Sampai saat ini saya kurang yakin apakah PDIP atau
Partai manapun juga akan dapat meraih suara mayoritas,
tanpa adanya suatu Koalisi.

Mengenai Program, saya sengaja menggaris bawahi
cara mempresentasikannya. Kalau mengenai Programnya
itu sendiri (terutama dalam hal perekonomian), saya
rasa Partai lainnya juga mempunyai Program yang baik,
terutama dari PAN.
Selain itu, dari aspek Marketing, PDI-P lebih
mempromosikan Programnya pada level bawah dan
menengah, dan ini adalah salah satu strategi yang jitu.

Tetapi jika saya melihat dari sudut Koalisi, sebenarnya
akan saling mendukung. PAN tentunya kuat pada level
menengah dan atas, serta PKB pada masa tradisionil-nya
yang loyal, sehingga dukungan pada Koalisi akan terasa
'UTUH', mulai dari level yang paling bawah, menengah
sampai atas.
Dan dukungan ini berarti pula 'kepercayaan', dan akan
pula mengakibatkan tumbuhnya kepercayaan dari luar negeri.
Tanpa kepercayaan dan dukungan dari 'luar', tentunya agak
sulit bagi kita keluar dari Krisis Ekonomi.

Ini sih pemikiran saya saja. Itulah sebabnya saya
tetap berpikir akan 'kekuatan' dari Koalisi tersebut.

Mengenai serangan secara pribadi terhadap Capres, tentu
boleh saja. Hanya tentunya akan ada argumentasinya.
Dan itulah yang terjadi pada saat ini.


Salam,
bRidWaN

----------------------------------------------
At 03:14 PM 6/10/99 -0400, FNU Brawijaya wrote:
>Ya waktu itu kita mikirnya perlu koalisi karena berasumsi perbedaan
>suara tidak menyolok. Semua terbagi merata. Bila misalkan PDI-P
>mampu meraih mayoritas, ya nggak perlu koalisi. Ngapain? Ini tentu
>saja bila mampu meraih lebih dari 50%. Terus terang saya meragukan-
>nya. Cuma bila skenario ini terjadi ya ngapain juga.... Wong tujuannya
>kan mencari cara menghadang orde baru. Sebetulnya ini ndak highly
>subjective amat... mungkin saya saja yg berpendapat paling beda.
>
>Cak Nur di harian yg dipost kemarin bilang bahwa partai-partai besar
sebaiknya
>berkoalisi tapi jangan semua. Kenapa? Ya biar ada yang menyusun
>barisan oposisi. Ini yang saya rasa sedikit aneh.... Bagaimana memutuskan
>siapa yang mesti beroposisi, siapa yang berkoalisi? Ini kan malah dapat
>berubah menjadi oyok-oyokan (rebutan) posisi. Mending tegas saja
>okay yang kalah jadi oposisi. Yaa.... mungkin saya berangan terlalu jauh.
>Sementara yg lain beranggapan bahwa menghadang Golkar adalah agenda
>nomor satu, sedangkan saya mungkin cepat berasumsi bahwa Golkar bukan
>masalah, dan ingin cepat  menciptakan iklim oposisi.
>
>Yaaa.....ndak apa-apa... kalau gitu jabatan oposisi diserahkan kembali
>kepada mahasiswa. Tapi ingat lho, mahasiswa baru bisa bangkit bila sudah
>terinjak dalaaaam banget. Pengalaman menunjukkan mahasiswa perlu waktu
>20-30 tahun untuk bangkit.
>
>Mengenai serangan secara pribadi kepada para calon presiden, wah
>dengan bersedia menjadi calon presiden berarti harus siap ditelanjangi.
>Tidak perduli AR, MS, GD, AS, ataupun BJH dan YM. Mengapa kita
>boleh menelanjangi BJH (dan Ghalib) tetapi tidak boleh menelanjangi
>AR, MS, dan GD? Mereka kan sama-sama caprez? Apakah kita hanya
>boleh menelanjangi caprez yg ditengarai bau ORBA saja? Wah tidak
>dong. Kita kan mencari presiden yang bagus. Bagaimana caranya
>tahu bagus dan tidaknya ya dg cara mengumpulkan info sebanyak-
>banyaknya. Kita kan bukan pendukung Liverpool yang waton lempar
>botol terhadap pendukung klub lain. Kita juga mesti tidak sungkan-
>sungkan berteriak "Huuuuu...." bila pemain kesayangan, eh, caprez
>kesayangannya mengeluarkan statement yg nggak sip. Saya rasa ini
>adalah bentuk minimal dari kepedulian akan fungsi kontrol tadi.
>
>Oya, mengenai program, sulit untuk menilai dengan program-program
>partai yang kesemuanya serba garis besar. Yang membuat saya tersenyum
>adalah pemilihan partai PDI-P bukan karena programnya. Ini paling tidak
>terjadi di milis ini. Contoh paling tegas saja ya....anda sendiri.... Hayo
>ngaku saja....yang mana yang pas deh.... (Nah, ini saya sedang mempraktek-
>kan ilmu tunjuk hidung langsung model barat, hehehe....).
>
>Itu saya sekedar menilai berdasarkan tulisan yg masuk di milis (ya terbatas
>dari tulisan B. Irwan, Blucer, YS, dll). Bila menilik tulisan tsb sih
mestinya yg
>pas adalah PAN yg biarpun sama-sama reformis mempunyai agenda yg
>hampir 180 derajat berbalikan. Tapi ya sah-sah saja sih.....
>(Ini berasumsi pengenalan program partai antara saya dan yg lain tidak
>beda jauh lho. Kalau ternyata saya kebangeten kupernya thd program PDIP
>ya lain cerita).
>
>Untuk saya sendiri, yang paling pas sesuai dengan aspirasi saya justru
>pemikiran PDI-P. Tapi yang tidak pas justru capreznya. Ya sah-sah juga tho?
>
>
>Salam,
>Jaya (Bukan pencoblos PDI-P).

>-----------------------------
>bRidWaN wrote:
>
>> Kembali kepada diskusi2 kita bersama sejak tahun lalu,
>> bukankah kita sepakat untuk memasuki era Reformasi
>> dengan tenteram melalui Pemilu ini. Bukankah sebelum
>> Pemilu kita juga mengharap agar Koalisi 3 Partai
>> dapat memenangkan suara mayoritas ?
>>
>> Mengenai pendapat anda tentang pendukung PDIP yang gigih
>> membela PDIP, saya rasa itu juga akan terjadi bila
>> seseorang yang anda jagokan diserang secara pribadi
>> oleh orang lain. Misalkan AR ataupun Gus Dur.
>> Kalau yang diserang adalah programnya, mungkin lain
>> lagi ceritanya.
>>
>> Sekali lagi, saya hanya berharap agar status-quo
>> benar bisa dihadang oleh koalisi 3 Partai. Tanpa koalisi
>> tersebut, akan sangat berat menghadapi Golkar beserta
>> Partai Partai pendukungnya.
>>
>> Salam,
>> bRidWaN
>
>--
>Salam,
>Jaya

Kirim email ke