Kalo nurut saya ya.... Kasus Purbalingga emang didorong oleh pimpinan
daerah PDI-P sendiri, tentu saja bisa dengan atau tanpa sepengetahuan pusat.
(Makanya saya ndak percaya waktu tadinya MS nyangkal). Ambil contoh,
misal daerah bilangnya mau bikin acara semacam rapat akbar
sebagai tandingan rapat akbar Golkar, lalu disetujui oleh pusat. Nah, yang
di daerahpun setelah diokay-kan lalu nyusun orang-orang itu. Temtu saja
ndak nyuruh bukain baju para wanita. Lha dasarnya orang kita, kalau udah
ngumpul jadi berani, beringas, dan lalu otaknya ditinggal di rumah. Mangkanya
lalu terus kejadian kayak gitu.

Mangkanya, saya setuju kalau ndak ada pawai-pawai segala macam. Kalau mau
menghadiri kampanye sih boleh, tapi kalau terus arak-arakan, nah mulai bahaya.
Memang secara teoritis gampang ngomong gini. Soale selesai kampanye
yang pulang 1000 orang secara berbareng. Mau ndak mau ya kayak arak-
arakan. Dasare usil, habis itu lalu ada yg mulai lempar. Udah deh, temen
sebelahnya juga ikut lempar, takut dibilang penakut. Ya udah, vandalism
menemukan jati diri. Itu kalau nggak ketemu orang. Kalau ketemu orang
beratribut lain lalu pada emosi.... Wah....mulai deh... Selalu gitu...

Mungkin gini aja. KPU bikin aturan tegas. Boleh ada pengerahan massa.
Bila sampe muncul keributan, peserta ini langsung dihukum ndak boleh
kampanye selama masa itu. Selain itu partai ini harus bayar segala macam
kerusakan yang terjadi. Misale tanda lalu lintas yg sudah minim ada yg
dicabuti juga mesti diganti. Pokoke semua mesti diganti, kalau perlu dua
kali lipat. Ini biar melatih partai-partai bertanggung jawab dan berpikir
keras mengamankan kampanyenya sendiri. Ndak asal modal corong lalu
nyuruh orang ngumpul ke lapangan. Nah, setelah itu mereka mau
sewa orang untuk menertibkan massanya itu urusan dia. Mau minta aparat
keamanan juga boleh, yang swasta juga bisa. Nah, ini TNI (hehe...masih
kagok) boleh deh minta uang lelah. Lumayan kan..... ada bisnis baru.

Salam,
Jaya


Note: sekali-sekali jangan ambil sudut pandang gimana? Mbok ya "ngasih",
     masak "ngambil" terus?

'------------------
"Dodo D." wrote:

> Hehehe...oke..oke..
> ternyata sejak awal sudah terdapat perbedaan persepsi dan pengambilan
> sudut pandang dalam menyikapi masalah yang sama.
> Kalau sejak awal saya sudah mengambil sudut pandang benar atau tidaknya
> kejadian di Prubalingga dari segi moral tanpa melihat "kewajaran" atau
> "ke-luar biasaan" kasus itu ditinjau dari segi kualitasnya, anda
> cenderung menyikapinya dari sudut yang sebaliknya, sehingga hampir saja
> tidak mencapai titik temu.
>
> Tentang sisi pandang dalam melihat kasus itu dari kaca mata hukum dan
> politik, saya tetap melihat adanya kerancuan di dalamnya. Saya mengerti
> acuan yang anda gunakan dalam melihat sebuah kejadian merupakan tindak
> kriminal biasa atau insiden politik. Saya menangkap kesan spontanitas
> dan intention dari si pelaku sebagai determining factor dalam melihat
> apakah itu merupakan tindak kriminal biasa atau insiden politik.
> Menurut saya, definisi itu bisa di terima dengan jelas dalam situasi
> yang normal. Tetapi dalam situasi politik yang ruwet seperti di negara
> kita saat ini, susah rasanya untuk menentukan apakah kasus semacam itu
> merupakan tindak kriminal biasa atau insiden politik, karena
> bagaimanapun ada unsur2 politis yang dibawa di dalamnya. Mengenai
> spontanitas dan intention dari pelaku, saya agak sulit menerima sebuah
> hipotesa yang mengatakan bahwa kejadian yang melibatkan kurang lebih
> 300 orang pelaku itu merupakan kejadian yang spontan dan di dorong oleh
> kemauan pribadi para pelaku tanpa ada dorongan dari belakang. Apalagi
> para pelaku sebagian besar menggunakan atribut partai politik tertentu.
>
> Mengenai siapa yang berdiri di belakang kasus itu, kita perlu cukup
> bukti untuk mengatakannya. Bisa jadi mereka memang di perintah oleh
> partainya, bisa juga karena mereka dibayar oleh partai lain, atau
> bahkan bisa jadi mereka di bayar oleh si korban untuk mencari simpati,
> tentunya dengan syarat "bila nggak ketahuan."
>
> Disini, saya tetap berdiri pada sudut pandang saya sendiri yang melihat
> kasus itu dari sisi kebenaran moral dan mungkin juga hukum. Silakan
> kalau anda menyikapinya dari sudut pandang kualitas dan akhirnya
> mengambil kesimpulan bahwa kejadian itu merupakan kejadian yang wajar.
> _________________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

--
               \\\|///
             \\  - -  //
              (  @ @  )
------------oOOo-(_)-oOOo-----------
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
--------------------Oooo------------
           oooO     (   )
          (   )      ) /
           \ (      (_/
            \_)

Kirim email ke