Assalamualaikum wr.wb

Alloo bung Bridwan dan bung Dodo..., saya mo ikutan ni..:)

Saya tertarik sekali mengikuti diskusi anda berdua tentang pak Amien
Rais. Ada beberapa hal yang mau sampaikan sehubungan dengan diskusi anda
tsb. Mudaha-mudahan berguna bagi kita semua.

Pertama: Menurut hemat saya, tidak selamanya salah seseorang itu masuk
kedalam pusat kekuasaan, sekalipun kekuasaan tersebut berada ditangan
orang-orang yang rakus harta dan gila kekuasaan. Adakalanya diperlukan
orang-orang yang baik dan jujur untuk memberikan sedikit pelita atau
cahaya ditengah "kegelapan" yang dominan tersebut, agar orang-orang lain
yang masih punya iman, tidak terjerumus lebih dalam lagi ke jurang
kesesatan.Malah akan lebih buruk lagi akibatnya, jika TIDAK ADA lagi
orang-orang baik dan jujur didalam pusat kekuasaan, yang senantiasa
memberi contoh dan nasehat yang baik kepada penguasa yang lalim
sekalipun. Bukankah nantinya sang penguasa akan semakin menjadi
bertambah buruk dan lalim..??? Hanya mungkin pertanyaannya adalah sampai
seberapa jauh orang-orang baik ini bisa mempengaruhi lingkungannya
(bukannya malah dipengaruhi oleh lingkungannya)? Jika memang orang-orang
baik ini dapat meminimalkan pengaruh buruk dari lingkungannya terhadap
diri dan keluarganya dan tetap konsisten dalam membela kebenaran, saya
rasa kehadiran mereka ini dipusat kekuasaan akan lebih banyak manfaatnya
ketimbang mudharatnya. Kehadiran mereka mungkin  bisa dibaratkan seperti
ikan yang tubuhnya tidak ikut asin, walaupun hidup didalam air laut yang
asin(mengutip perkataan ulama besar Mesir Sayyid Qutb tentang kehidupan
seorang muslim yang baik).

Kedua: Mengenai pak Amien Rais, saya mencoba melihat beliau sebagai
seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Adakalanya beliau memang salah dalam berbuat dan bertindak. Gus Dur saja
yang katanya selalu menghindari dan tidak mau masuk kedalam pusat
kekuasaan, nyatanya seringkali berbuat keliru dan kontroversial,yang
malah mencerminkan dirinya seolah dekat dengan pusat kekuasaan itu
sendiri.Sebaliknya kita juga dapat melihat dengan mata telanjang betapa
orang-orang baik yang dulu ikut masuk dalam lingkaran kekuasaan(seperti
bp. Amien Rais dan bp. Sri Bintang Pamungkas),cukup berani mengoreksi
dan mengkritik kebijakan-kebijakan rejim Orde baru (baca:Soeharto)yang
keliru. Disinilah saya menaruh rasa hormat kepada mereka berdua...,
berani menyuarakan kebenaran secara terang-terangan disaat rejim Orde
baru SANGAT BERKUASA dahulu, bukannya baru mengkritik dan buka mulut
SETELAH rejim orba jatuh (seperti yang dilakukan kebanyakan orang saat
ini, termasuk kita yang ada di Milis ini).

Ketiga: Kehadiran ICMI memang sulit dipisahkan dari rejim Orde Baru,
sepertinya juga organisasi-organisasi intelektual non Islam lainnya
seperti PIKI,Intelektual pancasila, hindu,dsb (saya lupa namanya), yang
juga merupakan bentukan rejim ORBA. Saya sendiri melihat bahwa kehadiran
para cendikiawan muslim di ICMI sejak dulu TIDAK SELALU menjadi
"pelayan" rejim Orba, karena di ICMI sendiri berkumpul para cendikiawan
dari berbagai latar belakang dan karakter yang berbeda. Disatu sisi di
ICMI memang terdapat orang-orang yang sikap dan mentalnya seperti budak
belian, yang mengikuti apa saja kemauan penguasa kala itu. Namun disisi
lain banyak pula anggota ICMI yang punya sikap tegas mengoreksi segala
penyimpangan yang dilakukan rejim orba(seperti bp.Amien Rais,Sri Bintang
Pamungkas,Cak Nur,dll). Jadi kurang bijaksana rasanya jika kita menilai
pribadi seseorang berdasarkan bergabung tidaknya seseorang kedalam ICMI
atau ke dalam lingkaran kekuasaan mantan presiden Soeharto dahulu. Masih
banyak variabel yang harus dimasukkan dalam memberikan penilaian.

Keempat: Saya ingin mengajak rekan-rekan semua untuk tetap berpikir dan
bersikap kritis dalam batas-batas kewajaran. kejadian-kejadian buruk
yang menimpa bangsa dan negara kita saat ini bukanlah karena kesalahan
mantan presiden soeharto dan antek-anteknya semata. Kita semua (kecuali
bayi yang lahir sesudah tanggal 21 mei 1998 lalu) ikut punya andil atas
terjadinya segala macam krisis yang menimpa Indonesia saat ini. Oleh
karena itu, alangkah lebih bijaksana-nya jika kita menilai seseorang
TIDAK SEBATAS tindakan atau perbuatannya di masa lalu saja(terutama saat
rejim Orba berkuasa), melainkan LEBIH kepada apa yang dilakukan orang
tersebut saat ini dan di masa mendatang. Kalaulah orang-orang seperti
Pak Habibie,Amien Rais,Sri Bintang pamungkas, Gus Dur,Cak Nur,Ahmad
Soemargono, Adi Sasono, Uskup belo,Megawati,Theo Syafei, Benny
Moerdani,dll...., EVEN Pak Harto dan keluarganya, pernah berbuat
salah.., maka hendaknya kita mengkritik mereka SEBATAS kesalahan yang
mereka perbuat saja, TIDAK lebih dari itu. Singkatnya SIAPAPUN yang
tergelincir berbuat salah, akan kita kritik secara proporsional sesuai
dengan kesalahannya.Sebaliknya bagi SIAPAPUN yang mau bertobat dan Isyaf
(setelah mendapatkan hukuman yang setimpal bagi yang besar
kesalahannya), serta mau berbuat kebaikan untuk bangsa dan negara
Indonesia, maka akan kita dukung dan berikan penghormatan.., secara
proporsional pula tentunya. Mungkin inilah makna dari suatu KEADILAN...,
suatu hal yang sangat didambakan oleh setiap manusia yang normal....:-)

    "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran)karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap  sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah, karena adil
itu  lebih  dekat  kepada  takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha  mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(Al-Qur'an,Surat Al-maidah ayat 8).




Wassalam
Mohamad Rosadi
Virginia















>At 22:37 01/02/99 -0600, Indra Adrisudiro wrote:
> >On Tue, 2 Feb 1999 00:20:19 +0700, B Ridwan wrote:
> >|> Rekan Dodo Yth,
> >|> Saya pribadi sebenarnya tidak begitu
> >|> tertarik untuk membicarakan tokoh yang
> >|> satu ini. Mengapa ??
> >|> Karena saya belum bisa sepenuhnya melihat
> >|> beliau lepas dari pusat kekuasaan.
> >|> Memang betul beliau sangat aktif didalam
> >|> perjuangan sebelum bulan Mei yang lalu,
> >|> tetapi saya melihatnya lebih pada usaha
> >|> penggulingan Pak Harto pada saat itu.
> >|>
> >|> Sekali lagi ini adalah pendapat pribadi,
> >|> dan tentunya (atau mungkin) akan banyak
> >|> rekan yang tidak setuju dengan pemikiran
> >|> saya ini. Dan saya siap untuk 'salah'.
> >|> Keterlibatan beliau dalam organisasi
> >|> ICMI mungkin menjadi salah satu alasan
> >|> saya berpendapat demikian.
>
>-----------------------------------------------
>>Sdr. B Ridwan:
>>
>>Saya mau nanya nih:
>>
>>Pertama, apa iya kalau Amien Rais (used to
>>be) anggota ICMI lantas dia bisa dianggap
>>(selalu) setuju thd. sepak terjang ICMI
>>(waktu itu) ?
>>
>>Kedua, apa iya kalau Amien Rais anggota
>>ICMI lantas segala tindak-tanduknya dianggap
>>mewakili ICMI ?
>>
>>Kayaknya untuk kedua pertanyaan di atas
>>jawabannya: enggak deh ... :-)
>>
>>Menurut saya sih apakah Amien Rais
>>dulunya sempat setuju (terlibat) dengan
>>ICMI atau tidak, tidak berarti gaya
>>pemikirannya ICMI-oriented.
>>
>>Tapi ini cuma opini pribadi. Mungkin
>>analisa dan pengamatan bung Ridwan
>>lebih tepat.
>>
>>Indra
>
>-----------------------------------------
>
>Hallo Bung Indra (yang sedang kedinginan?),
>
>Pertama : Wah.., saya ngga tahu pasti. Yang
>          saya ingat, Gus Dur sudah mengingat
>          kan mengenai ICMI ini, tapi beliau
>          tetap saja bergabung waktu itu.
>
>Kedua   : Memang beliau tidak mewakili ICMI
>          secara Organisasi, tetapi mungkin
>          untuk kepentingan yang berhubungan
>          dengan 'orang' ICMI.
>
>Pernah mendengar komentar Beliau mengenai
>tindak-tanduk ICMI saat ini ??
>Pernah mendengar bagaimana hubungan beliau
>dengan Pak Habibie ?
>
>Jadi permasalahan yang saya tuju bukanlah
>ICMI secara Organisasi, tetapi melulu kepada
>individu dibalik Organisasi tersebut.
>
>Semoga pemikiran ini salah.....
>
>Salam,
>bRidWaN
>


______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke