Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--------------------------------------

MEMBANGUN KOTA HEMAT ENERGI - Bagian pertama

Oleh Bambang Setia Budi


Bersegeralah melakukan program penghematan! Lebih baik
terlambat daripada tidak sama sekali. Begitulah jika
kita membaca data-data cadangan energi yang sering
ditulis para peneliti/pakar energi, termasuk yang
disampaikan presiden SBY belum lama ini bahwa minyak
bumi Indonesia akan habis sekitar 18 tahun ke depan,
gas 60 tahun, dan batubara 150 tahun ke depan
(detik.com, 28 September 2005).

Jika tidak ada langkah-langkah nyata oleh pemerintah
seperti diversifikasi dan penghematan energi dalam
skala yang luas, bisa dibayangkan bagaimana kondisi
masa depan penduduk negeri yang hidup dengan sedikit
atau bahkan tanpa pasokan energi. Dua langkah ini
mesti dilakukan secara sinergis dan berkelanjutan,
jangan hanya semangat musiman atau sekadar menjadi
reaksi spontanitas (kagetan) karena tidak menyiapkan
upaya-upaya/program menghemat energi yang terencana
dengan baik.

Di banyak negara maju, untuk upaya menghemat energi
sudah lama berkembang dan diaplikasikan. Kota-kotanya
yang disebut-sebut sebagai tempat paling banyak
mengkonsumsi energi juga sudah dikelola dan dirancang
oleh pemerintah kotanya dengan konsep kota yang
menghemat energi. Apa dan bagaimana saja konsep-konsep
kebijakan pembangunan, perencanaan dan pengelolaan
kota yang diharapkan dapat menghemat energi tersebut
akan dirangkum dalam rangkaian tulisan di bawah ini.

Sebenarnya konsep-konsep atau gagasan-gagasan di bawah
ini bukanlah hal yang baru karena di berbagai kota di
negara-negara maju sudah banyak dipraktekkan. Untuk
kota-kota di negara berkembang, prakteknya memang
terlihat jauh lebih sulit ketimbang menemukan
konsep/gagasannya itu sendiri. Penyebab utamanya
paling tidak adalah pertama, karena tidak/belum adanya
kebijakan politik dan kesadaran yang kuat dari
pemerintah kota/daerah untuk memprogram, merencanakan
dan menerapkan kebijakan hemat energi bagi pengelolaan
kota dan penduduknya, dan kedua masih rendahnya
kesadaran masyarakat/penduduk kota terhadap
penghematan energi.

Hemat penulis, sedikitnya ada tiga persoalan kota yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam membangun kota
hemat energi yakni pertama perencanaan sistem
transportasi dan manajemen lalu lintas (transport
planning and traffic management), kedua, perencanaan
dan perancangan tata ruang kota dan tata guna lahan
(urban spaces and land-use planning and design), dan
ketiga perencanaan dan perancangan tata lingkungan dan
tata bangunan (lanscape and building planning and
design). Ketiga pokok persoalan ini akan dikupas dalam
tulisan-tulisan berturutan berikut ini. Masing-masing
pokok persoalan akan diberikan langkah-langkah
strategis untuk membangun dan merencanakan kota yang
hemat energi tersebut.
A. Perencanaan Transportasi dan Manajemen Lalu lintas
(Transport Planning and Traffic Management)

Dalam upaya membangun kota hemat energi, beberapa
langkah perencanaan transportasi dan manajemen lalu
lintas yang bisa dipraktekkan adalah sebagai berikut:

1. Membangun dan menyediakan sarana dan prasarana
transportasi publik/masal yang efisien dan
representatif

Tak ayal lagi, konsumsi energi terbesar bagi kota-kota
adalah dari sektor transportasi ini. Inilah sektor
yang paling vital yang menandai denyut kehidupan
sebuah kota. Sebuah kota bisa dianggap mati jika di
dalamnya tidak ada dinamika pergerakan penduduk dari
satu tempat ke tempat yang lain. Makin besar skala
sebuah kota, dapat dipastikan makin banyak pula jumlah
orang yang bergerak di dalam kota setiap waktunya.
Oleh karenanya perencanaan dan pengelolaan sistem
transportasi publik/masal yang baik, efisien dan
representatif serta pengaturan/manajemen yang tepat
akan menjadi faktor kunci bagi penghematan energi di
kota.

Penyebab utama tidak hematnya sektor transportasi di
berbagai kota di dunia hampir selalu dipastikan karena
banyaknya kendaraan pribadi yang memenuhi jalan-jalan
di kota. Dengan penentuan sistem dan penyediaan sarana
transportasi masal dan efisien, diharapkan banyaknya
pengguna mobil pribadi akan berkurang dan beralih
kepada transportasi masal ini. Syaratnya, transportasi
masal haruslah representatif, efisien, aman, dan
nyaman.

Karena sifatnya masal dan efisien, harga semestinya
juga bisa murah dan terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat sehingga juga dapat menekan anggaran
transportasi bagi masyarakat luas. Selain itu
peraturan daerah/kota bisa dibuat sedemikian hingga
menggunakan transportasi masal menjadi lebih hemat
dibanding dengan memakai kendaraan pribadi, sehingga
ini semakin mendorong sebagian besar masyarakat
beralih ke transportasi masal ini.

Melalui sistem transportasi publik/masal yang
efisienlah sebuah kota (bahkan negara) bisa sangat
menghemat energi, karena pergerakan penduduk dapat
diangkut dalam jumlah yang besar pada waktu yang sama.
Menengok kota-kota besar di negara maju seperti
Jepang, andalan utama transportasi masalnya adalah
kereta listrik (densha) atau kereta listrik bawah
tanah/subway (cikatetsu) yang bisa mengangkut ribuan
orang pada waktu bersamaan ketika jam sibuk. Selain
praktis, aman dan nyaman, harga pun sangat terjangkau
bagi masyarakat luas untuk ukuran masyarakat di
Jepang, juga ketepatan waktunya dapat dijamin dalam
hitungan menit.

Di kota-kota besar di Jepang, kita akan menemukan
sistem kereta listrik yang sangat efisien yang
menghubungkan sub urban dengan area pusat kota.
Kereta-kereta itu pun hampir selalu dipenuhi ribuan
penumpang. Selain itu, kereta-kereta listrik lokal
dengan frekuensi yang sangat tinggi juga siap melayani
penumpang di dalam area metropolitan. Sebagai misal
pada Yamanote Line, salah satu jalur loop Kota Tokyo,
kereta-keretanya berlari setiap tiga menit sekali di
siang hari.

Sebagai gambaran dominannya penggunaan transportasi
masal kereta listrik bawah tanah juga bisa dilihat di
kota Nagoya, kota terbesar ketiga di Jepang. Sejak 15
November 1957, kota ini telah mulai mengoperasikan
jalur subway pertamanya yakni jalur Nagoya-Sakae.
Kini, ia telah memiliki banyak jalur kereta listrik
bawah tanah dengan panjang total 89 km yang mengangkut
penumpang mencapai rata-rata 1.100.000 orang
perharinya. Sementara sistem bus dalam kotanya yang
telah beroperasi sejak 1 Februari 1930 dan kini telah
memiliki panjang jalur 746 km hanya mengangkut
sejumlah 318.000 orang perharinya (data tahun fiskal 1
april 2004).



Transportasi masal - Suasana penumpang kereta listrik
di eki (stasiun) Kanayama, Nagoya. Para penumpang
bergerak cepat dan dalam rentang 10-12 menit selalu
datang kereta berikutnya. (Foto: Bambang Setia Budi)

Paling tidak hingga saat ini, jenis transportasi masal
yang paling efisien dan mendekati ideal adalah kereta
listrik. Selain ia dapat mengangkut orang dalam jumlah
yang banyak, terjaminnya ketepatan waktu karena tidak
pernah terjebak macet, ia juga tidak mengeluarkan gas
buangan yang mencemari lingkungan sebagaimana jenis
kendaraan lainnya yang mengunakan BBM seperti mobil
atau bus. Lebih dari itu, jika jalurnya dibangun di
atas tanah dengan rel yang disangga pilar-pilar atau
dibangun di bawah tanah (subway) seperti di Jepang,
maka ia tidak akan mengganggu kondisi permukaan tanah
(untuk daya serap terhadap air, bandingkan dengan
pembuatan jalan-jalan raya atau tol) dan juga tidak
mengurangi ruang terbuka kota kecuali sedikit saja.

Namun, sekadar intermezzo - untuk kota semacam Jakarta
yang sudah menjadi langganan banjir setiap tahunnya,
tentu sistem kereta listrik bawah tanah tidak bisa
diaplikasikan begitu saja karena musibah banjir
membutuhkan pencegahan dan penanganan tersendiri lebih
dulu. Bisa dibayangkan jika sistem kereta listrik
bawah tanah dijalankan sementara kotanya sendiri masih
belum bebas banjir atau pemerintah daerahnya masih
kewalahan menangani banjir seperti sekarang, bisa jadi
ruang bawah tanahnya menjadi kuburan masal penduduk
kota yang mati tenggelam saat terjadi banjir.

Kalau tidak menggunakan kereta listrik, pemakaian bus
juga bisa dilakukan sebagaimana yang telah ada
sekarang yakni sistem busway transjakarta (koridor 1).
Menurut survey terakhir tahun 2004 oleh ITDP
(Institute of Transportation and Development Policy)
yang berkantor pusat di New York, ada sekitar 7 persen
pengguna kendaraan pribadi di Jakarta yang telah
beralih menggunakan bus transjakarta ini. Angka itu
tentu masih belum banyak mengubah kondisi jalan-jalan
di Jakarta yang tetap penuh dengan kendaraan pribadi.

Salah satu contoh terbaik penggunaan transportasi
masal bus ini bisa dilihat di Kota Curitiba, Brasil.
Kota yang luas areanya 432 km2 dan jumlah penduduk 1,6
juta jiwa ini mengoperasikan 5 tipe angkutan bus
dengan daya angkut hingga 270 penumpang. Satu di
antaranya yang terkenal adalah tipe busway seperti
yang dipraktekkan di Jakarta tersebut. Sebanyak 1100
bus membuat 12.500 total perjalanan sehari dapat
mengangkut sebanyak 1,3 juta penumpang perharinya. Ini
telah berhasil mengurangi ketergantungan warga kota
pada mobil pribadi, dan meningkatkan penumpang hingga
50 kali lipat dibanding 20 tahun sebelumnya.

Penduduk pun hanya mengeluarkan 10% dari pendapatan
tahunan mereka untuk belanja transportasi (bandingkan
dengan di Jakarta, yang sebelumnya 15%, kini
diperkirakan mencapai 20% pasca kenaikan BBM per 1
oktober 2005 yang lalu). Lebih dari itu, kota Curitiba
juga mampu menurunkan konsumsi BBM perkapita penduduk
rata-rata hingga 30% lebih rendah dibandingkan dengan
8 kota lainnya di Brasil. Tak heran jika ia
disebut-sebut juga sebagai salah satu kota dengan
tingkat polusi terendah di dunia.

Bandingkan juga dengan situasi transportasi masal di
Kota Bandung. Kota dengan luas area hanya 167 km2
(hanya 39% nya luas Curitiba) dan berpenduduk 2,5 juta
jiwa ini (1,5 kali lipat lebih besar dengan Curitiba)
mengoperasikan mobil kecil-kecil (biasa disebut
sebagai angkot/angkutan kota) yang berdaya angkut
hanya 10-15 orang sebagai transportasi masal utama.
Kini jumlah angkot telah mencapai lebih dari 5.500
unit (5 kali lipat lebih banyak dengan jumlah bus di
Curitiba) dengan panjang trayek total 437km (data Juni
2004).

Oleh sebab kapasitas per-unitnya yang kecil ini,
efisiensi energinya jelas jauh dari optimal karena
menuntut jumlah unit yang banyak sehingga juga
menambah volume polusi udara, belum lagi kondisinya
pun sama sekali tidak nyaman. Bahkan, karena jumlahnya
yang banyak dan berebut jalan dengan banyaknya
kendaraan pribadi, ditambah dengan tidak adanya
kejelasan di mana ia berhenti dan di mana ia menaikkan
penumpang (karena di mana saja bisa berhenti dan di
mana saja bisa menaikkan penumpang) maka sering pula
malah menimbulkan kemacetan.

Dengan uraian di atas, jelaslah betapa pentingnya
masalah transportasi publik/masal ini bagi penghematan
energi di kota. Keseriusan perencanaan dan
pengelolaannya akan menjadi salah satu faktor kunci
bagi pembangunan kota yang hemat energi. Tidak hanya
itu, menurut hemat penulis bahwa satu indikasi paling
kuat dari keseriusan pemerintah daerah/kota mengelola
sebuah kota, dapat dilihat dari sejauh mana
keseriusannya merencana dan mengelola transportasi
publik/masal ini. Dengan kata lain, kondisinya adalah
satu cermin apakah sebuah kota itu dikelola dengan
baik atau tidak. (bersambung)

***

Bambang Setia Budi, Peneliti ISTECS, Staf Departemen
Arsitektur ITB dan kandidat doktor di Toyohashi
University of Technology, Jepang.

Published @ www.beritaiptek.com



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Kirim email ke