mas, maksudnya apa sich ???? <bingung>

. Brawijaya wrote:
>
> Weleh-weleh...semangatnya kok ditumpahkan ke saya.
> Ya...pelanggaran aturan yg lain jangan dijadikan alasan
> untuk melanggar aturan yg lain lagi. Nanti semua main
> langgar-langgaran. Yang namanya pelanggaran pasti akan
> ada. Korupsi dilarang ya bakal tetap ada. Cuma yg jadi
> masalah sampai seberapa besar kebocoran yg masih dapat
> diterima. Yang namanya sistem pasti ya ada bocornya toh?
> Sebagai conto, mosok pemerintah AS nggak ada korupsi?
> Yg bener aje...hehehe...
>
> Masalah orang keturunan nggak membantu proses kemerdekaan
> mah pendapat pribadi temennya tuh. Orang lain nggak ada yg
> bilang gitu kok. Sebatas kapasitas ana sebagai kuli sih,
> jelas bukan itu alasannya. Alasannya mungkin dapat ditelusuri
> sendiri tuh. Kayaknya ada sejarahnya. Masalah bener tidaknya ya
> dinilai sendiri... Diskusi semacam itu pernah ada di milis
> yg dikomandoi syracuse juga tuh. Coba aja tanya, sekalian ngetest
> kemampuan meretrieve data mereka....hehe...
>
> Sampai kapan bisa direalisasi? Ya jangan tanya ke saya mas,
> lha wong student kuli bangunan kok ditanya. Memang agendanya
> orang masih pada padat mau bagaimana lagi.... Ya memang
> semua penting, tapi tetap ada yg lebih penting dari yg penting
> tho.... Rak yo ngono tho den...
>
> Monggo,
>
> On Feb 14,  4:25pm, Andrew G Pattiwael wrote:
> > Subject: Re: This is the hecked
> > Bukan semangat lagi,
> >
> > Berdasarkan keputusan inpres,
> > masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)?
> > Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul.
> > aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan?
> > buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU
> > tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya
> > sarcasm saya saja)
> >
> > apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri?
> > apa karena itu kebudayaan orang cina?
> > atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah
> membantu
> > dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !)
> >
> > Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah..
> > jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga
> > banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua.
> > jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan.
> >
> > kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet?
> > kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk,
> > penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan
> > atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus
> > TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI
> > lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya...
> > nambah terusssss....
> >
> > Untuk Yahudi, ide  bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan
> > hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah
> > ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur
> > lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI.
> > Ya susah lagi-susah lagi....
> >
> > Salam Permias@,
> > Andrew Pattiwael
> >
> >
> > On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote:
> >
> > > Wah semangat banget....tapi bagus itu...
> > > Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh....
> > > Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres.
> > > Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan.
> > > Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg
> > > mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan,
> > > mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya
> > > yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda
> > > Pemilu dan Timtim selesai kali.... 'Kali...
> > >
> > > Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind?
> > > Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi......
> > >
> > >

Reply via email to