Rabu, 2008 Desember 03 
Sebuah Senyuman Cerita dari sebuah milis tentang kekuatan senyuman
===================================

Saya
adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah
saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen
sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang
memilikinya. 

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama"Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya
kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi
mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan
kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu
tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah
mudah. 

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak
bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi
kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. 
Pagi itu
udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam
antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu
sambil mencari tempat duduk yang masih kosong. 



Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak
setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang
semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian. 

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat
mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya
membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di
belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!
Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali. 

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang
lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang
"tersenyum" kearah saya. 

Lelaki ini bermata biru, sorot
matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah
saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya'
ditempat itu. 

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung
beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.
Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya
'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan
tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. 
Saya
segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental,
dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa
sangat prihatin setelah mengetahui
bahwa ternyata dalam antrian itu
kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja
sudah sampai didepan counter. 

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin
saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.
Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."
Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh
mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di
dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli
sesuatu). 
Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan
badan. 

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku
beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat
duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya
sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari
bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri
saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya. 

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk
ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan
minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan
terpisah. 

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang
ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke
meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan
lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua
lelaki itu untuk beristirahat.Saya letakkan nampan berisi makanan itu
di atas 
mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung
telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap
"makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua." 

Kembali
mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah
ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya." 

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya
berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan
juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga
saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian." 

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan
memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya
merengkuh kedua lelaki itu. 

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan
mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari
tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan
tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa
Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan
'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan
beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa
hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan
'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang
sangat membutuhkan.


Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan
meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka
satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin'berjabat
tangan' dengan kami. 

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan
berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami
semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan
olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi
kepada kami." 

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum
beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah
kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang 
menghubungkan
bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu
melambai-2kan tangannya kearah kami.Dalam perjalanan pulang saya
merenungkan 
kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua
orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir
oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa'kasih
sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali! 

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini
ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan
keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya
ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya
membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya
mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari
kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun
mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah
menjadi sunyi. Dengan cara dan gayayang dimiliki sang dosen dalam
membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu
seolah 
ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu
berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat
saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan
harunya. 

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya
dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya . 

"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat'
dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu." Dengan caraNYA sendiri,
Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang
ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang
menghadiri kuliah dimalam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus
dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT." 


Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi
oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan
memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara
MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA
MILIKI, dan bukannya MENCINTAI 
HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA,
DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA! 


Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan
cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan
menyertai anda, agar setidaknya orang yang
membaca cerita ini akan
tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi
sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya! 

Untuk
berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi
dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan
kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih
banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya!
Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi 
mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang
mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya. 


Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi
orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. 
Belajarlah
dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama
untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri 



NOTE:

Maka tersenyumlah.....Duh, manisnya kalo lagi tersenyum, he....he... 


      ______________________________________________________________________
Search, browse and book your hotels and flights through Yahoo! Travel.
http://sg.travel.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Moderator tdk bertanggung jawab atas kebenaran isi dan/atau identitas asli 
pengirim berita. Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pelaut/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pelaut/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to