On Mon, 4 Jan 1999, Mohammad Rosadi wrote:
deleted...

> Aduh Ian..., sabar dong, jangan keburu nafsu. maksud gue,kita harus
> BERHATI-HATI menuduh orang rasis. Dalam masalah Pak Adi Sasono,saya rasa
> kita mesti liat dulu kelanjutannya. Kalo nanti ternyata dalam
> tindakannya memberdayakan ekonomi rakyat beliau MEMANG
> mendiskriminasikan atau menindas etnis tionghoa (seperti halnya yang
> dilakukan BEBERAPA orang etnis tionghoa dulu kepada golongan pibumi),
> barulah kita bisa sebut rasis. kita tunggu aja deh....

Saya minta maaf apabila ternyata Adi Sasono bukanlah seorang racist,
akan tetapi sebagaimana dengan pepatah :
' Monyet dipegang ekornya dan manusia dipegang kata2nya ',
maka Adi Sasono dapatlah disebut racist karena, sebagiamana
telah dikutip oleh bung Pattiwael in the first place, telah
memasukkan faktor ras dalam menentukan ucapan, yang seharusnya
tidak boleh dilakukan.

Mengenai beberapa orang etnis tionghoa/cina yang menindas golongan
pribumi.. bisakah anda menyebutkan siapa-siapa mereka itu ?
(karena anda cara anda menyebutkan masih vague dan ambiguous)
dan juga bisa tolong disebutkan bagaimana mereka-mereka ini
menindas golongan pribumi ?

Setahu saya, golongan minoritas akan menindas golongan mayoritas
apabila golongan minoritas menguasai kekuasaan pemerintahan
(sebagaimana anda ketahui, pemerintahan memegang executive power
di suati negara).
misalnya : South Africa pada jaman apartheid, dan jaman2 kolonial.

Faktanya sekarang adalah etnis cina di Indonesia hampir tidak memegang
kekuasaan apa-apa di pemerintahan. Jadi mana bisa menindas ?

Apabila terjadi suatu golongan minoritas, seperti misalnya etnis cina di
Indonesia, yang proporsi penguasaan ekonomi nya lebih besar daripada
proporsi atas jumlah penduduk, hal itu adalah wajar2 saja, sepanjang
praktek ekonominya menurut hukum yang berlaku. Apabila hal itu terjadi,
dan beberapa orang mayoritas masih menganggapnya tidak adil, maka
beberapa orang mayoritas inilah yang mempunyai inferiority complex
syndrome, dan selalu menempatkan diri sebagai 'loser' dan 'victim'.

Kalau misalnya, praktek2 ekonomi golongan minoritas itu secara
proporsional lebih banyak tidak mentaati hukum dibanding dengan
praktek2 ekonomi golongan pribumi, sesuai dengan premis anda, maka
bukankah ada penegak hukum yang menjeratnya ? dan menghukum dengan
adil ?

Sekarang siapakah penegak2 hukum ini ? apakah didominasi oleh
etnis cina ? TIDAK.
Jadi anda agak salah alamat bila anda menyatakan kebencian anda terhadap
'beberapa orang etnis cina yang menindas golongan pribumi'.
Tudingan dan tuntutan lebih tepat dilakukan ke pemerintah (fact is,
hukum dan penegakan hukum di Indonesia adalah dibawah wewenang
pemerintah) dan sistem pemerintahan yang tidak efektif, efisien, dan
corrupt.

Sebenarnya permasalahan yang lebih mendasar adalah hampir tidak adanya
hukum di Indonesia.

nama 'cina' selalu dibawa2 apabila ada konglomerat yang membangkrutkan
negara, tetapi nama 'pribumi' kok tidak pernah dibawa2 padahal faktanya
yang lebih membangkrutkan negara adalah pribumi2 ini ???
(ini kalau saya menggunakan nalar logika anda).

Eddy Tanzil diburu sampai ke negeri cina (dan memand sudah semestinya),
tetapi kenapa Tommy Suharto (yang memperoleh 50% saham kosong dari Eddy
Tanzil) masih asyik melenggang kangkung di Jakarta, hidup mewah, tidak
dikenai tahanan ?

> Ya nggak gitu dong ian. lo musti INGAT dan TAU dong kalo tulisan gue
> diatas itu merupakan TANGGAPAN atas tulisan bung patiwael yang menyoroti
> Pak Adi Sasono yang dianggap menyebarkan rasa permusuhan rasial kepada
> ETNIS TIONGHOA....ingat Ian...ETNIS TIONGHOA yang dibicarakan oleh bung
> patiwael..lebih SPESIFIK dari hanya sekedar penjahat. Karena bung
> Patiwael menyoroti masalah Pak Adi Sasono dan ETNIS TIONGHOA, ya gue
> juga menanggapinya SEBATAS itu dong.

Sukurlah kalau anda memang bukan seorang racist.. tetapi saya hanya
mengingatkan saja, seperti posting terdahulu, bahwa banyak orang
yang merasa dirinya sendiri bukan seorang racist, tetapi sebenarnya
adalah seorang racist at heart (mudah2an saya tidak termasuk di dalam
golongan orang2 ini)

 Lagian gue kan cuma muak melihat
> kelakuan BEBERAPA orang etnis tionghoa...BUKAN semuanya. Dan sorry ya
> Ian.., gue nggak pernah bilang kalo gue FANATIK...,itu kan cuma persepsi
> lo sendiri. Gue cuma mau bersikap JUJUR saja, bahwa selama  ini memang
> ADA perasaan MUAK pada sebagian besar masyarakat Indonesia,termasuk
> gue(gimana rekan-rekan lain..,mo ngakuin nggak..???) melihat kelakuan
> BEBERAPA etnis tionghoa, ITU SAJA!!!

Pernyataan saya tentang pemeluk agama yang merasa fanatik padahal tindak-
tanduknya jauh dari nilai2 keagamaan mereka itu adalah pernyataan general,
ditujukan untuk semua pemeluk agama apapun, dan tidak saya tujukan khusus
buat anda. Saya minta maaf kalau anda tersinggung.
contoh : segolongan Radical/fundamentalist christians (yang ajaran
agamanya berintikan cinta kasih) di USA membakar, dan membom klinik
kesehatan yang dokternya melakukan praktek aborsi.
Apakah pembakaran dan pembomban ini praktek dari ajaran cinta kasih ?
TIDAK.

Sekarang tentang pernyataan anda bahwa perasaan anda itu di-share
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, saya kira anda mungkin benar.
Tidak usah jauh2, di BPPT pun, yang tingkat pendidikan untuk sebuah
kantor pemerintahan mungkin termasuk yang tertinggi di seluruh
Indonesia, masih banyak yang keeps on saying racists remarks.
Thats really disgusting.

Masyarakat kita, karena dengan pendidikan yang rendah, dan cara
pendidikan yang dogmatis (tidak mengembangkan critical thinking),
cenderung untuk menilai sesesorang berdasar simbol2 dan permukaan luar.
contoh : Suharto baik karena dia memakai peci, karena dia memukul
bedug malam lebaran, karena dia dan keluarga naik haji.
Kesan ini bukan hanya ada pada rakyat biasa saja lho.... ulama2 pun
banyak yang berbondong2 ke cendana membungkuk2 ke suharto
(ingat nggak waktu zainuddin mz, MUI, dkk pergi ke cendana nyumbang
emas ?)
Our country is more a symbolic, and gestures country rather than a
religious one !!
Warna kulit, agama, kedudukan, golongan, cara berpakaian, berjenggot
atau tidak, dll tampak jauh lebih penting dari karakter individu.

Itu mungkin sebabnya kenapa di Indonesia riots are easily lit up
by racial or religious issues.

> Gue nggak mau SOK menjadi pembela dan pahlawan hak asasi manusia
> KESIANGAN (Yang baru bersuara lantang..ketika banyak orang
> membicarakannya).

Kalau pahlawan kesorean bagaimana ?  :)

Gue lebih suka menempatkan suatu persoalan pada
> proporsi yang sebenarnya. Bagi gue, siapa saja yang TERBUKTI salah HARUS
> dikatakan salah, Walaupun SELURUH DUNIA menganggapnya benar. INSYA
> ALLAH, guepun akan MEMBELA etnis tionghoa(CINA) di Indonesia jika mereka
> diperlakukan semena-mena, karena menurut ajaran agama gue(ISLAM),SANGAT
> DIWAJIBKAN membela hak-hak kaum yang tertindas dan HARAM hukumnya
> menyakiti orang yang lemah. Di dalam ajaran Islam, KEMULIAAN manusia
> terletak pada tingkat KETAKWAANNYA, BUKAN pada jenis kulit,suku
> bangsa,kecantikkan,status sosial,kecerdasan,dsb.

Nah ini yang saya tunggu !!  Saya salut dengan anda.
Karena anda telah memberikan janji anda, maka ini saya berikan
sebagian contoh kecil bagaimana etnis cina di Indonesia didiskriminasikan
secara AKTIF oleh pemerintah (belum lagi yang didiskriminasikan oleh
sebagian penduduk) :

1. Pelarangan peredaran dan penjualan media massa yang beraksara cina.
Ini jelas2 diskriminasi dan penindasan yang nyata2!
Bahasa Inggris dan bahasa2 lainnya tidak dilarang, kenapa bahasa cina
dilarang ?
2. Pembatasan jumlah etnis cina dalam Perguruan Tinggi Negeri
(mendikbud sendiri beberapa waktu yang lalu mengakui bahwa memang ada
kebijaksanaan semacam ini)
3. Penulisan 'keturunan' dalam KTP
4. Prosedur yang dipersulit apabila seseorang bernama etnis cina.
contoh : Program beasiswa STAID-BPPT secara otomatis mendiskualifikasi
peminat beasiswa pada prosedur paling awal hanya karena sang peminat
bernama etnis cina (misal 'thee kian wie').
Ini adalah diskriminasi rasial/budaya yang nyata.
dll.

Meskipun kebijaksanaan ini masih berlangsung, tapi sekarang saya berharap
banyak akan berubah karena ada bung rosadi yang akan memperjuangkan
penghapusan penindasan atas minoritas etnis cina.

Bravo bung!



Salam,
Ian

Kirim email ke