catatan:
tulisan di bawah ini sudah lebih dari 2 hari mendem
di mailbox saya karena mikir2 apa diposting apa ngga ya?
Moga2 belum basi karena memang ngga pake bahan
pengawet. Selamat menikmati.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu


---------------tulisan tanpa bahan pengawet-----
Saya pada dasarnya tidak ada masalah bila Gus Dur jadi
presiden mengingat dia termasuk dalam daftar orang hebat
di saya....:)
Dia tuh tipe orang yg rela ngorbanin dirinya sendiri demi
melindungi umatnya pada khususnya dan rakyat Indonesia
pada umumnya.

Yang menjadi masalah sekarang adalah memilih capres
diluar pemenang pemilu. Bagi saya, memilih capres yg
bukan dari capres partai pemenang pemilu itu akan sangat
membahayakan tegaknya demokrasi di negeri kita.
Akan timbul pemikiran di masyarakat, buat apa dong kita
capek2 nyelenggarain pemilu kalau ternyata nantinya presiden
yg dipilih malah dari partai diluar pemenang pemilu.

Dengan memilih presiden di luar partai pemenang pemilu
sama saja dengan menolak demokrasi kalau demokrasi
itu ngga sesuai dengan pilihan kita. Ini pola pikir yg salah
dan sangat berbahaya. Karena kelak, akan terus berulang,
berulang dan berulang. Negara kita ngga akan pernah bisa
tenang jadinya, akan terus ada pergolakan. Itulah sebabnya
saya sangat mengharapkan bagi pihak yg kalah untuk
bisa menerima konsekuensi dari demokrasi. Jangan hanya
demokrasi kita terima bila sesuai dengan pilihan kita saja.
Terus, kalau ngga sesuai maka kita tolak dengan segala cara
dan segala macam alasan.
Kita harus belajar banyak dari orang Amerika tentang
bagaimana rakyatnya menerima konsekuensi dari demokrasi.

Menurut saya, sekali kita melakukan penolakan terhadap
konsekuensi demokrasi, maka akan butuh waktu yg sangat
panjang untuk bisa memperbaikinya. Mumpung sekarang eranya
reformasi dimana kita memperbaiki banyak kesalahan kita
selama ini atas demokrasi.

Kita sebagai orang Indonesia yg tinggal di AS seharusnya mengerti
betul apa itu konsekuensi dari demokrasi. Jangan sampai
hanya karena tidak sesuai dengan pilihan kita lalu kita
menolak menerima konsekuensi demokrasi lalu kita membuat
segala macam alasan untuk membenarkan penolakan
konsekuensi dari demokrasi tersebut.
Inilah yg sangat saya sayangkan dari kelompok madani
dan sudah saya tanggapi secara email ketika petisi itu
diajukan pertama kali beberapa waktu yg lalu di milis permias ini,
yg sayangnya tidak ada tanggapan balik dari pemosting atau pun
Kelompok Madani itu sendiri.

Sebagai kaum intelektual yg tinggal di AS, negeri dimana
kita melihat dan merasakan betapa enaknya bila demokrasi
dijunjung tinggi,  kelompok Madani yg saya asumsikan tinggal
di AS malah ingin memberaki demokrasi dengan menghindarkan
konsekuensi demokrasi.

Seharusnya kelompok seperti kelompok Madani ini kalau memang
mau berjuang memilih Gus Dur sebagai capres, berjuangnya tuh
sebelum pemilu dilakukan bukan setelah hasilnya kita ketahui bersama.
Kalau pemilu sudah selesai, rakyat sudah memberikan suara, khan
aneh banget kalau tiba2 ada kelompok2 tertentu yg ingin menjegal suara
rakyat, ingin menggagalkan suara rakyat dengan menggunakan banyak
dalih seperti capres dari pemenang pemilu itu ngga panteslah jadi presiden,
pendidikannya rendah (S1 ngga tamat), bukan tokoh pemersatu, dan
segala macam excuses lainnya. Padahal, kebanyakan rakyat justru menaruh
kepercayaan ke capres tersebut sehingga partainya bisa jadi
partai pemenang pemilu. Apakah memang kelompok2 seperti Madani
ini lebih hebat dari kebanyakan rakyat?

Saya pribadi selama sebelum pemilu, terus mengkampanyekan anti
Golkar di milis ini dengan menggunakan istilah Asal Bukan Golkar cs (ABG cs).
Saya terus memberikan dukungan terhadap aliansi PKB, PAN, PDIP, yg
bagi saya termasuk partai2 reformasi waktu itu. Bahkan diluar 3 itu pun saya
juga masukan partai2 lainnya seperti PK, PPP, dan partai2 lainnya asalkan
bukan Golkar cs. Sayangnya terakhir2 menjelang pemilu saya melihat banyak
yg mulai ngga jelas dan akhirnya hanya berfokus untuk mendukung tiga
partai reformasi tersebut. Rekan2 di milis permias ini dan juga di milis
rupiah
dan saham bisa mengkonfirmasikan sikap saya dimana saya waktu itu dengan
tegas menyatakan siapapun nantinya yg menang dari antara tiga partai reformasi
ini yg akan memimpin Indonesia periode mendatang, saya yakin Indonesia
akan menjadi lebih baik. Jadi, waktu itu saya percaya rakyat akan memilih yg
terbaik terbaik menurut mereka karena saya yakin rakyat kita tidak sebodoh
seperti yg umumnya orang2 pintar itu katakan yg merasa lebih tahu dan lebih
hebat dari rakyat.

Yang ingin saya sampaikan dalam posting kali ini, bila kita memang
mau konsisten menegakkan demokrasi di negeri kita, jangan setengah2,
jangan hanya menegakkan demokrasi bila itu sesuai dengan keinginan
kita saja. Kita harus konsisten menegakkan demokrasi dengan menerima
pula segala bentuk konsekuensi dari pelaksanaan demokrasi itu sendiri.

Rakyat sebagai pemilik negeri ini telah memberikan suara, mereka telah
menentukan apa yg mereka mau, siapa yg mereka percayai.
Karenanya, jangan jegal rakyat, jangan memanipulasinya dengan segala
macam batasan2. Sudah cukup lama rakyat menderita. Saatnya kini
mereka bangkit untuk memperjuangkan hak2 mereka, untuk mendapatkan
apa yg menjadi hak mereka selama ini yg telah dirampas oleh orba.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke