>From: Budi Haryanto <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]>
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: Re: rancangan kampanye
>Date: Wed, 8 Sep 1999 10:32:10 -0700
>
>Dear rekan permias@ yth.,
>
>Dari diskusi di KSNP'99 Washington D.C. terjadi beda pendapat juga
>antara Faisal Basri dan Didik J Rachbini serta Bungaran Saragih tentang
>Hutang Luar Negeri Indonesia. Didik J Rachbini terlihat mewakili
>kelompok yang 'pesimis' terhadap kemampuan Indonesia membayar
>hutang-hutangnya sehubungan dengan situasi yang belum bisa dipastikan
>menuju ke arah yang lebih baik. Sementara Faisal Basri dan Bungaran
>Saragih lebih berpikir positif dan mewakili kelompok yang 'optimis' >bisa
>mengatasi masalah hutang luar negeri Indonesia tsb dengan >catatan kondisi
>di Indonesia dari segi politik harus diarahkan ke >perbaikan bangsa. Sealin
>itu, Faisal Basri menekankan perlunya >keterlibatan dan tanggung jawab
>negara pemberi hutang terhadap proses >pengembalian hutang Indonesia tsb.,
>yang ia yakini ini sangat-sangat >dimungkinkan untuk pengaturan pembayaran
>hutang-hutang Indonesia.
>
>Kalau kita lihat, kata kuncinya adalah 'perbaikan kondisi politik >negara
>Indonesia'. Kalau yang ini beres, hutang luar negeri kita >(yang kebanyakan
>berjangka panjang dengan bunga rendah dan sebagian >besar justru dari
>swasta) bukanlah sesuatu yang perlu >'dikhawatirkan'.


Saya menjadi bingung dengan statement di atas. Hutang luar negeri kita, yang
selama ini digemborkan adalah hutang negara, bukan swasta. Yang berjangka
panjang dan berbunga rendah juga hutang negara. Untuk menutup hutang negara
saja sudah gali lubang tutup lubang. Kalau hutang swasta lain lagi. Yang ini
jarang dibicarakan.


>Lalu, bagaimana cara manangani kata kunci tsb.?
>
>Kelihatannya, desakan dan tuntutan dalam kebersamaan untuk menjadikan >SU
>MPR betul-betul menyuarakan aspirasi rakyatlah kuncinya.
>Untuk itu, segala macam rekayasa politik yang mencoba untuk >mementahkan
>ini harus sebanyak mungkin dibatasi dan dicegah. Namun, masih akan
>muncul pertanyaan lain, siapa yang akan melakukannya?, dan apakah >mampu?

Sekali lagi mohon maaf. Perbaikan kondisi politik memang harus. Tetapi apa
hubungannya dengan hutang luar negeri yang akan menjadi mudah terbayar sih?
Kalau dibaca lebih cermat, terdapat statement yang bersifat conditional
'kalau negara donor mau terlibat dan bertanggung jawab'. Bagaimana kalau
tidak mau? Menggantungkan keputusan kepada pihak luar rasanya tidak dapat
dibenarkan. Dalam membuat perhitungan harus cermat, dengan memasukkan suatu
safety factor. Jadi bukan sebaliknya.

>Sulit untuk dijawab.
>
>Ketika saya punya pikiran nakal yang saya lontarkan ke Munir >Kontras) di
>KSNP'99, yaitu: 'Kenapa anda tidak membentuk saja pasukan 'snipper' untuk
>nembaki pelaku-pelaku politik jahat di >Indonesia?', dia hanya tersenyum
>saja dengan kecut.
>
>Salam,
>Budi
>

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke