Pertama buat IH, mau jongkok apa tengkurep itu terserah anda :)
Saya punya analisa yang agak berbeda dengan bung Hastu, Iskandar, Juda
Agung ataupun Mbin.
Saya melihat bahwa tindakan Gus Dur ini begitu sangat hati-hatinya
dibahas oleh para analis yang mengisyaratkan bahwa tindakan gus dur ini
bisa dianggap sebagai 'gebrakan' yang mengejutkan.
Gus dur sebagai sesepuh dan juga populer di arena reformasi seakan
merasakan dan yakin bahwa segala macam kekisruhan yang terjadi
akhir-akhir ini akibat ketidakpuasan pengikut soeharto atas desakan kaum
reformasi yang begitu gencarnya menekan soeharto dan kroninya. Hal ini
sebenarnya cukup aneh, karena ucapan ini berasal dari Gus Dur yang
tentunya bukan sembarang diucapkan melainkan sudah dipikirkan dengan
matang. Masalahnya kenapa Pak Rudi dan ABRI diam saja jika memang ini
terbukti pengikut Pak Harto? Tentunya ada kemungkinan masih banyak
pengikut Pak Harto yang masih mantap bercokol di pemerintahan dan ABRI.
Melihat kondisi yang demikian, analisa saya Gus Dur menganggap bahwa
memaksakan reformasi seperti menarik paksa penyakit kanker didalam tubuh
manusia yang sedang sakit. Dimana penyakit kanker bisa diambil dan
dibuang tetapi sang manusia pun harus meninggal. Ini sama saja
kondisinya dengan bangsa kita sekarang. Memaksa reformasi membuat
seluruh sendi bangsa terkoyak dan berdarah, yang potensial menyebabkan
disintegrasi maupun kerusuhan yang tak terkendali dan mengakibatkan
Indonesia tinggal nama.
Apakah dengan demikian Gus Dur bertindak benar? Apakah melalui proses
penyinaran yang bisa dikatakan berlangsung lama, kanker dapat
disembuhkan? who knows.
Saya juga merasakan bahwa banyak pihak menganggap kondisi sekarang ini
menyangkut soal mati-hidup atau jaya-jatuhnya suatu kelompok besar.
Korban apapun, dengan biaya apa saja, asalkan kejayaan dan kemenangan
dapat diperoleh akan dilakukan.
Ironis, pemerintah kita yang selama ini menggembar-gemborkan kepentingan
bangsa daripada kepentingan kelompok atau pribadi, sekali lagi terbukti
bahwa masih banyak diatas sana yang hobi membual dan bila dikritik akan
menganggap rakyatnya tidak nasionalis.
Semoga dan semoga Tuhan mengasihani bangsa kita dan memberi jalan
keselamatan kepada para pemimpin agar terketuk hatinya dan memikirkan
nasib bangsa ini.
peace.

Idris Harta wrote:
>
> Kalau Hamengku jadi presiden, apa kita harus jongkok-jongkok dulu sebelum
> menghadap?
>
> Salam jongkok,
> IH
>
> At 04:36 PM 12/21/98 -0500, Iskandarsyah Bakri, Washington, D.C, USA wrote:
> >Assalamualaikum, w.w.
> >
> >Perjumpaan Gus Dur ke Suharto, Habiebie cs dan High politic meetings yang
> >telah di parkarsai tokoh2 lainnya adalah: (Opini saya) akan mempermulus
> >Hamangkubono untuk menjadi Presiden Indonesia masa datang; karena, pilihan2
> >lainnya akan memberburuk suasana.
> >
> >Mungkin saya salah. ;-)
> >
> >Salam,
> >Iskandarsyah Bakri
> >[EMAIL PROTECTED]
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >Hastu Prabatmodjo <[EMAIL PROTECTED]> on 12/21/98 04:30:51 PM
> >
> >Please respond to "Indonesian Development Studies --
> >      http://web.syr.edu/~suisa/ids/" <[EMAIL PROTECTED]>
> >
> >
> >To:   [EMAIL PROTECTED]
> >cc:
> >
> >Subject:  Fenomena Gus Dur...
> >
> >
> >
> >
> >On Thu, 19 Feb 1998, Sdr. Blucer (?) wrote:
> >
> >> >Buat rekan-rekan yang mau menganalisa, saya mau tanya:
> >> >-mengapa gus dur bersantai empat mata dengan pak harto?
> >> >-mengapa gus dur mengusulkan dialog 4 tokoh, yaitu pak harto, pak rudi,
> >> >gus dur dan pak wiranto?
> >> >-ada apa dengan bu mega, pak amien dan kanjeng sultan?
> >
> >___________
> >Prabatmodjo:
> >
> >Jurus Gus Dur yang terakhir ini sangat 'complicated'.  Tak bisa dipahami
> >cuma dengan menyimak fenomena permukaan. Kelihatannya Gus Dur sedang
> >berupaya mengurai sebagian utama benangkusut negeri ini. Keliru kalau
> >jurusnya yang sekarang diduga mengandung muatan sempit. Sependapat
> >dengan Sarwono K, ada kemungkinan Gus Dur ingin melepaskan Soeharto, BJH
> >dan Wiranto dari 'psikologi keterjepitan' dengan segala eksesnya.  Gus Dur
> >ingin melihat Soeharto dimanusiakan (lepas dari praduga bersalah yang
> >terlanjur merata). Ia juga ingin BJH dan Wiranto 'well functioning'
> >sebagai perangkat negara.  Ini adalah keinginan yang boleh jadi tak
> >populer, sebab ibaratnya Gus Dur 'pasang badan' di tengah arus utama
> >reformasi.  Tapi, sejak dulu tokoh ini selalu siap tak populer.
> >Gerakannya adalah langkah awal menuju rekonsiliasi nasional...
> >
> >Rekonsiliasi yang berjalan bersama dengan reformasi adalah sangat
> >'complicated'. Tapi nampaknya ini yang ingin dikejar oleh Gus Dur. Ia
> >tak ingin melihat tubrukan tak terkontrol antara arus reformasi dan
> >status-quo.  Ada agenda-agenda bangsa penting yang bisa kacau oleh
> >tubrukan yang tak terkontrol itu.  So, ia seolah 'melayang' di atas arus
> >reformasi yang digerakkan oleh reformis atau posisi kelompok
> >Ciganjur--'very high politics' yang mungkin mengecewakan reformis di
> >dataran praksis.  Amien Rais yang mula-mula terkejut dengan gerakan Gus
> >Dur telah mengambil posisi tepat: 'stick on current position', mahasiswa
> >juga demikian.  Betul kata Fahry Ali: "Cuma Gus Dur yang bisa bertindak
> >demikian..."  Setuju dengan Marzuki Darusman yang bilang kalau gerakan Gus
> >Dur tak bisa dibaca secara hitam-putih.  Prospeknya memang masih belum
> >jelas, tapi siapa tahu Tuhan memberkati niat baik...
> >
> >
> >Hastu Prabatmodjo, St. Lucia
> >
> >[Selamat ber'kontemplasi' di bulan puasa buat rekan-rekan muslim..]
> >
> >

Kirim email ke