------------------
XPOS: AWAS, AKSI KELOMPOK "EKS TIDAR"
(PERISTIWA): Gus Dur menyebut nama Mayjen Kivlan Zein sebagai tukang kompor
geger Ambon. Jika Kivlan terlibat pasti atas perintah Prabowo. Ketua PBNU
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bikin kejutan lagi. Ia menuding seorang
perwira tinggi berpangkat mayor jenderal berinisial K mengompori kerusuhan
di Ambon. Perwira yang dimaksud Gus Dur tak lain adalah Mayjen Kivlan Zein,
Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (Korsahi KSAD). "Orang itu
memang keras kepala, saya nggak tahu maunya apa," ujar Gus Dur, Selasa, 2
Maret lalu.
Menurut Gus Dur, sang mayor jendral itu tinggal di Jakarta, tetapi memiliki
akses hingga ke Ambon, khususnya ke kelompoknya yang beraliran keras. Akhir
Januari lalu, Gus Dur menuding Ketua Pelaksana Harian Pemuda Pancasila,
Yorries Raweyai mengerahkan ratusan provokator ke Ambon, kini ia menuding.
Atas informasi Gus Dur itu, polisi memeriksa Yorries tiga hingga empat kali.
Sumber Xpos di kepolisian mengatakan, polisi menemukan indikasi Yorries
terlibat dalam kasus kerusuhan Ambon dan tengah diusut keterlibatannya dalam
aksi-aksi kerusuhan lainnya. Memang, polisi tak pernah mengumumkan
keterlibatan Yorries karena faktor keamanan mereka sendiri.
Kivlan, alumni Akmil tahun 1971 dan orang dekat Letjen (Purn) Prabowo
Subianto itu, memang tak asing lagi dalam aktivitas seperti itu. Kivlan
diketahui terlibat dalam pengerahan PAM Swakarsa, ketika berlangsung Sidang
Istimewa MPR, November lalu. Ketika ikut mengerahkan PAM Swakarsa, Kivlan
sudah tak punya jabatan selain sebagai perwira tinggi Mabes ABRI.
Bersama-sama Mayjen Muchdi Pr, mantan Danjen Kopassus, Kivlan dikotakkan
karena dianggap orang-orang binaan Prabowo. Awal Januari ketika terjadi
mutasi besar-besaran di tubuh ABRI, Kivlan tiba-tiba mendapatkan jabatan
sebagai Korsahi KSAD. "Bukan apa-apa, jabatan itu jabatan tak penting.
Tujuannya agar Kivlan tak berkeliaran," ujar sumber di Mabes ABRI.
Mantan Panglima Divisi Infantri-2 Kostrad dan mantan Kepala Staf Kostrad,
ini belakangan memang icurigai membina para taruna Akmil yang dipecat, atau
yang dikenal sebagai Kelompok Tidar. Kelompok Kelompok Tidar adalah
orang-orang yang pernah belajar di Akabri Magelang, di mana terdapat Bukit
Tidar. Mereka ini droup out di tingkat kedua atau ketiga dan biasanya
dipecat dari ikatan dinas sebagai taruna Akmil karena berbagai kasus berat,
misalnya menghamili gadis, memukul atasan atau senior serta melanggar
ketentuan disiplin.
Kelompok Tidar, makin kuat dan terorganisir berkat binaan Prabowo, Kivlan
dan sejumlah perwira pendukung Prabowo. Gerakan Kelompok Tidak ini mirip
sistem sel. Mereka juga merekrut orang dari kalangan preman, dilatih
kemiliteran dan bela diri melalui Satria Muda Indonesia (SMI), organisasi
silat binaan Prabowo. Mengenai pasukan siluman, selain direkrut dari SMI
juga bergabung kelompok pecinta alam yang dipimpin Iwan "Ompong"
Abdurrahman, yang juga Ketua Umum SMI dan kelompok preman yang dikomandani
Edhy Prabowo, mantan taruna Akmil, yang tak lain adalah Wakil Ketua Harian
SMI.
Iwan Ompong, sebelum jadi ketua umum SMI, banyak membantu Kopassus. Ia
mengembangkan kerjasama Wanadri-Kopassus, menyelenggarakan latihan bersama
dan pendakian Mount Everest, gunung tertinggi di dunia. Iwan juga jadi
pelatih beladiri Kopassus dengan mengembangkan jenis beladiri aliran Combat.
Sebuah jenis beladiri mematikan yang mengambil sasaran bagian terlemah dari
kepala lawan. Edi Prabowo sendiri, sebagai kepala pelatih SMI, merekrut
mahasiswa, pendekar, preman dan anggota militer untuk membentuk pasukan
siluman serba guna. Pasukan ini, dulu di bawah komando Prabowo, bisa
dikerahkan untuk apa saja. Namun, setelah Prabowo kabur ke luar negeri,
komando pasukan siluman ini dipegang Kivlan. Baik pasukan siluman maupun
SMI, latihan-latihan dan operasinya dibiayai oleh orang-orang Bimantara
seperti Bambang Trihatmodjo, Indra Rukmana, Rozano Barrack, Peter Gontha,
dan sejumlah pengusaha seperti: Pontjo Sutowo, Sudwikatmono, Johanes Kotjo
dan Ibrahim Risjad.
Pasukan siluman dan SMI pernah berhasil menciptakan kerusuhan dahsyat di
Jakarta, Mei tahun lalu. Kerusuhan itu sengaja diciptakan, konon dalam
rangka mendukung Prabowo jadi Pangab atau Pangkopkamtib. Rosihan Anwar,
seorang mantan wartawan senior, yang dikutip kantor berita Antara, Juli
tahun lalu sempat menyinggung keterlibatan SMI dalam kerusuhan Mei. Namun,
SMI segera membantahnya. Iwan Ompong dan Edhy Prabowo segera mengundang
wartawan di markas mereka di Jl Wijaya Timur Raya No 7, Jakarta Selatan.
Militansi kelompok SMI ini konon sangat tinggi. Di kawasan Banten bila ada
pendekar yang mencuat namanya akan ditantang dan diajak berkelahi. Bila
anggota SMI kalah, pendekar yang menang akan direkrut dan diangkat jadi
dewan guru SMI. Bukan hanya untuk urusan silat anggota SMI jagoan, tapi juga
urusan kemiliteran. Di jaman masih menjabat Danjen Kopassus, Prabowo
memberikan fasilitas latihan Kopassus di Cijantung untuk digunakan sebagai
tempat berlatih kemiliteran anggota SMI yang berasal dari penduduk sipil.
Bukan hanya itu, anggota SMI juga mendapat seragam hitam-hitam dan sepatu
lars ABRI.
Nah, belakangan SMI dan pasukan siluman yang diorganisir Kelompok Tidar ini
makin kuat karena didukung kalangan Angkatan Darat yang anti Jendral
Wiranto. Sumber di Mabes ABRI mengungkapkan, kelompok Angkatan Darat dan
pasukan siluman Kelompok Tidar tadi punya target untuk merebut kekuasaan.
"Target mereka membuat kekacauan di mana-mana dan menggagalkan pemilihan
umum," ujar sumber tadi. Kalau pemilihan umum kacau dan gagal kelompok ini,
kata sumber tadi akan mengambilalih ABRI, memberlalukan darurat perang dan
mengambil alih kekuasaan.
Kekacauan sejak dari pembantaian para kiai dan guru ngaji di Banyuwangi,
Ketapang, Kupang, Ambon dan Sambas, menurut sumber tadi adalah kerjaan
kelompok tadi. Entah betul entah tidak. Namun, sumber di kepolisian
menyebutkan, Yorries Raweyai yang telah diperiksa polisi beberapa kali
sehubungan dengan serangkaian kerusuhan di berbagai tempat, punya hubungan
erat dengan gerakan Kelompok Tidar tadi. Sumber-sumber intelijen ABRI
menyebutkan, mereka sebenarnya sudah mencium aktivitas pasukan simulan
Kelompok Tidar ini, namun sejauh ini ABRI belum melakukan tindakan apapun
terhadap mereka. Kivlan, mantan anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) itu
mungkin akan diperiksa POM ABRI, jika polisi sudah berhasil membujuk Gus Dur
menyebutkan siapa Mayjen "K" yang disebutkan tadi. Kapolri Jendral
Roesmanhadi mengatakan akan meminta keterangan Gus Dur soal keterlibatan
Mayjen "K" tadi. (*)
application/ms-tnef