Assalamualikum Wr.Wb Rekan-rekan semua..., Berikut ini saya postingkan email dari milis bincang@, sebagai tambahan informasi bagi kita semua.Saya persilahkan rekan-rekan untuk menilai sendiri tulisan dibawah ini, atau kalo perlu mendiskusikannya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, serta senatiasa berani mengatakan yang benar sebagai suatu kebenaran dan yang salah sebagai suatu kesalahan. Wassalam Mohamad Rosadi >From [EMAIL PROTECTED] Fri Jan 1 06:58:39 1999 >Received: (qmail 10667 invoked by uid 1053); 1 Jan 1999 14:58:14 -0000 >Mailing-List: contact [EMAIL PROTECTED]; run by ezmlm >Delivered-To: mailing list [EMAIL PROTECTED] >Received: (qmail 10662 invoked from network); 1 Jan 1999 14:58:13 -0000 >Received: from wya-lfd83.hotmail.com (HELO hotmail.com) (207.82.252.147) > by permias.org with SMTP; 1 Jan 1999 14:58:13 -0000 >Received: (qmail 28302 invoked by uid 0); 1 Jan 1999 14:57:23 -0000 >Message-ID: <[EMAIL PROTECTED]> >Received: from 209.75.196.2 by www.hotmail.com with HTTP; > Fri, 01 Jan 1999 06:57:21 PST >X-Originating-IP: [209.75.196.2] >From: "Ahmad Ahmad" <[EMAIL PROTECTED]> >To: [EMAIL PROTECTED] >Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], > [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] >Subject: Re: [bincang] Mahasiswa Anarkis Bungkam Kebebasan Pers >Date: Fri, 01 Jan 1999 06:57:21 PST >Mime-Version: 1.0 >Content-Type: text/plain > >Mahasiswa Anarkis Bungkam Kebebasan Pers > >Nampaknya kelompok mahasiswa anarkis yang ingin membentuk pemerintahan >baru tanpa Pemilu yang dimotori oleh aktivis mahasiswa Universitas >Katolik Atmajaya dan Universitas Kristen Indonesia ini sama represifnya >dengan pemerintah Soeharto. > >Buktinya mereka berusaha membungkam dan membersihkan TVRI, agar TVRI >cuma memberitakan berita sesuai dengan selera mereka. Hal ini jelas >menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa anarkis minoritas ini perilakunya >tidak berbeda dengan Soeharto. > >Mengapa mereka tidak bisa bersikap sebagai demokrat seperti Menpen Yunus >Yosfiah, yang mentolerir perbedaan pendapat di media massa? Bukannya >memuji, tapi bukankah Yunus ini tak pernah berusaha membungkan Kompas, >Indosiar, SCTV, RCTI, dll, yang pemberitaannya SERING memojokkan >pemerintah dan selalu membela kelompok mahasiswa anarkis tsb? Kenapa >kelompok mahasiswa ini berusaha menteror dan menyeragamkan pemberitaan? >Benar2 Demokrat gadungan! > >Berikut berita rencana pembungkaman dan pembersihan dari oknum mahasiswa >anarkis tsb: > >[INDONESIA-L] TVRI Masuk Agenda Perjuangan Mahasiswa >[EMAIL PROTECTED] >Sun, 27 Dec 1998 11:39:11 -0700 (MST) > >Messages sorted by: [ date ][ thread ][ subject ][ author ] >Next message: [EMAIL PROTECTED]: "[INDONESIA-L] >Skandal di Pengadilan Tinggi Jakarta" >Previous message: [EMAIL PROTECTED]: >"[INDONESIA-L] Nasin Seorang Tentara" > >------------------------------------------------------------ >-------------------- >From: "gempur ordebaru" <[EMAIL PROTECTED]> >To: [EMAIL PROTECTED] >Subject: TVRI Masuk Agenda Perjuangan Mahasiswa >Date: Sun, 27 Dec 1998 06:28:50 PST > >TVRI Belum Tersentuh Reformasi Mahasiswa Memasukkan TVRI Dalam Agenda >Demo > >TVRI selaam era Suharto memang tak lebih hanyalah alat propaganda, yang >tak memiliki kredibilitas sama sekali. Setelah Suharto lengser, dan >Yunus Yosfiah menjadi Menteri Penerangan, memang TVRI mulai sedikit >berobah; sebagai contoh, mulai berani memberitakan aksi demo >mahasiswa, atau menampilkan tokoh-tokoh kritis. > >Namun itu tak lama. Kini, semakin hari TVRI semakin jelas menempatkan >diri pada ujud aslinya: alat propaganda serta sumber disinformasi yang >tendensius. Contohnya, sewaktu KBUI bermaksud mendakan sholat tarawih >serta tahlilan memperingati 40 hari Persitiwa Semanggi, TVRI nampak >sekali berusaha membuat rekayasa pemberitaan yang mendiskreditkan para >mahasiswa. > >Tadi malam, dalam selingan Persepsi, TVRI berusaha menempatkan acar >mahasiswa tersebut dalam kerangka "Penyalahgunaan agama untuk >kepentingan politik". Konyol sekali. Di lain pihak, praktek-praktek >penyalahgunaan agama oleh kelompok-kelompok semacam KISDI, ataupun >Forqon, dan Pam Swakarsa, yang jelas- jelas mencemarkan citra Islam >melalui ulah politik picisan yang membawa-bawa simbol agama, sama >sekali tidak disinggung TVRI. > >Mengherankan, TVRI dalam era Reformasi masih berani melakukan rekayasa >dan disinformasi semacam itu. Ingatlah, setelah Pemilu 1999, amat >mungkin TVRI tidak lagi berada dibawah penguasa sisa-sisa Orde Baru >yang masih berkuasa saat ini. Itulah barangkali saatnya oknum-oknum >serta mentalitas jurnalisme budak harus segera dibersihkan. Saat ini >sejumlah kelompok mahasiswa telah memasukkan reformasi TVRI dalam >agenda perjuangan mereka. Seusai masa puasa dan Lebaran, menurut >mereka, aksi-aksi untuk "membungkam" dan "membersihkan" TVRI dari >sisa-sisa Orde Baru dan dari para Soehartois akan segera dilakukan. >------------------ >REVOLUSI MINORITAS DI TAHUN 1999 > >Nampaknya seperti diramalkan banyak orang seperti Gus Dur, Permadi, dll, >akan terjadi huru-hara besar, bahkan perang saudara di Indonesia. > >Skenarionya sederhana saja. Habibie, setelah mendapat perintah lewat tap >MPR, telah menginstruksikan Jagung Andi Ghalib untuk serius memeriksa >Soeharto. Habibie bahkan menegaskan bahwa proses pemeriksaan ini hingga >keputusan pengadilan terhadap Soeharto harus selesai sebelum Pemilu >tanggal 7 Juni 1999. Jadi Soeharto berhadapan dengan Habibie, sementara >kelompok minoritas seperti mahasiswa Universitas Katolik Atmajaya, >Universitas Kristen Indonesia, ISKA (Ikatan Sarjana Katolik), PIKI >(Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia), maupun CSIS dengan jenderal >Leonardus Benny Murdani sedari awal sudah menganggap pemerintah Habibie >tidak mempunyai legitimasi, karena itu mereka ingin menggulingkannya dan >membentuk pemerintah sendiri, sementara KWI (Konferensi Waligereja >Indonesia) sendiri juga menolak Habibie dengan keluar dari DKPSH. > >Soeharto yang sekarang masih diperiksa sebagai saksi, tentulah akan >berontak jika statusnya dirubah sebagai tersangka. Setelah bercokol >selama 32 tahun lebih, Soeharto sebagaimana ditulis di suplemen >Republika Bidik telah menanamkan banyak pengikut dan kekayaan. > >Ketika berkuasa, Soeharto cukup cerdas untuk berusaha tidak korup >sendiri. Dia berusaha mengikutkan bawahannya untuk melakukan hal serupa, >meskipun tak semua bawahannya ikut korup seperti Marie Muhammad. Kita >merasakan sendiri bagaimana kita harus membayar lebih untuk para petugas >korup ketika membuat KTP, SIM, Paspor, dll. Korupnya para Gubernur, >Bupati, Camat, Lurah, dll, membangkitkan solidaritas sesama koruptor di >antara mereka. Jika Habibie berusaha mengganyang Soeharto, maka Habibie >akan berhadapan dengan para pengikut Soeharto yang masih tertinggal. > >Berapa banyak Gubernur, Bupati (yang berjumlah ratusan), Camat >(jumlahnya ribuan), dan Lurah (jumlahnya puluhan ribu) yang diangkat >ketika Soeharto berkuasa? Berapa banyak komandan2 tempur atau kepolisian >yang diangkat pada era Soeharto. Paling tidak, 30% dari ABRI aktif masih >berada di bawah pengaruh Soeharto. Apakah pejabat yang pro Habibie yang >baru berkuasa selama 7 bulan lebih banyak dari yang pro Soeharto yang >telah berkuasa selama 32 tahun? Ini persis seperti pertarungan antara >David dan Goliath. Pemerintah Habibie yang baru berumur 7 bulan dipaksa >bertarung dengan Soeharto yang telah lebih dari 32 tahun memerintah. > >Dengan para kroni-nya seperti Liem Sioe Liong, Prajogo Pangestu, Bob >Hasan, Eka Cipta Wijaya, dll, berapa ratus trilyun yang mereka miliki? >Hal ini memberikan mereka kemampuan yang sangat besar untuk melakukan >money politics. Jika satu demonstran / penjarah bayarannya 10 ribu per >orang, maka mereka bisa menggerakan puluhan milyar (jika rakyat >Indonesia sampai segitu:) orang untuk melakukan pengrusakan, dan >penggulingan pemerintah Habibie sekaligus. > >Mengingat lebih dari 100 juta penduduk Indonesia berada di dalam >kemiskinan absolut, maka mereka dapat diperalat dengan mudah untuk >berbuat apa saja. Maraknya kerusuhan, tawuran antar warga / SMA, >penjarahan, dll, merupakan indikasi bahwa moralitas sebagian rakyat yang >memang miskin itu sudah rendah. Mereka rela melakukan apa saja asal >perutnya dan keluarganya kenyang, Kefakiran membawa kekufuran! > >Selain itu, Soeharto punya jutaan preman (Government thugs) yang setia >padanya. Pemuda Pancasila yang mengaku memiliki 6 juta anggota dan FKPPI >yang beranggotakan sekitar 1 juta orang sudah mampu mengalahkan personel >ABRI yang cuma beranggotakan 400 ribu orang. Terlihatnya tokoh Pemuda >Pancasila (PP), Yorrys Raweyai, dan Bambang Soeharto (yang berpengaruh >di FKPPI), bersama Soeharto ketika Gus Dur mengunjunginya untuk Dialog >Nasional membuktikan bahwa kedua organisasi tsb masih setia pada >Soeharto. > > >Ketika terjadi kerusuhan di Ketapang, Kupang, Pinrang, Banyuwangi, dll, >sebagian orang menuding Soeharto sebagai biangnya. Ini jelas membuktikan >bahwa kekuasaan Soeharto masih ada. > >Pada tahun 1999 inilah akan terjadi benturan hebat antara Soeharto >dengan Habibie yang menolak dialog nasional dengan Soeharto, maupun >Habibie dengan kelompok mahasiswa anarkis yang diperkuat massa PDI >perjuangan yang didukung oleh jenderal Theo Syafei serta Leonardus Benny >Murdani dengan CSIS yang ingin menggulingkan Habibie, karena Habibie >dianggap tidak mempunyai legitimasi oleh mereka. > >Pada saat inilah perang saudara bisa terjadi. Jika pada masa sekarang >saja polisi yang harus mengawasi 1000 penduduk (di negara maju rasionya >cuma 1:300 dan penduduknya punya kesadaran hukum yang tinggi) sudah >tidak berdaya menghadapi kerusuhan, tawuran, dan penjarahan, apalagi >nanti jika para aktor2 politik beserta pengikutnya saling adu otot. >Bukan tak mungkin akan terjadi perang saudara seperti di Afghanistan >yang akan berlangsung bertahun-tahun dan tidak selesai hingga kini. > >Jika ini terjadi, maka ummat Islam harus bersatu dan menyiapkan diri >agar mereka tidak menjadi korban. Ummat Islam telah kehilangan sekitar >100 ulama yang dibantai pada kasus Banyuwangi, dan akan lebih banyak >lagi korban yang jatuh di tahun 1999. > >Sekarang sekitar 2000 anggota Forkot telah mendapat latihan militer >dengan senjata api di Gunung Salak oleh jenderal Leonardus Benny Murdani >(Tekad). Sementara penyelundupan senjata api dari pistol hingga senapan >serbu otomatis yang terbongkar baru-baru ini (berita SCTV dan Republika) >menunjukkan bahwa ada kelompok tertentu yang ingin menggunakan senjata. >Harap diingat, biasanya untuk satu kasus yang terbongkar, ada ratusan >kasus yang tidak terungkap (fenomena Gunung Es). Selain bisa digunakan >untuk membela diri, senjata tsb juga bisa digunakan untuk maksud lain. >Mengingat harga senjata api mahal, kita tentu tahu tidak mungkin orang >Islam yang kebanyakan adalah orang miskin yang membeli senjata tsb. Jadi >tebak sendiri siapa yang akan menggunakannya, dan siapa yang akan >dibunuh. > >Berikut rencana demonstrasi yang akan dilakukan oleh kelompok anarki >minoritas. Kita tahu betapa hebatnya demo yang mereka gelar karena >melibatkan ratusan ribu massa, bukan mahasiswa murni. Selain itu mereka >juga terbukti belakangan ini telah menggunakan senjata seperti samurai >dan bambu runcing. > >Tapi itu cuma pemanasan, kata mereka. Tahun 1999, baru the real >thing terjadi. Pada saat itu, tentulah senjatanya bukan cuma samurai >dan bambu runcing lagi. Supply senjata api dari perwira2 Kristen yang >aktif kepada massa dan mahasiswa minoritas seperti yang dilakukan pihak >Kristen Serbia di Bosnia bisa terjadi di sini. Selain itu penyelundupan >senjata api yang terungkap baru-baru ini juga merupakan indikasi kuat >akan ada pengerahan massa bersenjata. > > >Jika itu terjadi, saya ragu apakah aparat keamanan yang jumlahnya cuma >sekitar 60 ribu di Jakarta bisa menghadapi hingga 500 ribu massa yang >dikerahkan dari Jabotabek. Apalagi karena termakan propaganda media >massa tertentu, ummat Islam cenderung berdiam diri, takut diadu domba, >sehingga pemberontakan yang akan dilakukan oleh tirani minoritas ini >bisa berhasil. Jika sudah seperti itu, maka bersiaplah mengalami nasib >seperti ummat Islam di Bosnia, Kupang, atau Timtim. > >Jika sudah berkuasa, tentulah perlakuan manis golongan minoritas untuk >menarik simpati mayoritas seperti tahlilan di Universitas Katolik >Atmajaya maupun Tarawih di Semanggi tidak akan terjadi lagi. Jilbab akan >kembali dilarang, pelajaran agama dikurangi, Muballigh harus mendapat >izin dan sensor sebelum melakukan ceramah agama, kalau ummat Islam >protes mendapat perlakuan tak adil, maka pemerintah fasis ini cukup >membantai mereka dengan peluru tajam, seperti yang dilakukan jenderal >Leonardus Benny Murdani ketika membantai 420 ummat Islam di Tanjung >Priok bersama Try Sutrisno, dll. > >Hal ini persis seperti seorang playboy yang bermanis-manis mengambil >muka pada pacarnya, begitu si gadis telah direnggut keperawanannya >(maaf), maka sang playboy meninggalkannya begitu saja. Meskipun si gadis >yang sudah hamil ini mendesak2 untuk dikawini, namun si playboy cuek dan >menolaknya. Jadi ummat Islam harus waspada terhadap taktik muka manis >tsb. Kita dulu telah mengalami banyak penindasan, masa kita harus >terbentur 2 x pada batu yang sama? > >Berikut rencana pengerahan massa untuk menggulingkan pemerintah dari >tokoh Forbes di Detik: > >[INDONESIA-L] DETIK - Komentar Aktivis Forbes >[EMAIL PROTECTED] >Tue, 22 Dec 1998 17:03:06 -0700 (MST) > >Messages sorted by: [ date ][ thread ][ subject ][ author ] >Next message: [EMAIL PROTECTED]: "[INDONESIA-L] >Re - Indonesia Terjajah" >Previous message: [EMAIL PROTECTED]: >"[INDONESIA-L] DETIK - Prabowo Mungkin Latih Militer >Yordania" > >------------------------------------------------------------ >-------------------- >X-URL: >http://www.detik.com/wawancara/199812/19981221-1758.html > >Senin, 21 Desember 1998 [Peta Situs..] > >Aktivis Forbes Taufan Hunneman: >Demo Besar Pasca Idul Fitri > >[INLINE] Hingga hari ini, ada belasan "organisasi" gerakan aksi >mahasiswa bertebaran di Jakarta. Sebut saja Forbes, Komrad, Forkot, KB >UI, Alarm, Gempur, FKSMJ, Front Jakarta, Famred, yang sering >berakoalisi menggelar aksi bareng. Di sisi lain ada Forsal, Poros >Jakarta, KAMMI, dan Formi yang lebih kompromis. > > Bagaimana hubungan antar "organisasi" itu? Bagaimana pula aksi >mahasiswa selama bulan Ramadhan? Mengapa mereka tetap ngotot tidak >menghentikan aksi mereka? Juga, apa menariknya turun ke jalan? > > Berikut wawancara Nurul Hidayati dari detikcom dengan Taufan Hunneman, >mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jaya Baya Jakarta angkatan '96 >yang juga "Jendral" Forbes (Forum Bersama), Senin (21/12): > > Banyak organisasi gerakan mahasiswa muncul, pertanda apa? > > Memang saat ini banyak kelompok ingin bermain. Kelompok ini menanamkan >kaki-kaki lewat mahasiswa. Maka terbentuklah kelompok A, B,C, dsb. >Tapi kita bisa melihatnya dalam tataran isu. Kalau teman-teman dari >Forbes, Famred, Forkot, FKSMJ, Alarm, Gempur, Front Jakarta, Komrad, >KB-UI, kita tetap stricht tidak mengakui kepemimpinan sekarang. >Artinya, kita konsisten pada jalur kita. > > Lalu muncul kelompok lainnya, misalnya Parmi (Parlemen Mahasiswa >Jalanan Indonesia), dan kelompok lainnya, yang saya lihat tidak pernah >mengeluarkan statemen politik satu pun bagaimana sikap mereka terhadap >pemerintahan Habibie. > > Jadi, bagi kami, garisnya ada dua, yaitu apa kawan-kawan memandang >Habibie adalah legitimate atau tidak. Kalau memandang Habibie >legitimate, berarti kawan tersebut ada di luar garis kita. Tapi kalau >melihat Habibir tidak legitimate baik secara de facto dan >konstitusional, berarti segaris dengan kita. Jadi, itulah perbedaan >antara aksi gerakan mahasiswa saat ini. > > Bagaimana hubungan personal antara kedua kelompok tersebut? > > Perkawanan dengan teman-teman dari garis yang berbeda, tidak menjadi >persoalan bagi kami. Tapi secara konsep politik, kami tetap berbeda >dengan mereka. > > Kita tidak ingin ada budaya politik yang turun temurun terjadi, yaitu >adanya ketidakakuran antara kelompok pemerintah dan anti pemerintah. >Kita tidak ingin mengulang bagaimana Soeharto memperlakukan Soekarno >dan Ali Sadikin dengan tidak wajar, padahal mereka dulu berteman. Kita >tidak ingin seperti itu. > > Justru yang kita inginkan adalah belajar pada perilaku Soekarno. >Ketika Natsir dan Syahrir ditangkap akibat tuduhan terlibat peristiwa >PRRI/Permesta, hubungan mereka masih tetap baik. Itu yang positif. > > Apa sih enaknya demonstrasi? > > Demo banyak seninya, di luar konteks politik, ya. Pertama, demo >menambah relasi, banyak teman. Kalau dulu pergaulan terbatas pada >lokal universitas, semisal Jaya Baya, sekarang bisa kenal dengan >teman-teman dari universitas yang lain. Jaket almamater hanya >berfungsi sebagai pengenal asal universitas, tapi kami merasa sebagai >sama-sama mahasiswa Indonesia. > > Kedua, di dalam aksi muncul juga cerita percintaan. Waktu Tragedi >Semanggi, 13 Nopember lalu, bahkan ada ungkapan CBSA, Cinta Bersemi >Saat Aksi. Ada beberapa teman saking bingungnya, akhirnya tertarik >pada seorang cewek dan berlanjut hingga kini. > > Ketiga, demo membangun kebersamaan. Kalau lapar, ya sama-sama lapar. >Kalau logistik datang, kita bareng-bareng makan. Kalau logistik >pas-pasan, kita harus cari cara gimana agar semua temen bisa makan >semua. > > Solidaritas akan lebih besar muncul bila ada teman-teman yang >ditangkap atau digebuk. Sehingga ada temen yang sampai nangis-nangis, >ingin balas dendam, maki-maki, dsb untuk menunjukkan solidaritas. > > Banyakkah kasus CBSA ? > > Banyak juga, termasuk saya..he...he..he..Itu terjadi karena proses >waktu saja. Tidak ada waktu untuk mencari pacar yang sama-sama >aktivis. > > Bagaimana aksi di bulan puasa? > > Kita akan terus demo, tapi tidak dengan mengerahkan massa >besar-besaran. Kita akan sosialisasi agenda perjuangan, kembali ke >kampus untuk menguatkan basis kampus, dan berjuang di basis petani dan >buruh. > > Jadi tidak harus turun ke jalan? > > Tidak. Sebab bulan puasa ini bagi kita adalah momentum untuk >intropeksi, apalagi bulan ini ada tiga nafas spiritual, yaitu >Ramadhan, Natal, dan Tahun Baru 1999. Kita akan mengevaluasi sampai >sejauh mana perjuangan kita. > > Pasca Idul Fitri, kita akan menggelar demonstrasi besar-besaran, >sebab ini perjuangan yang sesungguhnya. Yang kemarin-kemarin adalah >pemanasan karena ada agenda politik pemilu yang dipaksakan dan banyak >elit politik yang ingin bermain. Di sinilah posisi mahasiswa untuk >tetap pada konsistensinya. > > Menurut mahasiswa, seberapa besar tuntutan yang direspon pemerintah >selama ini? > > Tidak ada target politik kami yang dikabulkan pemerintah. Ini yang >membuat teman-teman tetap berjuang untuk terus menekan pemerintah. >Pemerintah sekarang ini terlalu bodoh untuk menyelesaikan kasus >per-kasus. > > Misalnya kasus penembakan Trisakti, Mei lalu. Pemerintah cuma >setengah hati menyelesaikan kasus itu. Apalagi kasus Semanggi, 13 >Nopember. Kasus Banyuwangi, dsb. Setiap minggu atau setiap bulan >selalu muncul peristiwa-peristiwa yang dibuat dari atas akibat >keblunderan sistem politik kita sendiri. > > Kenapa mahasiswa masih terus turun ke jalan? > > > Mahasiswa yang turut beraksi mesti sudah tahu konsekuensinya. Ia akan >kepanasan, keluar duit untuk patungan sewa mobil, kena tembak, atau >mati. Jadi, teman-teman yang turun ke jalan adalah teman-teman yang >sadar pada resiko demo. Mereka terpanggil demo karena kesadaran pribadi >akibat melihat kondisi obyektif di masyarakat. > > Jadi mahasiswa banyak yang sadar politik sekarang? > > Mahasiswa demo yang ikut-ikutan ada juga sih. Justru kalau mereka >dibiarkan, tidak diikutkan aksi, akan berbahaya karena akan menimbulkan >kesadaran palsu. Makanya, kami terus berusaha memberi "penerangan" >sebelum aksi sehingga semua teman tahu apa yang kita perjuangkan. > > Ortu tidak keberatan? > > Tergantung karakteristik orang tua. Saya sendiri turun aksi sejak >tahun 1994. Awalnya, ortu keberatan. Apalagi waktu itu demonstrasi >masih barang langka. Paling-paling peserta demo cuma 30 orang. Tapi >sekarang ortu saya sudah bisa menerima karena kebenaran dan kemenangan >ada di tangan mahasiswa. > > Bahkan ada ortu seorang mahasiswi yang tidak memberi uang kuliah >supaya anaknya tidak ikut-ikutan demo. Tapi lama-lama ortu mahasiswa >itu sadar bahkan anaknya mati pun dia rela. Proses waktu saja yang >membuat ortu tidak keberatan pada aksi anak-anaknya. > > > >ADI SASONO: EKONOMI RAKYAT atau ANTI CINA? > >Nampaknya golongan Cina yang menguasai 80% dari perekonomian negara >benar-benar membenci Adi Sasono yang berusaha memberdayakan rakyat lewat >ribuan koperasi. > >Dengan solidaritas sesama Cina, Majalah Far Eastern Economic Review >menggelari Adi Sasono sebagai The Indonesia's Most Dengerous Man, >sementara AsiaWeek di covernya memperingatkan, Watch This Man! dengan >foto Adi Sasono yang diclose-up dengan kesan angker, persis seperti >buaya yang ingin menunggu mangsanya sementara di bagian dalam Adi difoto >dari bawah tempat duduknya (persis singgasana). Pemberitaannya begitu >tendensius, apalagi FEER, beritanya lebih tepat disebut sebagai >character assassination. > >Kenapa minoritas Cina yang menurut Aburizal Bakrie menguasai 90% bidang >usaha yang tak dipegang BUMN ini tidak puas dengan dominasi mereka yang >berlebihan? Padahal pemerintah sebelumnya telah memberi mereka berbagai >fasilitas dari Prayogo yang mendapat HPH sebesar 3,5 juta hektar (seluas >Inggris Raya), Proyek Pulp Chandra Asri yang mendapat proteksi >pemerintah di mana rakyat harus membayar lebih mahal untuk produk >plastik sehingga pertahunnya rakyat dirugikan trilyunan rupiah, kredit >berlimpah tanpa agunan yang melewati legal lending limit kepada >berbagai pengusaha seperti kredit 1,3 trilyun kepada Eddy Tansil, kredit >BLBI sebesar 140 trilyun lebih kepada Bank2 bermasalah yang sebagian >besar dimiliki pengusaha Cina (BCA saja dapat 38 trilyun), dll. > >Ternyata golongan Cina ini tidak puas dengan berbagai fasilitas yang >mereka dapat dari pemerintah. Mereka cemburu ketika Adi Sasono berusaha >membantu pengusaha kecil dan koperasi, padahal Adi Sasono sendiri >mengatakan bahwa niatnya adalah membantu pengusaha kecil dan koperasi, >tidak peduli apakah pengusaha kecil dan koperasi itu adalah Cina atau >Pribumi. Bantuan kredit yang cuma sekitar 28 trilyun untuk pengusaha >kecil, koperasi, petani, dll, pun mereka ributkan, walaupun mereka >mendapat bantuan lebih dari itu. > >Hingga saat ini, tidak ada toko Cina ataupun Konglomerat Cina yang >ditutup atau dilarang berusaha oleh Adi Sasono. Adi Sasono sendiri cuma >berusaha mendistribusikan kebutuhan rakyat lewat ribuan koperasi dan >ratusan ribu pengusaha kecil. > >Sebagai contoh, ketika minyak goreng dipegang oleh 2 pemain monopoli, >yaitu Liem Sioe Lioang dan Eka Cipta Wijaya (?), harga minyak goreng >melonjak tak terkendali hingga 8 ribu rupiah oleh 2 pemain monopoli tsb. >Terkadang mereka seenaknya mengekspor hampir seluruh minyak gorengnya ke >luar negeri, sehingga rakyat sampai menjerit2 karena minyak goreng tak >ada di pasaran. > >Tapi begitu Adi Sasono memberdayakan 7.800 koperasi (tak peduli Cina >atau Pribumi) dengan sekitar 150 ribu outlet penjualan, maka harga >minyak goreng turun hingga 3 ribu rupiah. Jadi yang dilakukan Adi Sasono >cuma memberikan kesempatan bagi 7.800 koperasi tersebut untuk turut >mendistribusikan minyak goreng, sedang pemain monopoli yang lama (yang >merupakan kroni Soeharto) tetap dibolehkan bermain hingga sekarang, >tentu dengan kehilangan hak monopoli yang membuat mereka bisa bersikap >sewenang-wenang. > >Jadi jelas ketakutan golongan Cina ini sama sekali tak beralasan dan >aneh. Apa mereka ingin semua pengusaha kecil dan koperasi itu menderita >dan miskin seumur hidup, sementara mereka sendiri kaya raya? >Sesungguhnya pemberdayaan pengusaha kecil dan koperasi bukan berarti >pemiskinan mereka. Sebagai contoh jika golongan Cina ini menguasai 900 >trilyun rupiah, sementara pribumi cuma punya 180 trilyun rupiah, maka >pemberdayaan pribumi hingga memiliki 700 trilyun rupiah misalnya, >bukan berarti uang milik golongan Cina tsb akan berkurang. > >Jika Indonesia Inc. berjalan secara benar, dan industri di Indonesia >baik agrobisnis maupun manufaktur berkembang kuat sehingga bisa >mengekspor dan surplus ratusan hingga ribuan trilyun rupiah, kan >masing-masing pihak bisa memperkaya kelompoknya tanpa memiskinkan yang >lain. > >Jadi segala macam ketakutan, maupun character assassination yang mereka >lakukan terhadap Adi Sasono sebenarnya sama sekali tak beralasan. Sebab >yang ditentang Adi Sasono bukan Cina, tapi Monopoli yang dilakukan oleh >konglomerat tertentu yang merupakan kroni Soeharto selama ini. > >Berikut berita tentang Adi Sasono di Bisnis Indonesia: > >Bisnis Indonesia Halaman Depan Edisi : 16-DEC-1998 >Bank Dunia curigai redistribusi aset >JAKARTA (Bisnis): Bank Dunia mempertanyakan program >redistribusi aset produktif-yang merupakan bagian dari >pengembangkan ekonomi rakyat pemerintah Habibie-karena >dinilai antipasar dan lebih bersifat politis, ujar satu >pejabat Depkop. >Dirjen Fasilitasi Pembiayaan dan Simpan Pinjam Depkop dan >PKM Deswandi Agusman mengatakan Bank Dunia mengirim utusan >dari Washington ke Jakarta, khusus mempertanyakan program >redistribusi aset dan pengembangan ekonomi rakyat. >"Ada mispersepsi tentang redistribusi aset. Ada persepsi >bahwa ekonomi rakyat itu bertentangan dengan pasar. Selain >itu, aplikasi ekonomi rakyat bak teater politik," ujar >Deswandi dalam debat publik Redistribusi aset produktif: >Dari ekonomi monopolistik menuju ekonomi rakyat di sini >kemarin. >Panelis pada acara yang dibuka Menkop PKM Adi Sasono itu >adalah Gunawan Sumodiningrat (Bappenas), Irman Gusman >(Hipmi), Hendra Halwani (Cides), Didik J. Rachbini >(Indef), Hartojo Wignjowijoto (Aspecindo), Pande Radja >Silalahi (CSIS), Umar Juoro (Cides), Suryo B. Sulisto >(Hippi), dan moderator M. Dawam Rahardjo (Cides). >Menanggapi sikap Bank Dunia itu, Deswandi berpendapat >sebaiknya kebijakan itu tetap berlandaskan pada mekanisme >pasar. >Dia mencontohkan aplikasi redistribusi aset dalam >distribusi minyak goreng yang melibatkan 7.800 koperasi, >dengan masing-masing koperasi mempunyai 20 outlet. >"Tujuannya adalah, semakin banyak pemain akan semakin >efisien dan untuk mematahkan adanya pembatasan akses >pasar," ujarnya. >Hasilnya, harga komoditas itu turun dari Rp 8.000/kg >menjadi sekitar Rp 3.000/kg karena muncul kekuatan >penyeimbang, namun tanpa mematikan perusahaan besar. >Menkop/PKM Adi Sasono menekankan, redistribusi aset jangan >diterjemahkan sebagai tindakan hantam kromo, anti >konglomerat, anti-Cina. "Ini tidak ada kaitan dengan >agama, ras, etnis dan sebagainya." >Redistribusi aset merupakan salah satu cara mengubah >ekonomi kapitalis primitif yang selama ini diterapkan >Indonesia menjadi ekonomi yang beradab, modern, dan >kompetisi yang sehat dengan menciptakan kekuatan >penyeimbang. >Pelaksanaan redistribusi aset, menurut Adi, hal mendesak >karena adanya ketimpangan kepemilikan aset produktif yang >begitu besar. "Tapi pelaksanaan redistribusi aset sebagai >langkah koreksi harus tetap berlandaskan pada ketentuan >dan Undang-undang yang berlaku." >Namun Hendra Halwani mengingatkan agar program >redistribusi aset tak dilakukan terburu-buru, artinya >paling tidak dalam dua Repelita atau satu pembangunan >jangka panjang (PJP). Soalnya, masyarakat Indonesia belum >memiliki prakondisi yang sama dengan negara lain. >(ens/msw) > > > > > > > > > > >______________________________________________________ >Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com > > > >----------------------------------------------------------------------------- >To subscribe: send a blank email to: [EMAIL PROTECTED] >To unsubscribe: send a blank email to: [EMAIL PROTECTED] >This mailing list sponsored by http://www.webIndonesia.com >----------------------------------------------------------------------------- > ______________________________________________________ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com