Teruskan usaha meluruskan sejarah yang selama ini terlalu banyak
kosmetiknya, sehingga merugikan pihak AU.
Penulisan sejarah di negara sendiri kok malah tidak kompeten
dibandingkan catatan di Cornell. Ini memalukan negara dan sekaligus
menurunkan derajat bangsa kita dihadapan ratusan bangsa lain yang
belajar di Cornell. Kalau perlu diadakan diskusi terbuka tentang kondisi
sejarah yang sebenarnya, sehingga sejarah benar-benar bisa menjadi
pelajaran yang berharga buat rakyat. Kalau sejarah dipalsukan malah
menjadi bumerang untuk rakyat sendiri.

Andrew G Pattiwael wrote:
>
> *********************************************************************
> TNI-AU MELURUSKAN SEJARAH, WIRANTO MARAH
>
> (POLITIK): Upaya pelurusan sejarah oleh TNI-AU perihal Peristiwa 30
> September 1965 membuat kalangan jendral TNI-AD gerah. Beranikan TNI-AU
> merehabilitasi Oemar Dhani?
>
> Marsekal Udara Oemar Dhani tak hadir dalam peringatan HUT Ke-53 TNI AU di
> Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, TNI-AU, awal April lalu.
> Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) itu tak bisa hadir karena alasan
> kesehatan. Padahal, KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan mengundang Oemar Dhani
> yang mendekam di penjara Cipinang selama 30 tahun.
>
> Ketegangan diam-diam muncul antara TNI-AD dan TNI-AU menyangkut protes
> TNI-AU soal tuduhan keterlibatan angkatan itu pada peristiwa berdarah pada
> akhir September 1965. Oemardhani beberapa waktu lalu menyatakan ingin
> meluruskan sejarah di seputar peristiwa Gerakan 30 September 1965, yang
> menyangkut dirinya dan TNI-AU. Sebab, menurut dia, ada kesalahan sejarah
> yang mengungkap kasus G 30 S PKI. Misalnya, munculnya tuduhan Angkatan
> Udara ikut terlibat.
>
> Dan, waktu itu Oemar yang menjadi KSAU ikut menjadi korban sehingga harus
> dijatuhi hukuman seumur hidup. Beberapa waktu setelah Soeharto jatuh, para
> purnawirawan perwira tinggi TNI-AU seperti Sri Moelyono Herlambang dan
> Saleh Basarah menulis surat kepada Menpen Letjen Yunus Yosfiah agar film
> Pengkhianatan G-30 S PKI dihentikan penayangannya karena dalam film yang
> disutradarai mendiang Arifin C. Noer itu jelas-jelas menuduh TNI-AU
> terlibat dalam pembantaian para jendral TNI-AD. Dan, Yunus setuju. "Para
> mantan KSAU tengah menulis buku pelurusan sejarah itu. Tunggu saja. Bulan
> depan mungkin rampung," ujar Marsekal Hanafie Asnan.
>
> Buku yang bisa disebut sebagai buku putih TNI-AU ini akan menceritakan
> secara detail tentang AURI dan peristiwa di seputar G 30 S PKI. Isi buku
> ini ialah meluruskan sejarah berdasarkan pengakuan para pelaku sejarah,
> para perwira TNI-AU yang masih hidup,sebagian besar pernah dipenjara oleh
> Angkatan Darat pimpinan Jendral Soeharto.
>
> Dalam buku-buku sejarah, termasuk dalam fillm itu, TNI-AU digambarkan
> sebagai angkatan yang jahat, karena angkatan ini disebut sebagai angkatan
> yang penuh orang-orang PKI. Dalam buku-buku sejarah dan lagi-lagi film
> itu, dikatakan Pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma menjadi basis gerakan
> PKI, apalagi para jendral Angkatan Darat dibantai dan dikubur di dekat
> pangkalan itu. Selain itu, KSAU waktu itu, Laksamana Madya Oemardhani,
> dituduh terlibat dalam gerakan PKI. Akibatnya, Oemardhani, yang menjabat KSAU
> 1962-1965, diadili di mahkamah militer dan diputus harus mendekam di
> penjara selama seumur hidup.
>
> Panglima TNI, Jendral Wiranto nampak agak gusar terhadap niat para senior
> TNI AU ini. Wiranto mengingatkan bahwa apa yang telah tertulis dalam buku
> sejarah Bangsa, dan sudah diajarkan mulai TK hingga pendidikan tinggi,
> sudah untuk diperbaiki. "Kalau semua orang berusaha menginterpretasikan
> dengan pemahamannya sendiri, kan susah," ujarnya.
>
> Belakangan Wiranto diam-diam meminta para stafnya di jajaran Angkatan
> Darat untuk "membujuk" TNI-AU membatalkan niat pelurusan sejarah itu.
> Bahkan, kabarnya kalangan jendral Angkatan Darat meminta TNI-AU mencabut
> pernyataan KSAU soal pelurusan sejarah itu. TNI-AU tak goyah. "Tiga puluh
> tahun, cukup lama bagi kami untuk dijadikan korban fitnah," ujar seorang
> petinggi TNI-AU. Domonasi Angkatan Darat di tubuh TNI memang membuat
> angkatan lain harus mau tak mau menerima apa yang digariskan para jendral
> Angkatan Darat. Padahal, kalau mau jujur, seperti halnya analisisnya Ben
> Anderson dalan The Cornell Paper, Peristiwa 30 September sebenarnya
> merupakan konflik internal Angkatan Darat dalam usaha menyingkirkan Presiden
> Soekarno. Ini sudah jadi rahasia umum.
>
> Jatuhnya kekuasaan Soeharto membuat angkatan-angkatan dalam ABRI berani
> menentang dominasi Angkatan Darat. Angkatan Kepolisian Republik Indonesia
> adalah angkatan yang pertama kali berhasil melepaskan diri dari pengaruh
> Angkatan Darat. Pelepasan Polri sejak 1 April lalu bukanya tanpa usaha
> yang keras. Setelah Soeharto jatuh dan dikambinghitamkannya polisi dalam
> pembunuhan lima mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta membuat para
> jendral polisi untuk makin mendesak Wiranto melepas polisi. Upaya ini
> disetujui Presiden Habibie. Belakangan Wiranto pun setuju, asal masih di
> bawah  kendali Departemen Pertahanan dan Keamanan. Pelepasan polisi ini
> hingga  sekarang masih ditentang oleh para jendral Angkatan Darat. Tidak
> mustahil, kelak polisi akan "diambil alih" lagi oleh Angkatan Darat.
>
> Akan halnya hubungan TNI-AD dan TNI-AL, selama ini juga tak baik. Sudah
> jadi rahasia umum jika Korps Marinir di satu pihak berseberangan dengan
> Kopassus dan Kostrad di lain pihak. Pertentangan di kalangan angkatan ini
> memang bagai api dalam sekam. Kalau para jendral Angkatan Darat, yang oleh
> para jendral angkatan lain seringkali dikatakan bodoh-bodoh itu, tetap
> ngotot mau benarnya sendiri, bukan tak mungkin pertentangan itu akan jadi
> terbuka. Semisal, jika Angkatan Darat menentang upaya TNI-AU merehabilitasi
> namanya dalam Peristiwa 30 September 1965, tentu akan makin muncul
> ketidaksenangan di kalangan Angkatan Udara. (*)

Reply via email to