--- "Lutfi M." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >SESAMA BANTENG NGAMUK, KANDANG-KANDANG POSKO REMUK
>
> >
> >Comments
> >Ratusan Posko Dibumihanguskan. Akibat Konflik Internal PDI
> Perjuangan
.........................

Bosen, muak, sebel, aneh, bingung, de..el..el..de..es..be

Sejak dibukanya lembaran reformasi, peristiwa2 seperti diatas sering
sekali terdengar dan mewarnai kehidupan politik kita sehari hari.
Beberapa contoh bisa diambil, mulai dari tindak kekerasan yang
dilakukan oleh "kelompok 12" kepada anggota KPU gara2 partainya tidak
masuk kedalam kategori layak mengikuti pemilu. Kemudian muncul bentrok
antar pengikut parpol, mulai dari pencegatan pendukung Golkar oleh
massa dengan atribut PDI-P, kemudian bentrok antara warga PPP dengan
PKB di Jateng beberapa hari yang lalu. Semuanya diwarnai dengan tindak
kekerasan yang menunjukkan kebelum dewasaan rakyat kita untuk menerima
perbedaan dalam kehidupan berpolitik.

Sekarang, permasalahan internal partaipun bisa memunculkan tindak
kekerasan. Di Malang, 3 orang pengurus DPD PAN dihajar beramai ramai
oleh satgasnya sendiri akibat perbedaan pendapat dalam pengajuan calon
legislatif (baca Jawa Pos kemaren). Berita yang di postingkan oleh
rekan kita diatas juga menunjukkan bahwa sikap barbarian masih melekat
pada pendukung PDI-P, yang gara2 permasalahan internalnya sampai
mengadakan perusakan dan pembakaran terhadap posko2 mereka sendiri.

Rentetan peristiwa seperti ini seakan akan sudah melekat pada kehidupan
politik bangsa kita saat ini, seakan akan kehidupan politik kita
sekarang ini kembali kepada kehidupan masyarakat bar-bar yang primitif
dan mengandalkan tindak kekerasan sebagai sarana pemecahan masalah.

Banyak orang menilai bahwa polarisasi politik di negara kita pada era
reformasi ini menunjukkan gejala yang positif, yaitu semakin
bergairahnya masyarakat kita untuk berpartisipasi dalam panggung
politik setelah puluhan tahun terkungkung kebebasannya dibawah rezim
Soeharto. Menurut saya, penilaian ini tidak salah, dan memang kenyataan
yang berkembang di tengah masyarakat kita saat ini menunjukkan bahwa
rakyat sudah semakin sadar untuk berpartisipasi dalam kehidupan
politik. Mungkin obrolan yang paling laris saat ini di tengah2
masyarakat adalah tentang Pemilu dan calon presiden yang akan memimpin
bangsa kita nantinya. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa2
sebelumnya, karena siapa yang akan menang dalam pemilu dan siapa yang
akan jadi presiden sudah bisa ditebak. Sekarang, dimana semua pihak
mempunyai kesempatan yang relatif seimbang, obrolan semacam ini menjadi
asyik.

Jadi kalau dilihat dari sudut pandang partisipasi dan kesadaran
masyarakat dalam berpolitik, kita memang mengalami kemajuan. Sayangnya,
kesadaran untuk berpartisipasi ini tidak diimbangi dengan kesadaran
moral untuk menerima perbedaan dan menyelesaikannya secara dewasa.
Dalam hal ini, kita cenderung untuk mengalami kemunduran jauh, kembali
ke masa barbarian yang mengandalkan tindak kekerasan untuk
menyelesaikan masalah.

Apakah kalau sudah begini, kita juga akan terus terusan mencari kambing
hitam yang bernama provokator sebagai dalang dibalik setiap peristiwa?
Kalau kita terus terusan latah mencari kambing hitam, menyalahkan satu
pihak sebagai perekayasa setiap kerusuhan, saya tidak yakin bahwa kita
bangsa Indonesia akan bisa maju. Kita justru akan terjebak dalam status
quo pola pikir sendiri yang pada gilirannya justru bisa menjadi alasan
untuk menjustify tindakan kekerasan. Setiap orang akan berpikir bahwa
melakukan tindak kekerasan adalah hal yang wajar, toh nanti bisa
menuding orang lain sebagai perekayasa dan provokator di balik
kerusuhan. Kalau sudah begini keadaanya, ya wallahu'alam deh...gimana
kelanjutan hidup kita sebagai bangsa.

Dari ulasan saya diatas, saya hanya ingin mengambil kesimpulan bahwa
"status quo" yang harus di perangi bukanlah cuma status quo dalam arti
kedekatan terhadap Soeharto dan rezimnya ataupun status quo dalam arti
segala sesuatu yang berhubungan dengan orde baru. Kita harus lebih
meluaskan cakupan dari status quo yang harus di berangus sampai ke akar
akarnya. Moral dan pola pikir masyarakat dalam berpolitik di tengah
tengah berbagai perbedaan dan perselisihan pendapat haruslah menjadi
salah satu "sub chapter" yang harus di sertakan dalam program
pemberangusan status quo ini.
_________________________________________________________
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Kirim email ke