Wah baru tahu kalau Kahlil Gibran bisa lihat Indonesia dari awal
abad ini.

Sambas Kalbar sudah bergolak. Bila pengungsi Ambon mencapai
35.000 orang dalam jangka waktu lebih dari sebulan, jumlah di
kalbar sudah mencapai 15,000 dalam hitungan hari. Kalau SP punya
angka 6000an dari Sambas saja. Korban 70 tewas nurut kompas,
nurut harian lain 55. Bencana macam ini bisa meluas ke Kalteng dan
Kalsel kayak tahun lalu. Semoga aparat bertindak cepat dan tegas.

Kecekatan aparat perlu diacungi jempol. Jangan takut untuk
melaksanakan perintah tembak di tempat. Lebih baik jatuh korban
puluh daripada ribu atau ratusan ribu. Jangan takut pula dengan
tuduhan HAM. Kalau AS ikut nyindir HAM boleh tuh dipaparin di
depan hidungnya berita kerusuhan di Watts, LA tahun 66 atau
yg baru kemarin medio dasawarsa ini (hehe... lupa...tahun 95 ya?).
Pemulihan keamanan tidak ada sangkut paut dg tuduhan
pelanggaran HAM.

Tentu saja aparat nggak perlu menepuk dada atas jasanya lalu
minta tambah jatah di DPR, jumlah 38 itu sudah piro-piro. Wong sudah
tugasnya kok. Itu Cak Nur bilang ABRI boleh jadi presiden. Ya emang
betul itu... lha wong Eyang Troy aja boleh jadi presiden kok. Siapa
pula yg bilang nggak boleh. Yang penting kan ABRI-nya mesti kasih
kesempatan buat sipil dong. Sudah 30 tahun Indonesia jadi rejim
militer apa nggak mau berkembang dikit. Ngalah dikit ngapa sih?
Katanya Lemhanas kumpulan orang pinter, silakan diprediksi tuh
nasib kita 50 tahun ke depan.... Malaysia udah punya gedung tertinggi
di dunia, kita masih saja jalan di tempat.

Memang puisi kiriman Bung Indi ttg "bangsa kasihan" oleh Kahlil
Gibran itu tepat sekali. Kasihan bangsa yg terpecah-pecah, lalu
pecahannya menganggap dirinya adalah bangsa. Rupanya penyakit ini
bukan monopoli Indonesia. Ada dosen yg tiba-tiba punya wangsit buat
dirikan Riau merdeka lah. Ada anggota DPR tiba-tiba dapat inspirasi untuk
dirikan Irian merdeka lah. Eh, para scholar dari berbagai daerah
malah ikut meramaikan suasana. Ya siapa sih yg nggak paham kalau
banyak yg kecewa. Tapi kalau terus dipake alasan buat cari celah untuk
jadi menteri Republik Riau kan bubrah tho? Lha siapa lagi yg bisa jadi
menteri kalau bukan para scholar ini. Hmm.... wis-wis...bangkrut....
Semua pada pingin jadi presiden dan menteri.....tobat....tobat.
Eyang Troy juga kecewa karena Dusun Nusukan Desa Tempelan
Kecamatan Ledok Wetan dari dulu nggak pernah kena aspal. Tapi eyang
nggak pengen ikut jadi menteri. Katanya semua harta dibawa ke Jawa.
Mana? Perasaan makin miskin. Kalau ada lagi politisi atau scholar ngomong
gitu mending ditonyo aja. Lha wong ngelihat pake tutup mata, mendengar
sambil dengerin walkman, ngomong sambil kumur-kumur, membaca sambil
menyelam. Ya bubrah lah....

Itu ada berita lucu tuh. Walikota Bandung mengancam mengerahkan
massa buat menghancurkan gedung Harian Bandung Pos gara-gara
jengkel atas berita mutasi besar-besaran di wilayah dia. Ini walikota
kolonel infantri lucu sekali karena dulu dia pernah berantem sama
pelatih sepakbola gara-gara sang pelatih naas nggak mau ganti
pemainnyan sesuai keiinginan dia. Ini model pejabat kok masih ada ya?

Ngomong-ngomong Bandung kok nggak pernah dapat walikota bener.
Dulu pelawak Ateng jadi walikota. Dasar pelawak aneh kerjanya bukan
bikin seneng penonton. Bukannya bikin bener jalan, tapi bikin lubang
jalan tiap bulan. Makanya dulu jalan di Bandung nggak pernah bener.
Jateng juga sial mulu. Dari dulu nggak pernah dapat gubernur bener.....
Kayaknya cuman Jatim yg selalu beruntung. Nggak heran wilayah Jatim
maju, sementara Jateng munduuuur terus. Sumsel kita denger gitu juga.
Weleh-weleh...

Eh, ngomong-ngomong kok tinggal gue yg kirim posting ya? Wah,
mesti nurunin frekuensi kirim lagi nih. Berabe kalau gini. Sekian dulu
ah orek-orek saya hari ini. Maaf kalau banyak yg keselip atau
kesinggung. Endak ada maksud lah....

Salam,
Eyang Troy

'-----------------------
Indi Soemardjan wrote:

> kasihan bangsa
> yang mengenakan pakaian  yang tidak ditenunnya
> yang memakan roti dari gandum yang tidak ia panen
> dan meminum anggur yang ia tidak memerasnya
>
> kasihan bangsa
> yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan
> dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah
>
> kasihan bangsa
> yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur
> sementara menyerah padanya ketika bangun
>
> kasihan bangsa
> yang tidak pernah angkat suara
> kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan
> tidak sesumbar
> kecuali di reruntuhan
> dan tidak memberontak
> kecuali ketika lehernya sudah berada diantara pedang dan landasan
>
> kasihan bangsa
> yang negarawannya serigala
> yang filsufnya gentong nasi
> dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru
>
> kasihan bangsa
> yang menyambut penguasa barunya dengan terompet kehormatan
> namun melepasnya dengan cacian
> hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan terompet lagi
>
> kasihan bangsa
> yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu
> dan orang kuatnya masih dalam gendongan
>
> kasihan bangsa
> yang terpecah-pecah
> dan masing-masing pecahan menganggap dirinya sebagai bangsa
>
> kahlil gibran (1883-1931) ; cinta keindahan kesunyian - yayasan bentang
> budaya
> 1997
>
> diteruskan oleh:
>
> --
> Indi
>
> Visit my world: http://pagina.de/indradi

--
               \\\|///
             \\  - -  //
              (  @ @  )
------------oOOo-(_)-oOOo-----------
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
--------------------Oooo------------
           oooO     (   )
          (   )      ) /
           \ (      (_/
            \_)

Kirim email ke