Standar Pelaut Indonesia Masih Rendah
JAKARTA (Suara Karya): Standar minimal mutu tenaga pelaut Indonesia rendah. 
Dari ratusan lembaga pendidikan kemaritiman swasta, tercatat hanya 32 yang 
memenuhi Standards of Training Certification and Wacthkeeping (STCW) for 
Seafarers 2010 yang menjadi acuan internasional.

Lembaga pendidikan kemaritiman swasta bukan hanya tidak memilliki kompetensi 
untuk mencetak tenaga pelaut, melainkan juga masih banyak yang belum 
mengantongi izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian 
Perhubungan. Hal ini berakibat lulusannya tidak diakui oleh perusahaan 
pelayaran nasional. Namun, lembaga pendidikan nonstandar ini diperkirakan bakal 
tergusur seiring diterapkannya STCW 2010.

Berdasarkan data, lembaga pendidikan kemaritiman di Indonesia hanya mendapat 
izin pendirian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta pemerintah 
daerah. Namun, banyak yang belum mengantongi izin dari Kemenhub.

Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut Kemenhub Indra 
Priatna mengakui, pemerintah wajib melakukan pembenahan, dengan haarapan para 
lulusan lembaga pendidikan kemaritiman ini bisa diterima di perusahaan 
pelayaran nasional dan internasional. Mulai Januari 2012, sekolah pelayaran 
(swasta) tidak bisa lagi merekrut calon taruna jika menggunakan ketentuan 
sendiri.

"Kami sedang menyusun persyaratan mulai tes masuk hingga persyaratan fasilitas 
pendidikan di dalamnya. Kami juga menyiapkan silabus," kata Indra di Jakarta, 
Rabu (30/11), di sela sosialisasi implementasi tentang STCW Amandement 2010 
Manila.

Menurut dia, lembaga pendidikan kemaritiman di dalam negeri setidaknya bisa 
memenuhi stdandar minimal, di antaranya memiliki fasilitas laboratorium, 
perangkat simulator untuk kepentingan praktik para taruna, serta pendidikan 
kemampuan berbahasa asing. Saat ini sekolah yang mendapat izin dari Direktorat 
Jenderal Perhubungan Laut umumnya memenuhi standar, tapi hanya 32 sekolah dari 
sekian banyak sekolah," tutur Indra.

Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemenhub 
Bobby R Mamahit mengatakan, fasilitas sekolah pelayaran yang harus dipenuhi 
cukup banyak, terutama untuk pengadaan simulator yang nilainya Rp 25 Miliar. 
Untuk itu, pemerintah meminta sekolah pelayaran swasta melakukan investasi 
secara bersama-sama. Sekolah pelayaran swasta juga bisa memanfaatkan fasilitas 
BP2IP dan sekolah pelayaran milik pemerintah dengan pola kerja sama.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Hanafi 
Rustandi mengatakan, sebaiknya pemerintah menutup sekolah-sekolah pelayaran 
yang tidak bermutu. Dalam hal ini, tidak ada toleraansi untuk mutu pendidikan, 
karena yang dirugikan masyarakat dan pemerintah.

"Pemerintah harus bertindak tegas dengan cara menutup sekolah itu. Buat apa 
dibiarkan beroperasi kalau hanya merugikan masyarakat, karena cara seperti itu 
identik dengan penipuan," kata dia. (Syamsuri S)

08 Desember 2011



------------------------------------

1.      Moderator tidak bertanggung jawab atas kebenaran isi dan/atau identitas 
asli pengirim berita.
2.       ATTACHMENT akan dibanned, krmkan ke pelaut-owner atau upload ke FILE.
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pelaut/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pelaut/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    pelaut-dig...@yahoogroups.com 
    pelaut-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    pelaut-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke