Memang mudah dipecah belah. BJH juga menganut "politik sampyuh"-nya
Soeharto. Kalau kalah sebaiknya hancur sekalian. Jangan lupa, dari sekian
banyak anggota Golkar yang pro status quo ada juga yang reformis. Sebut saja
kakaknya Chandra Darusman yang dari Jabar. Pemelorotan suara bahkan
kekalahan Golkar memang sudah diantisipasi mereka sendiri. Makanya jurus
suap segera dikeluarkan dengan mengincar caleg nomor mateng.

-----Original Message-----
From:   Yusuf-Wibisono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 25 May, 1999 15:39 PM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Re: 200 kursi di MPR/DPR

Yw: Dunia luas, Pak. Dua DPD tdk dibantu apapun oleh DPP Golkar,
    ya malah gampang dipecah belah oleh pihak lain,...
    Misalnya: kedua DPD itu (secara diam-diam) terima dari
    'penggembos Golkar'. Berapa sih, perlunya? Not much, kan?

    Atau, katakanlah: di mulut mereka akhirnya luluh, tapi
    di hati (pada saat voting tertutup)... siapa tahu...

    Even voting terbuka sekalipun. Di detik-detik terakhir
    bisa mangkir. Paling cuma dikecam doang (oleh kalangan pro
    status-quo) tapi terus dielu-elukan sebagai pahlawan oleh
    para reformis...

    :-)

Reply via email to