Ini ada wawancara  Christianto Wibisono (PAN) dengan
Bung Ramadhan Pohan (Jawa Post)

source: Jawa Pos Online May 9, 1999
http://www.jawapos.co.id/9mei/koh9me1.htm

Jawa Pos, koran online dari Surabaya, the reliable
source for your mind:-)


salam

Ali Simplido
(pembaca setia JP)

*******************************************************

            MEMANG PERLU ADA YANG DICURIGAI


DULU orang sering mendengar kiprahnya di tanah air.
Aktif menjadi pembicara dari satu seminar ke seminar
lain, dan analisisnya yang selalu tajam. Tapi,
sekarang namanya jarang terdengar lagi. Ternyata, kini
Christianto sudah tidak lagi berada di Indonesia. Dia
sejak Juni tahun lalu bersama keluarganya tinggal di
Amerika Serikat.
Di Negeri Paman Sam ini, Chris –sapaan karib anggota
Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional(PAN) ini–
acap muncul di berbagai even. Selain diminta menjadi
pembicara di beberapa universitas di AS, ia juga
menjalankan aktivitas di Capitol Hill dan di
tempat-tempat mangkal para wartawan sehari-hari.
Berikut percakapan wartawan Jawa Pos di Washington DC
Ramadhan Pohan dengan Christianto Wibisono di markas
Foreign Press Club, Gedung National Press Club,
Washington DC:


BERBAGAI KERUSUHAN TERUS BERLANGSUNG DI INDONESIA
BELAKANGAN INI. BAGAIMANA ANDA MELIHAT PERSOALAN ITU?

Saya kira, penyakit terbesar elite penguasa Indonesia
sekarang adalah mereka belum bisa melepaskan diri dari
cara-cara rezim Soeharto dulu. Yaitu, mencurigai,
menindak, ataupun menyingkirkan lawan politik secara
Machiavelis.
Mereka itu menganggap segala sesuatu yang terjadi itu
patut dan terus ditangani seenaknya selama 32 tahun
itu. Nah, sementara kekuatan rakyat ini –sudah merasa
tertindas 30 tahun– gerakan mereka sudah betul-betul
harus diperhitungkan.
Mereka  sudah mengerti, terutama elitenya, bahwa
peristiwa-peristiwa di di Indonesia sekarang nggak
bisa ditutup-tutupi lagi. Seluruh dunia sudah tahu.
Cara-cara birokrat, cara-cara militer, dan cara-cara
establishment untuk menanggulangi protes masyarakat
itu masih cara-cara kuno, sehingga akhirnya mengalami
jalan buntu.
Kemarin, Wolfowitz kan bilang di Indonesia, kalau
sampai pemilu di Indonesia itu gagal, Amerika akan
menganggap Indonesia itu lebih brengsek daripada
Aljazair atau Nigeria. Sebab, Indonesia itu
dianggapnya- gimana, kok negara besar bisa kayak gitu.
Kok kalah demokratisnya dari Aljazair dan Nigeria. Ini
yang harus dicamkan elite Indonesia, terutama penguasa
yang melanjutkan cara-cara lama itu.

ADA ISU TENTANG KEKUATAN YANG MAU MENGGAGALKAN PEMILU.
SIAPA SAJA ITU?

Zaman dulu itu, kalau lihat hasil (pemilu) 1955 itu,
yang tergusur kan PSI yang the most intellectual. Dan,
ABRI yang tak puas dan kemudian membentuk IPKI.
Nasution (Jenderal Besar Abdul Haris Nasution) juga
ternyata tak bisa menang. Jadi, ABRI sekarang ini kan
untung dapat 38 kursi. Kalau dulu Nasution, waktu
dipecat, dia bikin partai bernama IPKI dan cuma dapat
4 kursi. Jadi, sekarang ini kita lihat, kalau yang
populer terang ingin pemilu dong. Megawati, Amien
Rais, Gus Dur, saya rasa ingin pemilu. Justru, yang
tak ingin pemilu itu orang yang takut dan tidak yakin
massa
nanti memilih lagi. Itu saja yang patut dicurigai.

APA SAAT INI YANG MENURUT ANDA MERUPAKAN MASALAH
POLITIK TERBERAT INDONESIA?

Masalahnya adalah para pemimpin kita ini tidak
terbiasa berdebat, berdikusi, berdialog, atau
berpolemik sebagai lawan politik yang tidak perlu
bermusuhan. Dulu, lawan itu identik dengan musuh,
subversif, penjara, cekal,
dan sebagainya. Padahal, lawan itu mesti dianggap
wajar, lumrah. Dan, oposisi harus dihormati, disegani,
dan diperlakukan layak. Seperti di negara-negara Barat
ada kabinet bayangan dan oposisi. Nah, kita baru
sekarang mulai belajar begitu, tetapi masih melihat
bahwa lawan itu musuh. Masih begitu lho cara
berpikirnya. Kalau Anda menangkap lawan politik, itu
namanya bukan demokrasi, tapi diktator. Itu yang nggak
diinsafi. Kita terlalu tabu pada oposisi zaman dulu.
Tiga puluh tahun... empat puluh tahunlah kalau
dihitung Soekarno, tahun 1959. Ngitungnya kan harus
begitu kalau mau fair.

BAGAIMANA PREDIKSI ANDA MENGENAI KOALISI YANG TERBAIK?

Koalisi juga nggak terbiasa karena dulu semua di bawah
ketiak Soeharto. Semua saling jegal untuk menjadi anak
emas Soeharto. Sekarang ini disuruh koalisi, masih
bingung. Atau, ekstremnya, masing-masing merasa jadi
primadona, tidak merasa perlu gitu. Kasarnya, Megawati
mungkin merasa, "Kalau nanti saya menang, kenapa mesti
merangkul Amien (Amien Rais,Red)."
Begitu juga sebaliknya. Jadi, memang ada
penyakit-penyakit primadona yang ekstrem, sebagai
reaksi penyakit dulu. Yaitu, manunggal dan monolit
itu.
Akibatnya, jadi ekstrem dari ekstrem yang satu ke
ekstrem yang lain. Jadi, tidak realistis gitu. Jadi,
kayak Gus Dur dan Mega mungkin merasa, "Kalau saya
dapat 60 persen." Tapi dia lupa, 60 persen dari 500
dikurangi 38, kan tidak sampai 300. Padahal, MPR kan
700. Itu kembali ke soal dulu, kita kecolongan bahwa
di MPR ada 200 yang diangkat, yang nggak ketahuan dari
mana itu.

BENTUK KOALISINYA DI KABINET DAN PARLEMEN NANTI,
BAGAIMANA? SEBAB, KITA KAN BELUM BERPENGALAMAN?

Kita semua kan transisi. Mestinya, kalau kabinet
presidensil, ndak ada koalisi. Jadi, tergantung
presidennya dong, mau pilih siapa. Misalkan nanti
presidennya Megawati, apa dia nanti mau memasukkan
orangnya Amien Rais dalam kabinet? Itu tergantung
Megawati sebetulnya. Begitu juga sebaliknya. Kalau
Amien Rais jadi presiden, apakah dia nanti mau pakai
menteri dari PDI, kan urusan dia. Tapi, karena nanti
parlemen menentukan mendukung presiden atau tidak, dia
harus memperhatikan juga parlemen (DPR) itu. Nah, di
dalam konteks itu, sekali lagi, karena kita ndak biasa
beroposisi, tidak biasa berdebat dan berpolitik secara
ada establishment ada oposisi, jadi mungkin ada rasa
kagok semua. Ada yang cara berpikirnya masih "elu,
elu...gue, gue" dan masih tidak mau berkoalisi. Jadi,
masih harus belajar koalisi supaya langgeng.
Nantinya, memang seharusnya begini, partai itu kalau
mau besar ya harus rela membagi jabatan.

ADA ISU MEGAWATI DAN AMIEN RAIS BERTEMU DIAM-DIAM
UNTUK KEMUNGKINAN KOALISI?

Adanya minat untuk koalisi itu memang bagus sekali.
Itu adalah satu-satunya cara mengatasi negara tidak
ditangani status quo lagi. Tetapi sampai di mana itu
tadi, untuk mengalahkan kegenitan primadona yang mau
menang sendiri, juara sendiri itu. Karena memang tidak
mungkin. Sekarang ini, telanjur dilepas begini,
mungkin suaranya 20%, 20%, 15% gitu. Tidak akan ada
yang mampu mayoritas, saya rasa, harus disadari semua
itu.

SOAL DEBAT CAPRES, APA INI PERLU DITRADISIKAN?

Mungkin Megawati ada benarnya juga waktu dia bantah
dan bilang, tunggu sampai calonnya sudah pasti. Ibarat
sepak bola, debatnya di final saja, gitu. Jangan di
kompetisi babak penyisihan. Dia menganggap karena
begitu banyak partai. Jadi, masih babak penyisihan
he... he... he. Mungkin final saja. Alasan itu, saya
rasa, lebih rasional ketimbang alasan budaya.

Terakhir kan dia bikin alasan begitu, nanti, final
saja. Final nanti mungkin lebih ramai. Final dalam
arti begini, kalau sudah ketahuan bahwa partai atau
calon presiden itu cuma ada 4 atau 5 atau mungkin
tinggal 2 atau 3, debatnya lebih seru ketimbang
misalkan 10 orang ikut debat. Dan, soal debat capres
ditradisikan, boleh saja. Itu harus. Cuma memang,
mungkin caranya juga harus lebih dipersiapkan.
Katanya, kemarin banyak
orang kecewa karena mungkin moderatornya kurang siap
atau bagaimana. Habis, memang baru sih ya.

DALAM KAMPANYE NANTI, APAKAH ANDA AKAN DITERJUNKAN
PAN?

Kalau nggak salah, daftar caleg kan sudah keluar
kemarin. Tetapi karena saya sampai hari ini tidak
di-approach, berarti saya tidak masuk. Karena saya
memang tidak mungkin ya, tidak etis kalau masuk daftar
caleg, tidak kampanye. Sebab, kalau kampanye kan harus
ada di Indonesia. Sementara saya berada di sini
(Washington DC, Red).

APA YANG PALING BERMAKNA, YANG ANDA DAPATKAN DI
AMERIKA INI?

Kita mesti mengetahui rahasia kenapa Amerika bisa
sukses. Contohnya kemarin, Dahlan Iskan saat berada di
Amerika ngomong kagum, kok Amerika bisa tetap survive
dan sukses. Kan pertumbuhan ekonomi Amerika 4,5%. Itu
luar biasa untuk negara maju, di tengah situasi dunia
begini. Menurut saya, yang penting, kalau kita bicara
keamanan, HAM, dan demokrasi, itu adalah faktor
keamanan dan ketertiban. Negara hukum di Amerika ini
begitu luar biasa, sampai orang percaya invest,
dagang, tanam modal, apa saja bisa. Sehingga
benar-benar memang tuntutan HAM, demokrasi, dan rule
of law.
Trio ini harus diberlakukan di Indonesia kalau
Indonesia mau menjadi negara yang makmur dan hebat
seperti Amerika. Kalau tidak, jika resepnya masih
junta, kudeta, massa beringas-brutal, ya susah.

JAKGUNG ANDI GHALIB BERJANJI MENYELESAIKAN KASUS KKN
SOEHARTO SEBELUM PEMILU. BAGAIMANA PENDAPAT ANDA,
TETAP SERIUSKAH JAKGUNG?

Menurut saya, susahnya kan, terus terang, semua orang
KKN.
Buat Habibie sendiri ada unsur tidak enak. Yaitu,
kenapa dia mesti mengadili Soeharto, karena yang
melakukan KKN itu kan bukan cuma Soeharto.
Seluruh anggota kabinet yang punya kesempatan, punya
bisnis, dan keluarganya punya bisnis, kan KKN semua.
Cuma, definisi KKN ini kan baru bebas setelah Soeharto
jatuh. Kita ndak fair-nya itu. Zaman dulu, sejak 1980
pegawai negeri sebenarnya sudah dilarang berdagang.
Tapi, kan ketentuan itu hanya berlaku buat pegawai
negeri. Waktu pejabat dilarang, ribut: kenapa anak
pejabat nggak boleh. Anak pejabat kan manusia juga.

Terus bicara soal HAM segala macam. Masalahnya kan
bukan HAM, tetapi conflict of interest. Kalau Anda
menteri, pejabat, terus anak bebas berbisnis
dengan mengandalkan Anda, itu kan tidak fair. Nah,
kalau di Amerika ini kan betul-betul preventif atau
ada aturan untuk mencegah dan penindakan terhadap itu.**
_________________________________________________________
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com

Reply via email to