Salah lagi nih saya. Binuunnn??? Semua diwolak-walik.

Waktu Soeharto berkuasa, sebagai salah satu contoh, BJH banyak dikecam soal
pembelian kapal perang bekas Jerman (Timur). Akhirnya Soeharto bilang "Ini
tanggung jawab saya". Pernyataan ini menyiratkan bahwa ia mengakui
kesalahannya. Memang ia salah dan ia berani mengakui kesalahan. Lalu siapa
yang berani menuntutnya waktu itu? Mbel gedhes.

Cobalah Anda baca sekali lagi tulisan saya. Apakah saya membatasi
kualifikasi seseorang?

Wassalam,
Efron


-----Original Message-----
From:   yuni windarti [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Wednesday, 16 June, 1999 8:19 AM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Re: [Re: special untuk dik Boy[kepada Administrator [re:dear
permias]]]

Whoalah........serba salah jadi orang kecil, ini salah itu salah. Terima
kasih
deh atas nasehatnya. Sampai malu sendiri saya ini, lihat muka saya jadi
hitam
legam karena tercoreng moreng atas ulah saya sendiri.

Saya senang sekali diingatkan, karena bahasa Indonesia saya yang nggak
becus,
maklum nggak pernah makan sekolahan. Karena Efron (jadi nggak pakai den atau
tuan ya?????) saya baru tahu kalau memanggil adik atau menyebut kalian itu
tabu dalam forum ini, terutama ditujukan untuk orang orang S2,S3 dst,
oh........

Terima kasih saya diingatkan untuk tidak terus menerus mencoreng muka saya
sendiri, tadinya saya pikir orang yang mengakui kesalahan adalah orang yang
bijak, ternyata pengakuan kesalahan dan permintaan maaf dianggap nggak
dewasa,
dan mencoreng muka sendiri. Iya deh Efron, nanti lain kali akan saya akan
lempar batu sembunyi tangan deh biar dibilang lebih dewasa, terutama oleh
orang orang S......

Saya baru sadar loh kalau saya ini "kere munggah bale", sekali lagi terima
kasih diingatkan, karena memang dasarnya saya ini orangnya suka lupa diri.
Saya lupa kalau diri saya ini kere, maklum baru tahu rasanya tinggal di US,
di
sini tidak ada istilah kere jadi ya maklum kalau lupa. Saya baru ingat bahwa
kalau di Indonesia saya ini hanya sekedar "kere" seperti anggapan orang
orang
seperti Efron, makanya saya lebih suka tinggal di US, karena saya dianggap
manusia. Kere munggah bale, memang cocok saya sandang lha wong sewaktu di
Indonesia, saya hanya pembantu rumah tangga. Biasa pembantu rumah tangganya
orang asing yang kaya, dan tua eh akhirnya dia kepincut oleh ramuan pelet
saya. Jadilah saya nyonya, makanya saya mohon maaf sebesar besarnya kalau
kadang kadang saya lupa diri, lha wong saya ini "Kere Munggah Bale, kok"

Nggak lagi lagi deh saya ngomong di forum ini, nggak enak digertak sama yang
punya gelar S2, S3...dst(meskipun pikirannya kayak anak lulusan SMA) maklum
saya ini hanya sekedar"kere munggah bale".

Yuni



"Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Adinda Yuni,

Tolong jangan sebut-sebut istilah "adik", "kalian", dan lain-lainnya yang
mengunjukkan (indicate) Anda (kayaknya) lebih tua atau senior ketimbang
mereka. Yang ada di sini saya menganggap setara untuk saling bertukar
informasi dan berdiskusi tanpa mengenal kualifikasi (tak sekolah, S0, S1,
S2, S3, atau S76).

Dengan sikap Anda yang berlaku seperti senior justru mencoreng moreng muka
Anda sendiri. Seorang senior atau yang dituakan tentu lebih matang ketimbang
junior-nya. Namun mengapa Anda sendiri mengakui ada emosi. Bukankah ini
mencoreng muka sendiri? Sukar mencari padanan pepatah Jawa untuk perilaku
Anda ini. Pepatah yang mengarah ke sana yaitu "kere munggah bale".

Wassalam,
Efron

-----Original Message-----
From:   yuni windarti [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Monday, 14 June, 1999 23:27 PM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Re: special untuk dik Boy[kepada Administrator [re:dear
permias]]

Duh dik Boy(saya panggil adik aja ya karena pasti masih jauh lebih mudah
dari
aku),

Kok gitu gitu amat mental anak anak Permias, mudah berputus asa dan menutup
diri.

Boy secara pribadi saya tidak ada niat buruk kepada Permias. Sejak awal
justru
saya ingin mencoba, bagaimana reaksi kalian. Lagi pula saya jelaskan bahwa
apa
yang saya lontarkan seluruh informasinya adalah benar, nggak ada bohongnya,
cuma caranya saja yang salah, terlalu emosi.

Boy dan adik adik Permias lainnya, justru kalian harus menyadari bahwa ini
sudah jamanya keterbukaan dimana mana sudah buka buka, kok malah kalian mau
menutup diri. Seharusnya dengan apa yang saya lakukan ini kalian harus
menyadari agar tidak terpancing emosi oleh berbagai pihak justru kalian
harus
waspada, bukannya malah menutup diri. Sepertinya kalian ini generasinya
Suharto deh (sorry hanya julukan) habis tidak mau dengar atau lihat sesuatu
yang nggak indah, maunya yang indah indah melulu.

Kalau kalian mau mencekal saya, atau saya tidak boleh menulis di sini, boleh
boleh aja, lagi pula cuma dalam minggu ini saya ada waktu, setelah itu saya
sibuk lagi(kalau kalian ngikutin saya  jarang nulis cuma kadang kadang).
Saya
pun nggak sempat baca email dari permias yang  kadang sampai ratusan ,
karena
dalam beberapa hari tidak sempat buka email, akhirnya paling banter langsung
masuk tong sampah. Karena memang tidak ada waktu.

Cuma jangan berlaku ekslusif. Kalian mendapat informasi dari rekan rekan
setanah air dari seluruh pelosok dunia. Tapi itu semua hak kalian ini ruang
kalian  mungkin rekan rekan non Permias bisa bikin ruang pertemuan lainnya
yang bersifat internasional, tapi yang rugi adalah kalian sendiri. Kalian
adalah mahasiswa yang seharusnya peka akan situasi sosial, sudah bukan
waktunya lagi menutup diri atau menjaga jarak dengan kenyataan. Kalau kalian
menutup diri seperti itu begitu kalian lulus dan terjun ke dalam masyarakat
kalian akan kaget ternyata masyarakat jauh lebih beragam dari yang kalian
kira
bahkan ada yang lebih jahat dan lebih buruk. Baru mendapat email yang aneh
sedikit sudah kalang kabut, apalagi kalau di dalam kehidupan ketemu hal yang
lebih aneh lagi mungkin pada ngacir.

Kalian harus tegar, kalian adalah putra putri harapan bangsa (kalau kalian
mau
pulang ke Indonesia dan mengabdi di sana, makanya Indonesia nggak mau maju ,
kebanyakan intelektualnya menutup diri sih (nggak tahan banting).

Saran saya kalem aja, jangan terbawa emosi dengan segala sesuatu yang ada di
hadapan kalian. coba cerna segala informasi yang anda dapatkan sebaik
baiknya.
Dalam era informasi seperti ini hanya orang orang bijak dan mawas diri lah
yang selamat.

Semoga kalian sukses
Yuni




Boy anderesta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kepada Administrator mailing list,

Saya ingin mengusulkan agar Permias@ ditutup untuk umum. Beberapa teman
teman
yang saya hubungi di 12 state setuju kalau di Permias@ ini lebih banyak
orang
iseng dan sampah nya daripada informasinya. Bahkan yang saya baca dulu
disini, Dubes kita sendiri sampai ( mungkin ) berpendapat yang sama kalau di
mailing list ini lebih banyak junk nya dibanding kegunaannya.

Jadi dengan menutup mailing list ini, bisa dipastikan bahwa yang memiliki
akses ini hanya mahasiswa. Kalau Administrator dan Permias lokal yang lain
setuju dengan ide saya, mudah mudahan mailing list ini bisa lebih
berkualitas
biarpun kuantitasnya mungkin jauh lebih sedikit daripada sekarang ini.


Terimakasih,

Boy


____________________________________________________________________
Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at
http://webmail.netscape.com.


____________________________________________________________________
Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at
http://webmail.netscape.com.

Reply via email to