Rekan-Rekan yang berbahagia,

Memang lucu membaca tulisan teman-teman yang
tentunya sedang 'bingung'.....

Saya juga baru sekali ini mendengar ada anggota ABRI
yang bertindak atas nama 'panggilan hati nurani'...
Mungkin saya ketinggalan jaman kali, karena sudah
ada perubahan di-ABRI saat ini.

Kemudian pada kalimat 'Membahayakan Keadaan Negara'.
Darimana ada kesimpulan bahwa kegiatan aktivis2
termaksud membahayakan negara. Apakah kegiatan rezim
terdahulu bukannya "LEBIH" membahayakan ???

Kalau masalah 'Nasionalisme', saya pilih disebut tidak
Nasionalis, daripada disamakan dengan orang2 nasionalis,
seperti Pejabat2 terdahulu, bahkan Oom Liem sebagai
pengusaha Nasionalis nomor satu, suatu julukan yang
diberikan kepada Oom Liem melalui Pak Moerdiono....

Yah, inilah nasib saya, orang yang kebingungan..:(

Salam,
BRIDWAN

At 19:59 23/12/98 -0600, Indi Soemardjan wrote:
>Seperti halnya kasus penembakan Trisakti, dimanaKepolisian
>meminta beberapa perwira/petugasnya untuk maju sebagai tersangka,
>Kopassus rupanya juga meng-kopi metode kuno tsb.
>
>Apa tujuannya?
>Agar masyarakat bisa merasa puas setelah melihat bahwa ada
>polisi dan tentara yang dijadikan tersangka dan dijatuhi hukuman.
>
>Mengenai panggilan hati nurani yang diungkapkan oleh anggota
>Kopassus tsb, sama sekali "non sense" dan "omong kosong" belaka.
>
>Lagipula, kenapa pemeriksaan harus dimulai dari bawahan ke atasan
>dan bukan dari atasan ke bawahan?
>
>Sama halnya dengan pemeriksaan Soeharto, mantan-mantan Dirjen dan
>mantan-mantan Pejabat lainnya diperiksa hanya untuk "formalitas"
>sementara tuduhan terhadap  Soeharto ditunda2 dan diperlambat,
>sama saja seperti proses pengeluaran SIM atau Paspor ataupun
>Surat Tanah.
>
>Kapankah "Jagung" bisa mandiri?
>
>INDI


>Budi Haryanto wrote:
>
>> Rekan permias@ yth,
>>
>> Ada satu hal menarik yang dapat diambil dari persidangan 12 anggota
>> Kopasus terhadap tuduhan melakukan penculikan para aktivis pemuda
>> (Kompas 23 Desember). Mereka dengan kompak mengatakan bahwa penculikan
>> tersebut adalah karena 'panggilan hati nurani' untuk menjaga agar
>> negara tetap aman dan stabil.
>>
>> Berarti, di ABRI sendiri sudah sedemikian demokrasinya, karena perwira
>> setingkat Mayor boleh berinisiatif sendiri untuk merancang dan
>> melakukan tindakan 'penyelamatan negara', yang antara lain dengan
>> penculikan dan dipoles dengan penganiayaan atau bahkan mungkin
>> pembunuhan (beberapa terculik sampai saat ini belum ditemukan).
>> Pertanyaannya, apakah memang boleh demikian di ABRI?
>>
>> Kalau jawabannya adalah 'iya', maka mungkin inilah yang disebut
>> 'nasionalisme'.
>>
>> Bayangkan kalau setiap anggota ABRI yang menembaki mahasiswa di
>> Trisakti, Semanggi dan Atmajaya, menganiaya mahasiswa dan masyarakat
>> diberbagai tempat dan daerah pada berdalih itu adalah 'panggilan
>> hati nurani' atau besarnya rasa 'nasionalisme' mereka. Wow.....!!!!
>> Berarti sudah nggak perlu lagi selalu taat dan menurut perintah
>> atasan di ABRI.
>>
>> Apakah memang demikian fenomenanya?
>>
>> Salam,
>> Budi

Kirim email ke