Rp25 juta, beras sebanyak 5 ton, dan mie instan untuk membantu korban yang tertimpa musibah. Selain itu, pada hari pertama kejadian (Jumat-red) telah dikirimkan alat-alat berat (eskavator) untuk membantu melakukan evakuasi. Diakui Gamawan, keterlambatan alat berat ditempat tujuan karena memang kondisi lokasi yang sedikit becek. Mantan Bupati Solok inimenyatakan, wilayah kejadian longsor tersebut memang diindikasikan kritis. Karena dilokasi tersebut berada di patahan cesar.. Dari hasil identifikasi, daerah tersebut rawan untuk hunian. Sehingga penduduk yang tinggal di patahan cesar harus menghindari untuk menghuni kawasan-kawasan tersebut. "Kita prihatin dari bencana tersebut dan menghimbau kepada masyarakat terutama kepada walinagari agar menyuruh warganya tidak lagi membangun di daerah rawan. Terutama di daerah yang berada patahan cesar. Himbauan ini harus disikapi sampai kebawah" ujarnya. Gubenur juga mengkhawatirkan beberapa daerah lain yang memang rawan longsor seperti di Bukik Lantiak dan Bukit Gaung. Dua lokasi ini, katanya harusnya tidak lagi dihuni oleh masyarakat karena dua daerah ini sangat dikhawatirkan terjadi bencana longsor. Bahkan, pusat sendiri telah menyiapkan anggaran Rp 5,4 miliar untuk pemetaan daerah yang rawan bencana longsor. Sementara itu, Ketua Fraksi PAN DPRD Sumbar Taslim meminta Pemerintah provinsi (Pemprov) Sumbar segera memaksimalkan penggunaan dana tak tersangka yang masih tersisa untuk membantu korban bencana alam, terutama musibah longsor di Kabupaten Solok dan Solok Selatan. Diperkirakan sisa anggaran mencapai Rp4 miliar. "Kita minta Pemprov segera mengalokasikan sisa dana tak tersangka yang dianggarkan dalam APBD Sumbar 2006, diperkirakan jumlahnya Rp4 miliar. Bila perlu, anggaran itu di-drop dalam dua atau tiga hari ini," ujar Taslim.(*) * Di Balik Musibah Longsor Lembah Gumanti, Kabupaten Solok ** Selama Seminggu Mimpi Baralek Banyak kisah duka di balik musibah longsor, Jumat (15/12) dinihari di Aia Dingin, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Namun duka yang paling berat, dirasakan Maiyan (40), kehilangan Kamra, anak asuh sulungnya. Seminggu sebelum kejadian, diceritakan Maiyan, adiknya, Siti mimpi baralek (pesta pernikahan). Maiyan, tergolek lemah ketika menyaksikan tubuh Kamra, terbujur kaku di hadapannya. Sabtu (16/12) siang, mayat remaja itu berhasil ditemukan Tim SAR di dasar tanah timbunan, sekitar Mesjid Nurul Huda yang turut runtuh dihondoh longsor. Mayat Kamra segera diangkut eskavator. Di sekujur tubuhnya, terlihat luka lebam serta luka menganga di bagian selangkangan paha dan lutut. Melihat kondisi seperti itu, Maiyan seakan tak rela. Tak henti-hentinya, dia menangis. Hingga kemudian jatuh pingsan. Warga sekitar yang sedari pagi terus menemani ibu yang terkenal santun terhadap anak-anak asuhnya itu, segera mengangkutnya ke posko 1 yang terletak tak beberapa jauh dari lokasi longsor. Turut menemani Maiyan, kelima orang anak asuhnya yang masih kecil. Sama halnya Maiyan, kelima adik asuh Kamra itu tak henti-hentinya menangis, sembari menyebut nama kakaknya, Kamra berkali-kali. Kamra, kata Maiyan, sudah diasuhnya sedari kecil. "Masih teringat oleh saya, ketika Kamra disusui dari bayi, hingga akhirnya tumbuh sebagai remaja santun dan menjadi tulang punggung keluarga. Kamra setiap hari membantu bercocok-tanam di ladang markisa di belakang rumah dan menjualnya ke Pasar Solok," ujar ibu asal Lembah Gumanti itu. Maiyan lebih jauh mengenang pada Jumat (15/12) malam itu, Kamra tak pulang ke rumah. Seperti biasanya, Kamra beserta teman-teman pengajiannya melaksanakan wirid di Mesjid Nurul Huda, yang berada cukup jauh dari rumah. Malam itu, ada sembilan orang remaja laki-laki berada di dalam mesjid tersebut. Usai wirid, mereka tidur disana, oleh karena malam itu hujan turun cukup lebat. "Bu, saya berangkat ke masjid dulu," begitu pesan terakhir yang keluar dari mulut Kamra. Kalimat itu, hingga Sabtu (16/12) sore, masih terngiang di telinga Maiyan. Selang lima menit usai mayat anak asuh sulungnya itu ditemukan, nama Kamra tak henti-henti disebut-sebut Maiyan. Bahkan hingga prosesi pemandian hingga pengapanan pun nama Kamra masih disebutnya. Dalam memori ingatannya menyebut nama Kamra, Maiyan berseloroh. Adiknya bernama Siti, bermimpi selama satu minggu berturut-turut perihal 'baralek' di lingkungan keluarganya. "Dalam mimpi itu, Siti bercerita, baralek di lingkungan keluarganya itu banyak dihadiri para tamu dan undangan. Secara tersirat, pernah terfikir oleh saya, mengenai mimpi berkepanjangan itu. Namun, kiranya setelah itu, saya tak menanggapinya. Dan kini, hal itu nampaknya benar terjadi dan nyata. Semua keluarga kami datang melepas jasad Kamra yang sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri," ungkap Maiyan. (Tim Padek) -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika: 1. Email ukuran besar dari >100KB. 2. Email dengan attachment. 3. Email dikirim untuk banyak penerima. ================================================