Indahnya DEMOKRASI ...
Makanya Anda harus belajar ber demokrasi dulu.

Soe :-)


-----Original Message-----
From: Irwan Ariston Napitupulu <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tuesday, September 14, 1999 1:43 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


>In a message dated 9/14/99 2:18:51 AM Eastern Daylight Time,
>[EMAIL PROTECTED] writes:
>
>tono:
>>  Sebenarnya saya ingin mengharapkan jawaban bung Irwan yang mengena pada
>>  substansi permasalahan.
>
>Irwan:
>Sudah saya jawab, saya kecewa. Saya kutipkan saja kata2 saya
>tersebut, "Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI."
>Kekecewaan itu saya limpahkan tidak hanya pada anggota DPRD dari
>PDIP yg memilih TNI tapi juga anggota DPRD yg mengaku reformis
>yg saat ini bergabung di poros tengah. Karena ulah mereka yg mbalelo
>dari gerakan reformasi semula dan memilih lebih baik gerakan reformasi
>pecah itulah makanya peristiwa ini terjadi. Sayang sekali bukan?
>Padahal, kalau masing2 partai tidak mbalelo dari suara rakyat
>yg dibawanya, maka sudah pasti hanya partai pemenang pemilu
>di wilayah itulah yg akan memimpin. Akibat ulah kasak-kusuk
>poros tengah maka terjadilah "musibah" ini.
>
>tono:
>>  Sebagaimana yang sering bung Irwan katakan, bahwa
>>  Anda akan mendukung partai manapun asalkan mereka menjalankan demokrasi
>>  secara konsisten.
>
>Irwan:
>Kalau kita mau konsisten, maka partai pemenang pemilu di daerah tersebutlah
>yg otomatis menjabat sebagai ketua. Ini kalau kita mau bicara demokrasi
putih,
>bukan demokrasi kumpul2.  Kalau seandainya di DKI yg menang partai PAN,
>silahkan calon dari PAN yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jabar seandainya yg
>menang partai PKB, silahkan calon dari PKB yg jadi ketua DPRD. Kalau di
Jatim
>seandainya yg menang partai Golkar, silahkan calon dari Golkar yg jadi
ketua
>DPRD. Sangat demokratis bukan?
>Ingatlah, demokrasi rakyat tidak sama dengan demokrasi kumpul2.
>
>tono:
>>  Nah, sekarang kenapa bila ada sebagian besar anggota
>>  fraksi PDI-P yang mbalelo (tidak membawa aspirasi masyarakat) Anda tidak
>>  menanggapinya, akan tetapi Anda malah mempersoalkan poros tengah ?
>
>Irwan:
>Sudah saya tanggapi dengan mengatakan kecewa.
>Poros tengah saya permasalahkan juga karena semua ini tidak lepas dari ulah
>poros tengah juga. Semoga dengan kejadian ini poros tengah bisa sadar dan
>lebih mendahulukan demokrasi rakyat ketimbang demokrasi kumpul2.
>Yang namanya demokrasi rakyat itu tidak harus bisa dilihat hitam atas
putih,
>tapi jauh lebih penting harus ada di dalam hati sanubari setiap pejuangnya,
>pejuang demokrasi rakyat.
>
>tono:
>>  Sekarang sudah ketahuan khan ?  Bagaimana poros tengah akan mendukung
>sebuah
>>  partai pemenang pemilu, bila anggota fraksi yang akan didukungnya pun
>>  sendiri tidak saling mendukung.
>
>Irwan:
>Hehehe....anda bisa saja, apa anda disini mau bilang anggota poros tengah
>tadinya mau milih calon dari PDIP tapi terus berubah? Yang bener aja dong,
>jangan dibolak-balik gitu dong faktanya....:)
>
>tono:
>>  Dan saya sih tetap percaya bahwa kondisi suatu kehidupan demokrasi di
>>  tingkat DPRD (apalagi DPRD DKI Jaya) akan merefleksikan kehidupan
demokrasi
>>  di tingkat nasional (DPR).
>
>Irwan:
>Maksudnya, demokrasi kumpul2 tersebut akan terus dilakukan oleh poros
tengah
>ketimbang sadar diri dan kembali memperjuangkan demokrasi rakyat?
>Kalau memang demikian, saya akan sedih.
>
>tono:
>>  Kasihan rakyat yang sudah capek-capek datang ke TPS untuk memilih wakil
>>  mereka.  Kebanyakan mereka itu orang yang tidak tahu apa-apa.
>
>Irwan:
>Ya, betul. Kasihan pemilih PAN ternyata suaranya untuk PPP, kasiha pemilih
PK
>ternyata suaranya untuk PPP, kasihan....dst. Inilah dampak dari demokrasi
>kumpul2.
>Bandingkan dengan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final,
>pemenang/pengumpul suara terbanyak dialah yg langsung diangkat menjadi
ketua
>termasuk menjadi presiden.
>Jelas sekarang bukan perbedaan dari demokrasi kumpul2 dan demokrasi rakyat?
>
>
>jabat erat,
>Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke