Thanks buat Bung Harry, bagus sekali komen-nya...:-)
Mempertahankan last-name ayah, itu saya rasa bukan semata tradisi
Islam. Memang betul, ada hadits yang menyatakan bahwa nanti di hari
akhir, tiap-tiap manusia akan dipanggil oleh malaikat dengan tetap
menggunakan nama ayahnya -- based on father's name, misalnya si-A bin
atau binti si-B. Yang saya tangkap: ini mungkin memang ajaran, agar
bagaimanapun juga, kita harus selalu & senantiasa menghormati orangtua.
Tapi kalo dibilang itu tradisi Islam, apa betul begitu? Apa itu bukan
tradisi Arab?, soalnya jangan sampai tradisi Arab dibilang tradisi
Islam -- nati kalau nggak makan kurma bisa2 dibilang nggak Islami:).
Bukan untuk meragukannya, saya cuma mau bertanya: bukankah orang2 Arab,
sebelum Nabi Muhammad menerima wahhyu juga sudah menggunakan kata bin &
binti, misalnya Abdullah bin Abdul Muthalib (ayah Nabi), ini kan sudah
meninggal sebelum Nabi sendiri lahir. Apa nama ini berubah begitu Islam
datang, hehee...
Ini hanya tinjauan budaya lho..:-). Jadi gampangnya, last-name ayah ini
bukan menjadi ada setelah adanya Islam, tapi malah jauh sebelum itu.
Sejak jaman siapa ya? jaman Adam-kah, jaman Ibrahim-kah? Yah, coba
diteliti lagi....siapa tahu bisa buat bahan thesis atau disertasi...:-)
Eniwe, thank atas ralatnya soal nama Mbak Mega. Setahu saya Mbak Mega
ini lebih familiar sebagai Megawati Soekarno -- ketimbang nama
lengkapnya Soekarnoputri, jadi ya..agak2 susah, itu middle-name atau
last-name.
Thanks, though.
Salam budaya,
~yo


--- HARRY A AZIS <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > Terus yang ini sih komentar saya pribadi: saya
> rasa kok tak
> sepenuhnya
> > > betul juga kalau dibilang Mbak Mega sudah lepas
> dari "bayang-bayang"
> > > Soekarno. Soalnya: Mbak Mega ini kan masih saja
> tetap memakai nama
> > > Soekarno, instead of memakai nama "Taufik
> Kiemas" suami beliau
> sendiri.
> > > Padahal, kebanyakan wanita lain di Indonesia,
> dan juga dimana saja,
> > > para wanita kalau menikah biasanya memakai nama
> (last name) suaminya
> --
> > > Hillary Clinton, Corry Aquino, etc. Rak iya tho?
>
> Salam,
> Saya hanya ingin komentar yang bagian di atas. Kalau
> yang saya baca di
> koran nama Megawati Soekarnoputri adalah namanya
> sendiri. Ia mempunyai
> nama dengan dua suku kata. Kalau "bayang-bayang"
> bapaknya dimasukkan
> maka namanya menjadi Megawati Soekarnoputri
> Soekarno, suku kata ketiga
> adalah "last name" nya. Jadi kalau mau disalahkah
> adalah bapaknya, bukan
> Mega. Kenapa bapaknya memberinya nama
> "Soekarnoputri." Dan, tentu tidak
> fair bagi kita dan Mega kalau memintanya untuk
> mengganti "Soekarnoputri"
> dengan yang lain. Kecuali kalau ybs ingin
> mengubahnya sendiri. Dan tidak
> fair pula karena namanya itu lalu kita menyebut ia
> "bayang-bayang"
> bapaknya (jangan ditafsirkan kampanye, ini hanya
> anilisis budaya).
>
> Di masyarakat modern, khususnya yang berafiliasi ke
> budaya barat modern,
> nama "last name" wanita berubah begitu ia kawin.
> Kalau ia cerai dan
> kawin lagi, berubah lagi "last name"nya. Begitulah
> sampai ia mati, nama
> "last name"nya biasanya nama "last name" suaminya
> yang terakhir. Kasihan
> wanita (saya tertawa sedih ketika membaca tulisan
> "Cewe jangan baca").
> Wanita yang nggak kawin-kawin, biasanya
> mempertahankan "last name"
> ayahnya. "Last name" itu sendiri bukan nama "real"
> (first name) ayahnya,
> karena ayahnya pun memperoleh nama "last name"nya
> dari nama "last name"
> ayahnya lagi (artinya kakek si wanita tadi).
> Begitulah seterusnya,
> budaya "last name" seperti ini tidak kita ketahui
> ujung pangkalnya.
> Kalau pola "last name" ini berurut dengan benar
> (berdasar silsilah
> "family tree"), maka mestinya George Washington
> (bapak USA) adalah nenek
> moyangnya si "Denzel Washington (bintang film
> terkenal berkulit hitam),"
> atau "Andrew Jackson (mantan Presiden USA) adalah
> kakeknya si "Michael
> Jackson" (you knew him).
>
> Itulah di Amerika, misalnya, yang dimaksud "last
> name" itu biasanya
> adalah "family name," bukan "father name." Yang lucu
> kalau nama
> seorang wanita dari keluarga tidak terkenal,
> "familiy name" ayahnya
> langsung saja diubah menjadi "family name" suaminya.
> Kalau suami2nya
> orang terkenal, maka biasanya dua2nya dipakai.
> seperti pada Jackie
> Kennedy (istri John F Kennedy) yang menjadi Jackie
> Kennedy Onassis
> (ketika kawin lagi). Kalau suami pertamanya tidak
> terkenal dan yang
> kedua terkenal, ya kasihanlah suami pertama itu,
> sudah dicerai namanya
> hilang lagi (Hal ini tidak berlaku dalam kasus "Tina
> Turner", penyanyi
> top wanita, yang tetap memakai nama "Turner", nama
> last name suami yang
> diceraikannya. Karena nama "Turner" sudah menjadi
> merek dagangnya yang
> terkenal). Pada wanita yang lebih "independen"
> biasanya "family name"
> ayahnya digabung dengan "family name" suaminya.
> Sehingga kita kenal,
> misalnya, "Hillary Rodham Clinton," bukan "Hillary
> Clinton."
>
> Tradisi Islam, Yahudi dan Kristen Orthodox biasanya
> tetap memelihara
> nama ayah sebagai "last name." Last name dalam
> konteks tradisi ini
> biasanya berdasarkan ikatan darah. Karena itu ketika
> nabi Muhammad
> mengangkat seorang anak, anak angkatnya itu tetap
> dihormati untuk
> menggunakan nama ayah biologisnya. Anaknya sendiri,
> Fatimah, tetap
> menggunakan nama Muhammad, Fatimah Muhammad (atau
> lebih tepat Fatimah
> binti Muhammad, yang artinya Fatimah putri Muhammad
> atau Fatimah
> Muhammadputri. Kalau kita memakai konteks ini maka
> nama "Soekarnoputri"
> memiliki pola yang sama dengan tradisi Islam),
> walaupun setelah Fatimah
> kawin dengan Ali bin Abi Thalib. Dalam tradisi
> agama2 besar itu, ikatan
> darah jauh lebih kuat dari ikatan hukum (suami
> istri), dan tentu yang
> paling kuat adalah ikatan iman. Kalau memakai pola
> modern sekarang ini
> (sebut saja pola Hillary Rodham Clinton), maka nama
> Fatimah seharusnya
> berubah "Fatimah Abdulah Abi Thalib." Abdullah nama
> ayahnya Muhammad dan
> Abi Thalib adalah ayahnya Ali.
>
> Di Indonesia, atau juga di negara lain, mereka yang
> memegang kuat
> tradisi agama dalam soal penamaan anak ini biasanya
> selalu mencatumkan
> nama ayahnya sebagai "last name"nya. Ibu saya tetap
> menggunakan nama
> ayahnya "Thahir", bukan "Azis", nama suaminya (ayah
> saya), baik sebelum
> maupun setelah kawin dengan ayah saya. Saya lihat
> orangtua istri saya
> juga begitu. Karena itu saya merasa terpanggil untuk
> menjaga tradisi ini
> ketika saya berkeluarga. Istri saya bukan saja saya
> larang
> menggunakannya nama saya untuk "last name"nya,
> tetapi ia sendiri tidak
> setuju menghilangkan nama ayahnya dibelakang
> namanya. Ya cocok. Tradisi
> agama ini saya lihat masih banyak dianut oleh
> keluarga2 lain. Anak2 saya
> semua bernama "last name" Azhar, bukan Azis. Karena
> Azhar itulah nama
> saya, bukan Azis (nama ayah saya). Bahkan ketika
> anak saya yang ketiga
> "Ibrahim" lahir di Oklahoma, dan oleh UU Oklahoma
> anak saya wajib
> memakai "last name" saya (artinya menjadi "Ibrahim
> Azis"), saya protes
> keras. Harusnya anak saya itu namanya menjadi
> "Ibrahim Azhar", bukan
> "Ibrahim Azis." Pejabat di Oklahoma tetap saja
> ngotot (ini cermin tidak
> ada kebebasan dalam soal ini di negara yang dianggap
> paling demokratis
> ini). Akhirnya, saya terpaksa mencari sorang
> "lawyer" (yang artinya saya
> harus mengeluarkan extra cost) hanya untuk soal ini.
> Alhamdulillah, anak
> saya kini diputus oleh pengadilan Oklahoma bernama
> "Ibrahim Azhar",
> sesuai tradisi yang saya anut (Sekedar perbandingan,
> anak saya yang
> pertama, Mina Azhar, yang lahir di Oregon tidak
> perlu mengalami hal
> serepot di Oklohama. Tampaknya Oregon memang lebih
> demokratis dari
> Oklahoma dalam soal ini).
>
> Maaf melesat terlalu jauh. Kembali ke soal nama
> Megawati Soekarnoputri,
> nama itu justru sesuai dengan mereka yang memegang
> erat tradisi agamanya
> (dalam kasus ini, Islam). Saya lihat tradisi ini
> tumbuh dari budaya
> keluarga ibunya (Fatmawati), bukan budaya keluarga
> ayahnya. Jadi kalau
> mau juga disebut "bayang-bayang" tadi, maka bayang2
> yang lekat ke
> Megawati adalah bayang2 ibunya. Dibanding ayahnya
> yang "kontroversial",
> ibunya jauh memperoleh respek yang lebih tinggi
> sebagai "Ibu Indonesia".
>
> Wassalam,
> Harry Azhar Azis
> Stillwater, Oklahoma
>

_________________________________________________________
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Kirim email ke