Prabu Brawijaya dan rekan-rekan lainnya,

Berita ini sudah lama saya nantikan. Saya yakin betul berita ini bakal
muncul di permias@. Untuk menjawabnya berikut saya paste-kan berita sebelum
REPUBLIKA menerbitkannya agar seimbang.

Efron

-----Original Message-----
From:   Victor Rembeth [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
<mailto:[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]>
Sent:   Wednesday, 30 June, 1999 8:16 AM
To:     Multiple recipients of list
Subject:        Doakan Sumatra Barat

Salam,

Saya baru pulang dari Bukit Tinggi dan Padang hari Sabtu lalu untuk menolong
beberapa gereja kami yang kecil di tempat itu, dan yang terjadi adalah dalam
sebulan terakhir ini terjadi keresahan ditengah warga Kristiani di
SUMBAR,karena fitnahan yang keji terhadap mereka.
Kisahnya begini :
Ada seorang anak remaja (siswa Madrasah Aliyah Negeri) yang bernama
Khairiyah, dan setahun lalu ia menjadi Kristen, kemudian karena takut kepada
ortu, ia minta perlindungan kepada orang Kristen dan akhirnya ditempatkan di
keluarga Salmon Ongirwalu (seorang ambon yang beristri wanita Minang bernama
Neneng), yang memiliki juga dua orang anak. Singkat cerita Khairiyah
disekolahkan dan dijadikan bagian dari keluarga Salmon.
namun paman dari Khairiyah yang dosen STAIN (Sekolah Tinggi Agama),
mempersoalkan, dan jadinya Salmon dituduh melarikan anak dibawah umur dan
memperkosanya. Setelah kejadian ini disidik selama setahun, akhirnya perkara
ini diajukan ke pengadilan awal bulan Juni ini. Saat ini Salmon telah
ditahan selama lebih dari 3 minggu di penjara, dan pekerjaannya di PDAM
dihentikan tanpa pemberitahuan yang sejelasnya.  lebih parahnya ditambah
lagi dengan tuduhan umat Kristen memakai "MODUS OPERANDI" seperti ini untuk
memaksakan agama kepada orang Minang, sehingga Hari Kamis minggu lalu MUI,
Muhamadiyah, dan DDII SUmatra Barat melapor ke POLDA SUMBAR untuk
menuntaskan kasus pemaksaan agama ini. Akibatnya koran setempat dan Tabloid
di daerah itu memberitakan pemberitaan yang semakin berpihak menyudutkan
umat Kristen di SUMBAR. ADA banyak hamba Tuhan yang akan diseret dengan
adanya pengadilan ini. ANtara Lain Sdr Yanuardi Koto, ketua PKSB
(Persekutuan Kristen SUmatra Barat) dan bapak Willy Amrullah (Adik dari
Hamka yang menjadi Kristen, saat ini berdomisili di USA), juga beberpa hamba
Tuhan lainnya. Suasana di Padang pada saat saya disana sangat
memperihatinkan, dan ada beberpa gereja atau tempat pertemuan yang akan
disidik karena mengKristenkan orang Minang. Menurut mereka orang Minang
memegang teguh keIslaman karena falsafah " Adat Barzanji Syarak, Syarak
Barzanji Kitabullah", Artinya menjadi non Muslim adalah menjadi non Minang.
Tolong sebarkan ini ke MILIS Kristen lainnya, dan doakan Kel BP Salmon, Kel
Yanuardi Koto, Kel Willy Amrullah, gereja-gereja di Padang dan seluruh umat
Kristen di SUMATRA BARAT.

Salam sedih dalam doa,
Victor Rembeth


-----Original Message-----
From:   FNU Brawijaya [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 06 July, 1999 8:40 AM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Apa ini betul terjadi?

Ada yang bisa men-check masalah ini?

- Apa yang sudah dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menangani
  masalah ini?
- Bagaimana pula dengan sikap pemerintah dalam menangani
  masalah ini? Yang saya maksud adalah sikap pemerintah dalam
  mensikapi MASALAH ini, bukan seperti yang biasa dilakukan oleh
  pemerintah yaitu memberangus media yang menyiarkannya dengan
  alasan SARA.
- Bila kejadian ini memang kejadian nyata, bagaimana institusi Islam
  dalam mensikapi masalah ini?
- Apakah ini bagian dari rencana besar? Sebesar apa? Kalau ini
  hanyalah bagian dari rencana kecil, lalu sekecil apa pula?



'-------------- republika ---------

Kisah: Pemurtadan itu Ada di Minangkabau


Di Minangkabau ada postulat, Adat Basandi Syara', Syara' Basandi
Kitabullah yang menunjukkan betapa Islam menjadi hal yang menyatu dalam
kehidupan adat orang Awak. Karena itu, hampir tak terdengar bila orang
Awak memeluk agama lain. Namun, postulat itu tak lagi jadi jaminan.
Pasalnya, lewat misi yang tergolong rahasia, tercatat 500 orang Minang
dipindahkan ke agama lain, Kristen.

Salah satu di antaranya adalah Wawah, panggilan akrab Khairiah Enniswati
(17). Gadis manis yang berjilbab ini diculik, diperkosa, dan dipaksa
keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang
dari kalangan Kristen. Saat peristiwa yang kemudian mengguncang masyarakat
Minang itu terjadi, Wawah tercatat sebagai pelajar di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 2, Gunung Pangilun, Padang. Setelah setahun mengendap, tanpa
proses hukum, Mei 1999 lalu kasus ini mulai disidangkan di Pengadilan
Negeri Padang. Umat Islam, khususnya pelajar dan mahasiswa Muslim di kota
ini pun turun ke jalan. Gelombang unjuk rasa kemudian mengiringi
persidangan kasus ini, hingga kini.

Awal Malapetaka

Peristiwa mengenaskan itu berawal pada Maret 1998. Wawah yang asal
Sumatera Utara itu, kost bersama kakaknya, Wardah, mahasiswi IAIN Imam
Bonjol, Padang. Kedua orangtua mereka, tinggal dan bekerja di Bengkulu
sebagai dosen. Sebenarnya, sang paman tinggal di Balaibaru, Padang, tak
jauh dari kampus IAIN. Namun, dengan alasan belajar mandiri, keduanya tak
tinggal bersama keluarga sang paman.

Suatu hari pada Maret 1998 itu, Wawah yang biasa bersekolah menggunakan
angkutan kota (angkot) berkenalan dengan seorang gadis berjilbab, Lia
namanya. Orangnya manis, semanis Wawah. Ramahnya bukan main. Esoknya, Lia
bertemu lagi degan Wawah di atas angkot jurusan yang sama. Hari-hari
berikutnya mereka sering terus bertemu. Keakraban terjalin sudah, maklum
sama-sama gadis berjilbab.

Ternyata Lia musang berbulu ayam. Ia penganut Kristen Protestan. Ini
diketahui setelah pada suatu hari Lia datang ke rumah kost Wawah. Saat
itu, kakaknya, Wardah sedang pergi kuliah ke IAIN. Di sanalah Lia
bercerita bahwa ia penganut Kristen Protestan. Ia kemudian bercerita
betapa indahnya berkelana dalam dunia Protestan. Tak hanya itu, ia juga
berkisah tentang dunia seks yang bagi Wawah teramat tabu. Bulu kuduknya
merinding. Ia lalu mengajak Wawah pindah agama. Kontan saja Wawah menolak.
Sejak itu mereka tak pernah bertemu lagi. Wawah mengunci mulutnya. Ia
tidak memberi tahu siapa pun, termasuk kakaknya. Ia takut, teramat takut.

Pemurtadan

Beberapa bulan kemudian Lia datang lagi. Lagi-lagi, saat itu Wardah sedang
tidak di rumah. Kali ini ia tak lagi bercerita soal agama, melainkan
tentang hal-hal yang indah dan menarik. Ia ajak Wawah berkeliling kota.
Wawah enggan, tapi entah setan mana yang berhasil membuatnya patuh. Mereka
berdua menghabiskan waktu berkeliling kota Padang. Usai berkeliling kota,
Wawah diajak ke suatu tempat. Itulah Gereja Protesten, di Jl Bagindo Aziz
Chan, Padang. Di sini, seperti dituturkan paman Wawah, Abu Samah, Wawah
sudah ditunggu puluhan jemaah dan Pendeta Willy.

Singkat cerita, Wawah dipaksa membuka jilbab, dipaksa menuju altar. Lalu
dipaksa masuk Kristen, kendati gadis ini menangis dan meronta. Bagi Wawah,
tidak pernah terbayangkan, bahkan dalam mimpi pun akan dipaksa mengakui
Tuhan selain Allah SWT.

Pemaksaan pertama selesai. Kini, Wawah diserahkan kepada Salmon, seorang
jemaat gereja yang bekerja di PDAM Padang. Wawah dititipkan di rumahnya di
kawasan Telukbayur, Padang. Di situ ada Lisa Zuriana, istri Salmon. Lisa
adalah warga Tangah Sawah, Bukittinggi, asli Minangkabau yang kini memeluk
Kristen. Ia bendahara Persatuan Kristen Protestan Sumatera Barat (PKPSB).
Organisasi ini menaungi sekitar 500 orang Minang yang sudah dikristenkan
sejak lima tahun terakhir. Sebanyak 93 orang di antaranya berdomisili di
Sumbar, sisanya di rantau. Angka 500 itu, belum termasuk yang sudah
dikristenkan sejak 10 atau 15 tahun belakangan. Organisasi ini ketuanya,
Yanuardi Koto, orang Lubukbasung, Agam, asli Minang.

Sejak tinggal bersama keluarga Salmon, Wawah didikte dengan ajaran-ajaran
Kristen. Selama satu bulan, Wawah dipingit. Kemudian ketika suasana sudah
agak tenang, Wawah diajak makan-makan ke restoran dan tempat-tempat
wisata. Anehnya, kenapa Wawah tidak berontak? Ternyata, Salmon mengancam
Wawah akan menghabisi keluarganya jika melaporkan keadaan dirinya.

Juga, kenapa harus disekap di rumah Salmon? Salmon, pegawai PDAM Padang,
sering ke Gunung Pangilun, sebab di sana ada bak penampung air PDAM untuk
kebutuhan warga kota. Untuk sampai ke bak air itu, Salmon pasti melewati
MAN 2 Gunung Pangilun, sebab jalan ke situ ada di sisi sekolah. Berat
dugaan, Salmon lah yang membidik Wawah sejak awal, kemudian ia bekerjasama
dengan Lia. Setelah berhasil Wawah diserahkan pada Salmon.

Diperkosa

Suatu ketika, Salmon ditinggal sendirian oleh istrinya. Setan pun merasuki
jiwa Salmon yang kemudian memaksa Wawah memenuhi nafsu bejatnya. Di bawah
ancaman, Wawah diperkosa. Salmon tak mempedulikan air mata Wawah yang
bercucuran. Dua kali ia lakukan hal itu.

Akibat semua itu, Wawah pucat pasi. Hari demi hari ia lesu dan menerawang.
Sementara keluarganya di Padang sudah melaporkan ke polisi bahwa anaknya
hilang.

Oleh Salmon, atas anjuran gereja, Wawah diganti nama dengan Indah Fitria.
Kemudian dengan memakai ijazah palsu dari SMP 4 Muaro Bungo, Jambi, ia
disekolahkan ke SMU Kalam Kudus, milik Yayasan Prayoga, Padang.

Keberadaan Wawah di sana diawasi oleh Lisa sepanjang hari. Tapi, suatu
hari, Wawah terlihat teman-temannya dari MAN 2. Hal itu segera dilaporkan
kepada pamannya, Abu Samah. Sang paman segera memeriksa keberadaan Wawah,
namun pihak sekolah berhasil mengelak dengan menyebut tak ada siswi yang
bernama Khairiah Enniswati. Abu Samah pulang dengan langkah kecewa. Karena
keberadaan Wawah sudah tercium keluarganya, ia pun dipindahkan ke sebuah
sekolah Kristen, di Malang, Jawa Timur.

Terbongkar

Namun, polisi sudah terlanjur tahu. Robert, Kepala SMU Kalam Kudus yang
melakoni semua itu diperiksa polisi. Ia mengaku dan polisi kemudian
menjemput Wawah ke Jawa Timur serta membawanya pulang ke Padang. Sesampai
di Padang, tangis dan pekik histeris telah menunggu. Wawah berurai air
mata tak henti-hentinya. Kemudian ayahnya yang dosen IAIN di Bengkulu
membawa anak kesayangannya itu ke Bengkulu. Di sini ia diislamkan kembali.
Sejak itu, Wawah menyendiri, ia hanya beribadah mendekatkan diri kepada
Tuhan, Allah SWT.

Karena Wawah sudah sampai di Padang, kasusnya pun diproses polisi. Menurut
sumber Republika, kasus Wawah diintervensi oleh oknum pejabat di Polda
Sumbar yang kebetulan jemaat Protestan. Maka diamlah kasusnya
berbulan-bulan lamanya, bagai lenyap ditelan bumi.

Suatu hari di tahun silam, Kapolda Sumbar (waktu itu) Kol (Pol) Boedi R
Koestono, mengadakan pertemuan dengan tokoh agama se-kota Padang. Saat
itulah, Ir Nasrun, seorang dosen di sebuah perguruan tinggi Islam Padang
menanyakan perihal kasus Wawah kepada Kapolda. Kapolda kaget dan berjanji
akan menuntaskannya.

Kasus Wawah pun mulai diperhatikan dengan 'baik'. Kemudian diajukan ke
Pengadilan Negeri Padang, dengan dua jerat hukum. Pertama jerat melarikan
anak di bawah umur, kedua pemerkosaan. Kasus pemalsuan ijazah tidak
disebut-sebut. Lebih tidak disebut-sebut lagi, pemaksaan pindah agama.
Itulah sebabnya, muncul kecurigaan, oknum aparat Polda Sumbar campur
tangan. Tapi Kapolda Sumbar, Kol (Pol) Dasrul Lamsuddin membantah kalau
anak buahnya terlibat.

Setiap Sabtu kasusnya disidang di PN Padang, sejak Maret lalu. Sidang
pertama sampai keenam, tenang-tenang saja. Tapi, setelah memasuki sidang
ke tujuh, baru tersangkanya ditahan. Itu pun setelah diberitakan Tabloid
(mingguan) Bijak, yang terbit di Padang. Tersangkanya adalah Salmon dan
istrinya, Lisa.

Sabtu besok, memasuki sidang ke-10. Belum diketahui kapan kasus ini akan
diputus majelis hakim yang diketuai Marzuki SH. Sebab, di luar ruang
sidang suasana mulai panas. Siswa MAN 2 Padang dan mahasiswa IAIN serta
mahasiswa dari PTS/N lainnya sudah melakukan unjuk rasa. Mereka meminta
kasus Salmon dibuat terbuka untuk umum dan pelakunya dihukum berat.

Dalam kasus Wawah, yang jadi tersangka hanya Salmon dan istrinya. Gereja
menyatakan, semua adalah perbuatan Salmon dan menampik keterlibatan
gereja. Lia, gadis yang pura-pura berjilbab dan tokoh penjerumus Wawah
seharusnya menjadi tersangka pula. Tapi, ia entah di mana kini. Demikian
pula Pendeta Willy, juga raib. Menurut pihak gereja, di sana tidak ada
pendeta yang namanya Willy. Tapi menurut saksi, Yanuardi Koto, Willy kini
sudah berada di Amerika. Yanuardi Koto, adalah Ketua Persatuan Kristen
Protestan Sumatera Barat (PKPSB). Atas semua itu, pihak gereja tutup
mulut. Yang pasti, sidang di PN Padang itu, tampaknya jadi bom waktu, yang
bisa meledak kapan saja.

Persidangan masih berlangsung, namun pada Rabu (24/6) lalu di Mapolda
Sumbar berlangsung pertemuan tertutup antara Kapolda Kol (Pol) Dasrul
Lamsuddin, keluarga Wawah di Padang dan para ulama, terutama dari MUI
(Amir Syarifuddin), DDII (Masoed Abidn), dan Muhammadiyah (Nur Anas
Djamil). Para tokoh ulama itu mendesak Kapolda mengusut tuntas kasus
pemaksaan pindah agama tersebut. Ulama sangat sedih karena banyaknya orang
Minang yang pindah agama ke Kristen Protestan.

Seperti dikatakan para tokoh agama itu, Pemuka agama Islam di Sumbar,
sudah menahan diri. Sekaligus, meminta umat Islam untuk tidak bertindak
sendiri-sendiri. Kasus Wawah diminta untuk jadi pelajaran, bahwa ada yang
hilang dari masyarakat, yaitu keimanan yang kukuh. Bisa jadi ini, karena
ulama kian langka di Ranah Minang. Dulu, meski suara Buya HAMKA hanya
didengar di radio, namun bila Buya bicara, umat Islam Minang mematuhinya.
Kini, sudah berbuih-buih ulama bicara di televisi, di masjid, umat cuek
saja. Lalu siapa yang salah?



Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta  PT Abdi Bangsa 1999



--
Salam,
Jaya


--> I disapprove of what you say, but I will
    defend to death your right to say it. - Voltaire

               \\\|///
             \\  - -  //
              (  @ @  )
------------oOOo-(_)-oOOo-----------
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
--------------------Oooo------------
           oooO     (   )
          (   )      ) /
           \ (      (_/
            \_)

Kirim email ke