Soal keturunan Cina dianak-tirikan di UMPTN itu saya kira bukan
selentingan, tetapi tertulis jelas di satu aturan. Sama seperti aturan
keturunan Cina masuk PNS atau ABRI. Aneh?? Lucu? Enggak juga. Memang
kita sendiri yang membuat jurang. Keadaan dan kondisi yang ada
memperdalam dan memperlebar jurang tsb.
Hanya sekedar pemikiran:
Bisakah kita menerima keturunan Cina seperti kita menerima keturunan
Arab, keturunan Spanyol, keturunan Jerman dan keturunan bangsa asing
lainnya.
Bukankah sebagian besar dari kita berasal dari Yunan Selatan?
Bukankah agama mengajarkan bahwa kita keturunan Adam dan Hawa?
Bukankah kita satu keturunan? Bukankah semua manusia diciptakan oleh
Tuhan yang sama?
No offense just a thought.

Peace


> Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote:
>
> Mahasiswa yang berkuliah di PTN berbangga bahwa dirinya merupakan
> manusia pilihan tidak perlu disiniskan. Sedikitnya 80% mahasiswa di
> PTN memang hasil tes (entah namanya SKALU, PP1, Sipenmaru, UMPTN,
> dll.). Sisanya lewat PP2/PMDK/PBUD. Memang ada yang diterima lewat
> luar jalur tsb., namun jumlahnya dapat diabaikan. Paling banter 5%. Di
> DPR jumlah ini akan kalah telak kalo voting.
>
> Nah, yang di luar jalur itu bentuknya macem-macem.
>
>   1. Anak kandung dosen PTN bersangkutan. Ini ada seperti aturan tak
>      tertulis. Biasanya orang tua (dosen) menulis surat resmi kepada
>      rektor.
>   2. "Utusan Daerah". Memang ada. Contoh: ada satu teman angkatan
>      kuliah saya yang dikirim dari Timtim, yang walaupun teman saya
>      itu nggak tahu yang namanya "antre" dan nggak bisa membedakan
>      antara "albino" dan "idiot". Jelas sekali penerimaan ini karena
>      politis.
>   3. Anak pejabat. Yang ini saya duga sedikit sekali, karena banyak
>      juga anak pejabat yang "mental".
>   4. "Lewat joki". Kalo yang ini kayaknya lebih banyak daripada yang
>      lewat nomor tiga. Saya juga pernah menjadi joki tahun 1987.
>   5. Nggak tahu.
>
> Kalo selentingan tentang pembatasan kaum WNI keturunan kayaknya emang
> ada benernya. Beberapa dosen senior saya mengiyakan isu itu. Alasannya
> sangat sederhana.....karena mereka umumnya dari keluarga berada, jadi
> bisa mengambil bukan yang negeri atau bahkan luar negeri. Jadi kalo
> ada bisa nembus tes, biasanya juga mahasiswa tersebut sangat pintar,
> karena seleksinya sangat ketat.
>
> Wassalam,
> Efron
>
> -----Original Message-----
> From:   Indra Adrisudiro [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent:   Friday, 22 January, 1999 08:53
> To:     [EMAIL PROTECTED]
> Subject:        UMPTN (was RE: Pemimpin politik ... dst. ... dst. ...)
>
> Fakta menunjukkan:
>
> (1) Mahasiswa diterima di PTN
>         * via UMPTN (dengan kriteria-kriteria tertentu)
>         * via KKN (bokapnye jendral, bos Bank BNI,
>           etc.)
> (2) Beasiswa S1, S2, S3, S4, dst. di BPPT, Bappenas,
>     dll.
>         * via seleksi murni (benar-benar kompetisi)
>         * via KKN
>
> Nah sekarang nggak usah ribut nyari siapa yang bener
> dan siapa yang salah. Sebenarnya yang jelas-jelas
> salah adalah nggak adanya aturan main yang jelas.
> Seandainya pun ada, sanksi atas penyelewengan aturan
> mainnya yang nggak ada.
>
> Karena pemerintahan yang sekarang nggak bisa diarepin
> merubah aturan main yang sudah terlanjur berlaku.
> Mudah-mudahan "Indonesia: The Next Generation" bisa
> memasukkan aturan main ini ke dalam UU, Keppres, atau
> apalah namanya.
>
> Intinya: saya ingin melihat Indonesia suatu saat punya
> hukum atau aturan tentang Equal Opportunity
> Institution (Company, University, etc.) regardless of
> race, sex, sex opinion, sex affiliation, disability,
> religion, shape of body, age, etc. (tambahin sendiri
> deh). Jadi kalau bisa 100% rekrutmen (beasiswa,
> karyawan, etc.) didasarkan atas merit, dan bukan atas
> alasan/kriteria yang dibuat-buat.
>
> :-)
>
> PS: I don't really agree to Affirmative Action Plan,
>     soalnya kok kesannya golongan minoritas minta
>     dikasihani.
>
> _________________________________________________________
> DO YOU YAHOO!?
> Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Reply via email to