> ---------------------------
>
> koran online
> dari Surabaya
>
> Rabu, 9 Juni 1999
> PROMOSI DI
> SINI
> Pak Harto Menang melalui Mega?
>
> Cak Nur: Harus Dikepung dengan Check and Balance
>
> Jakarta, JP.-
>
> Pernyataan Cendekiawan Prof Dr Nurcholish Madjid (Cak Nur) ini, mungkin
> saja, akan membuat mantan Presiden Soeharto tersenyum. Menurut Cak
> Nur, kalau akhirnya PDI Perjuangan menang, itu bisa dianggap kemenangan
> buat mantan Presiden Soeharto juga. Mengapa Cak Nur mengeluarkan
> pernyataan cukup keras ini? Ternyata, pernyataan tersebut Cak Nur
> lontarkan
> setelah mengamati berbagai statemen Ketua Umum PDI Perjuangan
> Megawati Soekarnoputri.
>
> Entah mengapa, kata Cak Nur, Megawati pagi-pagi sudah menyatakan tidak
> akan menghujat Soeharto, tidak akan menghujat ABRI, tidak akan
> mempersoalkan dwifungsi ABRI, menentang ide negara federal, dan tidak
> akan mengamandemen UUD 1945. Putri Bung Karno itu, juga pagi-pagi,
> secara apriori mengatakan Timtim bagian dari Indonesia.
>
> "Ini kan tema-tema Pak Harto. Tema-tema ABRI. Jangan-jangan Pak Harto
> menang melalui musuhnya sendiri. Ini kan ironis sekali," kata Cak Nur
> saat
> berbicara dalam Diskusi Terbuka Antartokoh Parpol Islam yang digelar
> Front
> Pemuda Islam di Jakarta, kemarin.
>
> Apakah dengan begitu agenda reformasi tak akan berjalan ketika partai
> pimpinan Mega ini berkuasa? Cak Nur mengatakan bahwa bisa jadi,
> tema-tema yang dikeluarkan Mega itu hanya tema sesaat, hanya tema-tema
> untuk kepentingan kampanye. Memang, selama ini, orang-orang PDI
> Perjuangan tak menyinggung soal tersebut. "Mungkin saja mereka lebih
> berkonsentrasi pada pemilu," kata Cak Nur.
>
> Ia juga percaya, tidak semua pemimpin PDI Perjuangan bersuara seperti
> Mega. Misalnya, Prof Dr Dimyati Hartono. Dia percaya, orang seperti
> Dimyati
> sadar betul akan kekurangan UUD 1945.
>
> Cak Nur yang juga rektor Universitas Paramadina Mulya itu berharap,
> setelah
> ini akan ada diskusi terbuka di internal PDI Perjuangan. Tapi, bagaimana
> kalau, misalnya, wacana tersebut tidak juga berkembang di kalangan
> orang-orang PDI Perjuangan? "Jangan khawatir. Kita kepung dengan
> mekanisme check and balance dan kontrol sosial melalui penggunaan efektif
> kebebasan-kebebasan asasi," jelas Cak Nur.
>
> Lalu, lulusan Universitas Chicago ini menjelaskan, check and balance
> adalah
> hukum Tuhan. Ini adalah sunatullah. Juga, publik harus terus mendesakkan
> ide-ide tersebut sebagai wacana umum. Peran oposisi dalam menyuarakan
> ide-ide tersebut harus terus dilakukan.
>
> Selain mengomentari kemenangan sementara PDI Perjuangan, arek
> Jombang ini juga berharap para pemimpin parpol bersedia membentuk
> pemerintahan koalisi. Tentu saja, ini membutuhkan kerelaan mereka untuk
> berkompromi. Jangan ada yang egois. Misalnya, menyatakan pihaknya harus
> menjadi presiden sementara yang lain menjadi Wapres. Tak bisa seperti
> itu.
> "Demokrasi harus melibatkan kompromi. Kata kompromi dalam hal ini jangan
> diartikan sebagai sesuatu yang negatif," tegas Cak Nur. Kesediaan
> berkoalisi
> ini, menurut dia, juga memerlukan kebesaran jiwa.
>
> Koalisi ini, lanjut Cak Nur, sebaiknya tertuang dalam komposisi kabinet.
> Tetapi, jangan semua partai besar masuk kabinet. "Nanti tidak ada oposisi
> dalam parlemen. Itu sangat berbahaya," tutur Cak Nur, yang memang sejak
> dulu aktif menyosialisasikan konsep oposisi loyal itu.
>
> Menurut dia, jika semua partai besar masuk kabinet, oposisi akan jatuh
> lagi
> ke tangan mahasiswa, universitas, dan pers. Oposisi tidak akan
> terinstitusi.
> Idealnya, komposisi koalisi yang memerintah dan oposisi adalah 51 dan 49
> persen. Akan baik juga bila nanti ada pemilahan, misalnya, partai-partai
> ini
> akan memerintah sedangkan partai-partai lain bersedia menjadi oposisi.
>
> "Yang perlu dicatat adalah jangan sampai partai-partai besar semuanya
> memerintah, sementara yang kecil-kecil menjadi oposisi. Ini nggak sehat.
> Bisa frustrasi nanti," ujar Cak Nur sambil tersenyum. Kalau itu terjadi,
> yang
> berkembang adalah oposisionalisme. Yaitu, asal beroposisi, asal
> menentang,
> bukan oposisi loyal. "Gejala seperti ini sudah ada. Saya tak mau menyebut
> nama. Tapi mulai ada," katanya. Dalam kaitan ini, Cak Nur mengaku sangat
> menghargai Prof Dr Amien Rais dan Sumargono yang pagi-pagi menyatakan
> bersedia menjadi oposisi. "Sikap seperti ini perlu terus dikembangkan,"
> tandasnya.
>
> Pada awal paparannya, Cak Nur berbicara soal kampanye dan pemilu, yang
> ternyata berjalan relatif aman, alias tidak ada gejolak berarti. "Ini
> kejutan yang
> menyenangkan," ucap Cak Nur di hadapan tak kurang dari 200 undangan.
> Menurut dia, kondisi bagus ini harus tetap dipelihara. Ini sebuah langkah
> awal
> yang bagus.
>
> Kampanye aman dalam pemilu, kata Cak Nur, tak lepas dari kebebasan yang
> telah berjalan satu tahun belakangan ini. Dalam kondisi tersebut,
> perbedaan
> diselesaikan dengan wacana. Ada proses menerima dan memberi. Jadi,
> pemilu damai karena kebebasan. Di zaman Soeharto dulu, ungkap Can Nur,
> kebebasan dibungkam bertahun-tahun. Karena itu, ketika kebebasan dibuka
> melalui kampanye, yang terjadi adalah kebrutalan dan kekerasan. (ilo/zen)
>
>
application/ms-tnef