Wah...saya jadi tertarik saat membaca posting bung Rosadi mengenai
Hura-hura yang masih saja ada di Jakarta, terutama yang dilakukan oleh
para muda-mudi di Jakarta yang sepertinya "Tidak Peduli" dengan krisis
yang sedang melanda Tanah Air, krisis yang dalam arti hanya dapat
dirasakan oleh golongan menengah kebawah yang sekarang sedang di
PHK-PHK-in oleh para Golongan Atas yang sedang sibuk bagaimana untuk
menutupi utang-utang perusahaan mereka yang sedang diambang kebangrukatan.
(Bapak sedang mencoba menyatakan perusahaannya bangkrut,ngulur waktu
membayar utang, atau membujuk pihak bank untuk menyatakan "Write Off"
untuk utang-utangnya, phk karyawan2, sedangkan anak dan istri tetap hidup
"MEWAH")

Bagaimana dengan dampak Krisis thd para-para pejabat yang berada di KBRI
atau konsulat-konsulat Indonesia di US. Saya sering mendengar (saat Krismon) mengenai 
sering diselenggarakanya
jamuan-jamuan-pesta-pesta-hidangan-hidangan-atau apalah namanya...
yang sering diselenggarakan oleh para pejabat KBRI atau Konsulat.
Saya sering mendengar ini dari teman-teman di Norwich yang sering
berliburan ke Washington D.C.
Dari apa yang saya tangkap, terkesan kehidupan di Washington D.C. selalu
terlihat "Jor-Jor-an"
Pesta Ulang Tahun si ini- atau si anu.....yang ada band-nya segala lagi.
Walau itu adalah hak si pemilik pestanya sendiri...saya menghormati kok.
Saya memang mengetahui ada beberapa staff KBRI dan Athan yang dipulangkan
akibat dari Krismon ini. Dan hal ini tentu amat disesalkan, walaupun
memang harus dikorbankan.

Mungkin Bung Rosadi dapat membetulkan pandangan saya, kalau memang salah.
Karena kebetulan Bung kan selalu main-main di D.C.
Kalau memang iya, bukankah sebaiknya kita membetulkan dulu
perilaku-perilaku boros yang terjadi disekitar tempat kita, setidaknya
kan masih di US. Walaupun begitu, keadaan di Tanah Air tidak boleh kita
tolerir. Kebetulan ini juga ada di pekarangan belakang sendiri. Bukankah
sebaiknya kita check dulu pekarangan kita sendiri, siapa tahu kesalahan
yang sama juga terjadi dan tanpa kita sadari telah kita tolerir juga.

Walau negara kita sedang dirundung Krismon, saya melihat perilaku
kehidupan para Jet-set atau kalangan atas Indonesia terutama di Ibukota
dan di US ini saja, tidak banyak berubah, atau sepertinya tidak terpengaruh.
Tidak tahu mereka itu tidak peduli atau pura-pura tidak melihat, who knows?!

Mungkin pemandangan di pasar-pasar impres, dimana para rakyat jelata dari
golongan menegah kebawah harus berebutan beras-beras yang tumpah di tanah
tidak dapat terlihat karena ditutupi oleh kemegahan gedung-gedung
bertingkat dan klub-klub tempat hiburan maupun resto-resto yang mahal.
Mungkin mereka tidak pernah membaca berita-berita dikoran, yang
menceritakan bagaimana seorang pengangguran ditembak mati, hanya karena
mencongkel kaca spion yang seharga 50,000 demi sesuap nasi bagi anak dan
istrinya.

mungkin saya juga tidak peduli...
Salam permias@,


Andrew Pattiwael

Kirim email ke