Wah...yang berpendapat kayak gini bukannya sedikit...tapi buaanyyaakk
sekali. Bahkan lebih banyak ketimbang yang berlainan dengan Anda.

Anda mengajak melihat dari sisi lain. Sisi lain yang mana? Sisi lain artinya
dari orang pro-cerai. Kalau dari situ pertanyaannya apakah mereka itu selalu
benar? Yach sama saja kelakuannya dengan milisi dan TNI.

Kekerasan di manapun patut dikutuki. Kalau disuruh milih saya tetap memilih
nasib 200 juta orang Indonesia ketimbang orang Timtim. Yang jelas 200 juta
orang itu lebih menderita ketimbang Timtim. Kok nggak ada yang koar-koar
yach?

Efron

-----Original Message-----
From:   Muhammad Fitri Yannahar [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Friday, 17 September, 1999 9:45 AM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        TIMTIM : Mari melihat dari sisi lain.

Saya punya pandangan berbeda dengan "kebanyakan" orang Indonesia dalam
melihat masalah Timtim. Mungkin saya tidak sendiri, namun saya yakin
jumlahnya pastilah sangat sedikit.

Saya melihat orang Indonesia terlalu emasional dalam melihat kasus Timtim
ini, dan mungkin rasa nasionalisme kitalah yang menyebabkan kita "terpaksa"
berpandangan seperti ini?

Kita menolak dengan "membabi buta" kedatangan pasukan asing (baca: pasukan
PBB), terutama dari Aussie. Mengapa? Karena kedatangan mereka telah
menyebabkan harga diri kita terasa terinjak. Tentera asing yang masuk ke
Indonesia selalu kita anggap ingin memerangi kita dan ingin melanggar
kedaulatan kita di tanah air kita sendiri. Tujuan apapun yang mereka
katakan, keberadaan mereka tidak akan pernah kita tolerir, termasuk tujuan
"kemanusiaan".

Saya tidak melihat hal ini jelek. Tatapi, cobalah tengok dengan hati nurani
kita. Apakah kemarahan dan penolakan kita atas kedatangan pasukan PBB
(siapapun dia) membuat kita telah bersikap adil terhadap warga Timtim?
Tertutupkah hati nurani kita atas pelanggaran HAM di Timtim?

Selama ini terbukti bahwa "Indonesia"lah yang menyebabkan mereka datang,
karena kita dengan "sukarela" telah membiarkan orang-orang kita (Militia dan
TNI) membantai, membakar, memperkosa, membunuh, mengusir, menyiksa, dan
berbagai pelanggaran HAM lainnya terhadap orang-orang Timtim yang menyatakan
"keinginan" mereka.

Anak-anak kehilangan ayah-ayahnya, istri-istri kehilangan suami-suami
mereka, perempuan diperkosa sebelum akhirnya dibunuh, harta penduduk
dirampas sebelum akhirnya rumah mereka dibakar dan mereka diusir ke
hutan-hutan. Sekali lagi, yang melakukan itu semua adalah kita, tentera
"kebanggaan" kita. Tentera yang dulu kita banggakan karena mempertahankan
harkat dan martabat kita dari penjajahan asing.

Sekarang, ketika semua itu sudah tidak ditolerir oleh dunia, dan dunia ingin
mengembalikan harkat dan martabat warga Timtim, kita lantas menjadi marah
kepada mereka. Padahal sebelumnya kita tidak pernah melarang dan tidak
pernah merasa malu atas kelakuan mereka seperti itu. Kita bahkan tidak
pernah peduli sama sekali atas apa yang telah terjadi.

Apakah kedaulatan kita lebih tinggi nilainya dari nilai-nilai HAM? Terus
terang saya tidak ingin menjadi warga dari negara yang suka melanggar HAM.
Kedaulatan bukan untuk tujuan itu. Sebaliknya, kedaulatan adalah untuk
memeliharanya.

Menurut saya, kalaupun ada yang patut disalahkan atas kedatangan pasukan PBB
tersebut ke Indonesia, maka mereka itu adalah Wiranto,  Habibie, para elit
politik Idonesia, dan kita sendiri. Saya membiarkan anda semua yang menilai
mereka semua.



On Thu, 16 Sep 1999 10:55:52   Jeffrey Anjasmara wrote:
>Desersi TNI warga Timtim akan perangi PBB. Mari kita lihat bagaimana
>kesigapan Aussie yang (sengaja) sangat merendahkan kemampuan RI dalam
>menangani masalah di sana.
>
>Keputusan pemerintah untuk memutuskan hubungan militer dengan Aussie (di
>mana mereka sudah membekukannya/suspend sebelumnya) ternyata disambut oleh
>kalangan politisi sipil dan kalangan militer dengan baik. Rasanya memang
>sangat tidak adil kalau kita hanya bersikap 'pasrah' setelah ditempelengi
>pulang-pergi oleh baik pemerintah Aussie maupun oleh kalangan bisnis. Yang
>sangat kurang ajar adalah sikap Howard Coward yang menyepelekan sinyal
>politis dari RI ini, dengan menyatakan tidak ada masalah karena toh
>peninggalan Keating (baca Kompas). Mereka tidak merasa kalau kita sedang
>menabok kepala mereka. ABCNews (yg raw material ya!) menyebutkan bahwa
>pemutusan hubungan militer membawa hubungan bilateral ke titik terbawah
saat
>ini. Herannya mereka tidak merasa perlu untuk memandang penting masalah
ini.
>Mereka menggampangkan bahwa nanti dapat diperbaiki, dengan
>pengertian-pengertian baru.
>
>Ada dua hal yg perlu kita lihat yaitu:
>(1) Pemerintah Aussie
>Howard memperlakukan Timtim sebagai subjek kampanye jangka pendek saja. Ini
>sangat menyedihkan. Hubungan antar negara dianggap sebagai hubungan antar
>anak singkong yang dapat berbaikan setelah 2 jam sebelumnya berkelahi
>memperebutkan sebuah kelereng. Dengan demikian, mungkin perlu dipikirkan
>untuk memberikan tabokan yg lain, agar mereka sadar bahwa hubungan dengan
RI
>tidak dapat dijadikan konsumsi politik domestik sesaat saja. Ternyata si
>Coward ini telah menjadikan issue Timtim untuk melangkah ke pemilu yad.
>Sungguh kasihan warga Timtim yg dijadikan 'pihak ketiga' saja. Sebagai mana
>saya tulis kemarin, bukan tidak mungkin setelah proses pemilu selesai, maka
>warga Timtim hanya berakhir sebagai 'pelengkap penderita'. Bila tidak
>diperlukan ya silakan menderita saja, atau dihapus dari susunan kalimat.
Ada
>kemungkinan lain yaitu berusaha memasukan Timtim ke dalam wilayah Australia
>sebagai mana telah mereka lakukan terhadap Christmast Island, dengan
>memasukkan option ke dalam referendum.
>
>Hal lain yg perlu disimak adalah pernyataan Howard bahwa bila TNI kurang
>kooperatif di dalam suatu urusan, maka tentara raseksa Aussie akan
mengambil
>langkah tegas sesuai dengan mandat UN. Artinya, mereka boleh nge-dor
pasukan
>unyil RI. Ingat, bila pasukan RI sampai menyalakan senjata akan dibilang
>melawan mandat UN. Posisi ini mungkin mirip dengan hukum kita bila menabrak
>mobil di depan kita. Mau mobil di depan berhenti mendadak atau memang
>kitanya telat mengerem, kesalahan akan berada di pihak kita. Makanya lebih
>baik TNI ditarik saja daripada ke kanan kena dan ke kiri juga kena.
>
>Menanggapi Bung Madhan, RI memang terikat treaty NY, tetapi ingat, treaty
>tersebut menyebutkan hanya RI-lah yg bertanggung jawab atas keamanan.
Dengan
>kondisi terbaru saat ini, maka treaty tsb harusnya sudah gugur demi hukum.
>Konsekuensinya kita dapat menarik diri sepenuhnya dari Timtim. Brigjen
>Sudradjat sudah memberi keterangan bahwa TNI akan ditarik at once bila UN
>Troops masuk. Beberapa observer tetap perlu untuk ngecek kelakuan raseksa
>Crocodile Dundee, apakah mereka bertindak adil atau tidak. Ya ini sih hanya
>logika sederhana saya saja.
>
>(2) Kalangan pelaku bisnis dan masyarakat Aussie.
>Kalangan bisnis tidak terlalu memandang penting hubungan dengan RI.
Pressure
>dari kelompok yg berkeberatan dengan berbagai boikot tidak ada. Beberapa
>suara seperti Qantas hanya bersikap menyayangkan, itupun dilakukan secara
>instruksional ke dalam (ke unit buruh mereka). Mereka takut menyatakan
sikap
>ke masy. Aussie. Pemboikotan pengapalan juga menyebabkan penumpukan bahan
>baku tepung terigu untuk Bogasari. Well, apapun/siapapun pemiliknya
Bogasari
>saat ini, tetapi faktanya dia hanya satu-satunya produsen terigu di
>Indonesia. Terlambatnya supply berarti naiknya terigu yg bernilai sangat
>strategis. Saya rasa ini sangat menohok masy. luas kita. Dengan demikian
>perlu dievaluasi apakah kita perlu menghentikan ekspor crude oil ke Aussie.
>Ingat lho, sepertiganya diimpor dari kita. Kita jelas rugi, tetapi dengan
>harga minyak yg sangat baik saat ini (terbaik selama 32 bulan), kita masih
>agak tertolong. Dan kita juga perlu ingat bahwa minyak kita banyak yg
>membutuhkan. Tidak pernah ada kesulitan untuk memasarkan minyak.
>
>Hal lain, Indonesia perlu menyiapkan tuntutan hukum untuk kerugian akibat
>pemboikotan dari penerbangan dan pengapalan ini. Kalau mereka bilang tidak
>bisa karena dapat digolongkan force majeur, maka pembalasan dengan cara yg
>sama dapat dilakukan.
>
>Akhir kata, pendekatan Mahatma Gandhi untuk menyerahkan pipi kiri kalo piki
>kanan kena tampar tidak dapat diterapkan terhadap Aussie. Bisa-bisa kita
>kena gampar kanan-kiri sampai geloyoran.
>
>+anjas
>
>
>------------
>5.000 Desersi TNI Dari Batalyon 744 Dan 745 Siap Perangi Pasukan PBB
>
>JAKARTA (Waspada): Rakyat Timor Timur (Timtim) yang selama ini menjadi
>anggota TNI dan Polri mencapai 7.000 orang. Dengan menangnya
>pro-kemerdekaan, 5.000 di antaranya bertekad akan desersi dari TNI dan
>Polri. Mereka akan kembali ke Timtim untuk mempertahankan daerah
>kelahirannya dan berperang dengan kelompok pro-kemerdekaan maupun pasukan
>asing yang masuk.
>
>"Sebagian dari anggota TNI asal Timtim, yang akan desersi itu berasal dari
>Komando Pasukan Khusus(Kopassus). Mereka cukup terlatih," ujar sumber
Selasa
>(14/9).
>
>Masih kata sumber itu, mereka-mereka yang desersi ini tidak akan
>mempersoalkan lagi, apakah pemerintah Indonesia mendukung mereka atau
tidak.
>Tujuan mereka hanya satu, berperang dengan orang-orang Fretilin yang nota
>bene beraliran kiri. "Jangan sampai orang-orang kiri berkuasa lagi di
>Timtim," ungkap sumber lain.
>
>Sumber itu, belum bersedia mengungkapkan, di mana keberadaan 5.000 tentara
>yang akan desersi tersebut. Hanya dikatakan, sebagian dari mereka telah
>berada di Timtim dan siap melakukan gerilya, untuk mempertahankan daerah
>kelahirannya dari jamahan komunis.
>
>Kapuspen Hankam/TNI Mayjen Sudrajat saat dihubungi Selasa (14/9) pagi
>menyatakan, silakan saja bilang ada anggota TNI asal Timtim yang akan tetap
>tinggal dan berjuang di provinsi termuda itu. Tapi, mereka harus tetap
>keluar dari TNI. Sebab, mereka tidak bisa secara formal menggunakan nama
>TNI.
>     "Bagi anggota TNI, kala status Timtim resmi lepas dari Indonesia,
>semuanya harus pindah dan meninggalkan Timtim. Kalau tetap ada yang
bertahan
>atau bersi-keras tinggal, silakan saja. Namun, mereka harus keluar dari
>TNI," ujar Sudrajat.
>
>Ditegaskannya, TNI tidak punya kewenangan dan kedaulatan lagi di Timtim.
>Sebab itu, TNI akan menarik semua perlengkapan dan senjata yang dimiliki
>oleh orang-orang itu. "Jadi, mereka bisa berjuang, karena itu hak mereka
dan
>ini juga adalah negara demokrasi. Hanya saja, mereka tidak bisa berjuang
>atas nama TNI. Bukan berarti kami tak mendukung, melainkan kita tidak bisa
>berbuat seperti itu. TNI secara organisasi dan seluruh unit jajaranya harus
>keluar dari Timtim," paparnya lagi.
>
>Menurut keterangan, putra asli Timtim umumnya terdapat di Batalion 744 dan
>Batalion 745. Bisa dikatakan, jumlah orang Timtim di kedua batalion
tersebut
>mencapai 70 %. Kedua batalion ini merupakan batalion teritorial. Di samping
>itu, putra asli Timtim terdapat di berbagai kesatuan lain, di antaranya
>Kopassus.
>
>Asisten Operasi dan Strategi Pasukan Prointegrasi, Victorino A Dos Santos
>yang diminta pendapatnya membenarkan hal ini. Dia menegaskan, sampai saat
>ini para milisi prointegrasi dan anggota TNI asal Timtim akan tetap tinggal
>di Bumi Loro Sae. Mereka tidak akan meninggalkan tanah kelahirannya.
>
>Dengan adanya hal ini situasi di Timtim tampaknya akan semakin panas.
>Apalagi, sampai Senin malam, belum ada kesepakatan untuk melakukan
pertemuan
>antara pihak prointegrasi dan prokemerdekaan. "Anggota TNI asal Timtim
sudah
>sepakat tetap bergabung dengan pasukan kami dan tetap mendukung
>prointegrasi, ujar Victorino.
>
>Tentang potensi konflik bila prointegrasi bertahan di Timtim, Victorino
>justru menuduh prokemerdekaanlah yang selama ini berusaha memproklamirkan
>diri. Padahal, berbagai kecurangan yang dilakukan UNAMET belum
>dipertanggungjawabkan. Victorini juga akan bertahan di Timtim untuk
>membuktikan di lapangan, apakah pasukan Dewan Keamanan (DK) PBB yang
>dikirimkan ke Timtim bisa bertindak netral atau tidak.
>
>Karenanya, prointegrasi mempersilakan masuknya pasukan keamanan PBB. Nanti
>kita lihat di lapangan; bisakah mereka bertindak netral memperlakukan
rakyat
>Timtim, ujar Victorino.
>
>Victorino menambahkan, pemerintah Indonesia mestinya melepaskan masalah
>keamanan ke PBB. Dengan harapan, tanpa campur tangan Indonesia, masyarakat
>Timtim akan melihat sendiri bagaimana netralitas kerja DK PBB di lapangan.
>
>Menerima Milisi
>
>Sedangkan tokoh CNRT yang prokemerdekaan, Manuel Viegas Carrascalao
>mengatakan, pihaknya akan menerima para milisi, rakyat prointegrasi, dan
>anggota TNI asal Timtim, yang berhasrat tetap tinggal di Bumi Loro Sae.
>Syaratnya, semua pihak harus mau mengakui hasil jajak pendapat masyarakat
>Timtim yang diumumkan 4 September 1999. Jajak pendapat yang dilakukan di
>Timtim adalah perwujudan proses demokratisasi. Apabila prointegrasi tidak
>menerima, di mana letak demokrasinya, ujar Manuel.
>
>Dia yakin, masing-masing pihak prointegrasi maupun prokemerdekaan masih
bisa
>didamaikan. Apalagi bila proses perdamaian ditangani langsung oleh PBB.
>Menjadi wewenang PBB pula untuk melakukan pelucutan senjata masing-masing
>pihak bila dianggap perlu. Manuel yakin, DK PBB akan bersikap netral dengan
>target utama menciptakan perdamaian di Timor Leste.(bb)
>
>______________________________________________________
>Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>


Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com
Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com

Kirim email ke