Saudara sekalaian:
     Kita sudah tahu persis apa jawaban dari pertanyaan Bung Bridwan
apakah negara kita negara hukum.  Secara singkat bahwa negara kita
adalah negara hukum, karena memang punya perangkat hukum (KUHP dan
hukum perdata), tetapiselain penegakkan hukumnya sangat loyo, juga
hukum-hukumnya banyak yang sudah usang peninggalan kolonial Belanda.
Jadi misalnya hukum telah di praktekkan, contohnya si remaja pembunuh
6 anggota keluarga telah divonis 7 tahun.  Wah satu nyawa cuman
dihargai setahun lebih.  Sekarang umurnya baru 17 tahun, 7 tahun
kemudian 24 tahun.  Sedang kuat-kuatnyanya dia keluar....kalau
membunuh lagi siapa yang tanggungjawab?  Ngembat ayam tetangga saja
masuk bui 1--2 bulan.
      Selain itu, nampaknya orang-orang kita juga sangat takut dengan
proses hukum; mati-matian berusaha untuk tidak urusan dengan hukum.
Sebab interogasi/pemeriksaan polisinya saja terdengar begitu
menyeramkan.  Belum lagi siapa nanti yang membayar seluruh biayanya?
Belum lagi keraguan atas keadilan hakimnya (apakah tidak di suap oleh
yang lebih kuat ekonominya, atau ada campur tangan penguasa?).
     Dan yang tak kalah pentingnya adlah sifat kita yang "cinta
damai".  kalau ada kejadian, lalu kita bilang damai sajalah, tak perlu
diperkarakan, tidak perlu kaku-kaku, damai saja.
     Saya sendiri belum pernah kena perkara sehingga harus terlibat
langsung dalam proses persidangan dan juga belum pernah nonton sidang.
 Tapi nampaknya, dari nonton acara TV atau dengar dari orang lain,
prosesnya beda dengan yang di Amerika Serikat, yang ada juri dan juri
adalah yang menentukan putusan persidangan.  Dan di AS, juri dipilih
dari masyarakat setelah memenuhi kriteria-kriteria tertentu.  Juri
yang di pilih dari masyarakat ini sebenarnya secara langsung adlah
bentuk dari pendidikan hukum secara aktif bagi masyarakat.  Tak heran
bila orang Amerika begitu sadar hukum.
     Di Indonesia kejahatan massal saja hukumnya tidak jelas.  Dan
orang belajar dnegan cepat memanfaatkan kelemahan itu.  Mau buat
kerusuhan....kerjain ramai-ramai, sampai bunuh guru ngaji juga
ramai-ramai.   karena ramai-ramai, kalau ada beberapa yang ditangkap,
maka ronmbongan itu menuntut kantor polisi untuk membebaskan.  Kalau
tuntutan tidak dipenuhi dmaka aksi yang l;ebih hebat akan terjadi.
Nah polisi kan tidak bisa menembakin semua orang itu, sebab bila
demikian maka ini akan menjadi isu pelanggaran HAM yang serius yaitu
pembunuhan masyarakat sipil oleh aparat.
     Nah nampaknya memang rumit sekali hukum dan penegakannya serta
kesadaran hukum di Indonesia.  kalau mau memperbaiki, entah harus dari
mana.   Namun kesulitan ini hendaknya bukan jadi halangan untuk
memperbaiki hukum di Indonesia. Mungkin teman-taman yang punya latar
belakang pendidikan hukum bisa memberikan pendapatnya.

Salam,
Panut Wirata





---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya jadi ingat kata-kata dari kebanyakan
> para Petinggi jamannya Orde Baru masalah Hukum.
> Mereka selalu bilang Negara kita adalah
> Negara Hukum ! Tidak ada yang kebal Hukum !
> hehehehe.......*tersenyum*....:)
>
> Nah, penyakit Orang-Orang Lama seperti ini
> yang bisa menularkan kepada Petinggi yang saat
> ini tengah menikmati kekuasaannya.
>
> Sekarang kita boleh bertanya lagi: "Apakah Benar
> Negara Kita Adalah Negara Hukum, Dimana Tidak
> Ada Satupun Orang yang Kebal Hukum ?".
>
> Salam,
> bRidWaN
>
> At 19:53 17/01/99 +0700, Hadeer wrote:
> |>Yah...bisa saja kita bilang...harus ada hukumannya
> |>atas segala ini dan itu...
> |>
> |>Tapi saya sich ngeliat nya ke depan...yang sudah
> |>terjadi ya sudah....jangan di ulangi...masih banyak
> |>kerjaan di depan mata...
> |>
> |>Kalau mau adil seadil - adilnya.....mulai dari diri
> |>saya sendiri sampai ke Presiden harus di hukum.... :-)
> |>Tidak ada satu orang pun bersih di Negara ini..... :-)
> |>Kita semua bagian dari sistem yang rusak....
> |>
> |>Smile
>
>  >deddy priadi wrote:
>  >
>  >> siapa bilang mereka minta maaf.....
>  >> retorika murahan....!
>  >> ntar si Akbar itu pasti bilang itu pendapat pribadi lagi.....
>  >> oke mas....kalo golkar sudah minta maaf
>  >> apa konsekuensi hukumnya?....
>  >> kita ingat bagaimana pemilu selama ini dicurangi?
>  >> bagaimana kebijakan-kebijakan $oeharto di-Amini?
>  >> bagaimana dengan intimidasi?..penurunan moral berpolitik?
>  >>
>  >> saya usulkan golkar DILARANG ikut pemilu sementara
>  >> sampai adanya kejelasan dan tanggung jawab golkar untuk
>  >> segala penyelewengan selama ini. setelah itu barulah golkar
>  >> boleh ikut pemilu lagi!
>  >> saya rasa ini penting untuk membuktikan apakah golkar
>  >> punya itikad baik nggak...
>  >> bukan cuma ngomong manis di satu sisi tapi tetap melakukan
>  >> rekayasa di sisi lain..
>  >>
>  >> kok ya kayaknya ringan gitu udah minta maaf...terus
>  >> seakan-akan nggak ada urusan lagi...
>  >> kalo kita mau konsekuen dengan rechtstaat...yaa harus ada
>  >> tanggung jawab hukumnya
>  >> lha ini kok benar-benar nggak ada tanggung jawab.....
>  >> keterlaluan!
>  >>
>  >> salam
>  >> deddy priadi
>
>   >> -----Ursprüngliche Nachricht-----
>   >> Von: Hadeer <[EMAIL PROTECTED]>
>   >> Datum: Sonntag, 17. Januar 1999 13:07
>   >>
>   >> >Dear Permias dan Readers :
>   >> >
>   >> >Minggu siang ini dalam semangat Ramadhan dan Idul Fitri,
>   >> >Golkar (baca Golkar Baru) minta maaf ke rakyat karena
>   >> >masih ada amanat yang tidak dijalankan selama mereka
>   >> >memimpin...
>   >> >
>   >> >ehmmm........saya maafkan.....meskipun saya juga pernah
>   >> >mencaci dan menghujat mereka...:-)
>   >> >
>   >> >smile...
>

_________________________________________________________
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Reply via email to