Maaf Pak Jeffrey, apa yang membuat AR bisa disebut
sebagai motor penggerak Reformasi ?

Apakah anda kaget apabila ternyata PAN (atau sebagian
Pengurusnya) adalah pendukung Habibie ?

Ini menurut pandangan saya loh....:)

Selamat untuk Pak Amien Rais dan para wakil-nya !


Salam,
bRidWaN


At 09:36 AM 10/4/99 EDT, Jeffrey Anjasmara wrote:
>Kemenangan Amien cuma saya komentari dengan kalimat "Syukur Alhamdulillah".
>Sebagai motor penggerak reformasi satu-satunya, sudah sewajarnya Amien
>mendapat tempat yang wajar. Maaf kalau saya tidak pernah mengakui Mega
>sebagai motor penggerak reformasi.
>
>Yang saya agak kawatir adalah sifat Amien yang sering "pendek akal", yaitu
>dengan menyuarakan pemikiran-pemikiran radikal, yang sering mirip dengan
>Gorbachev, yaitu bagus di jangka pendek, tetapi disintegrasi di jangka
>panjang. Apalagi bila persahabatannya dengan CW yang sering bersikap radikal
>masih dilanjutkan, maka saya jadi makin kawatir. Semoga saja Amien ingat
>bahwa CW sudah berubah pendirian.
>
>Dengan mundurnya Gus Dur dari pencalonan presiden (bila yg dikatakan Yusril
>adalah benar), maka sudah ada tanda-tanda keretakan di dalam poros tengah.
>AM Fatwa membuka kemungkinan mencalonkan Habibie, dan Yusril bilang tidak
>mungkin mencalonkan dia. Dengan kejadian ini PDIP dapat menjalankan taktik
>pecah belah pada poros tengah. Rasanya dengan kedinamisan situasi, bikin
>analisis dari luar cuma buang-buang energi. Calon baru dapat muncul di menit
>terakhir.
>
>Mending kembali ke posisi kita sebagai mahasiswa. Apa yang dapat ditarik
>pelajaran dari sini?
>1. Politik dari dulu kala sudah ribet dan kotor. Makanya saya dulu
>   sering ribut kalau banyak dari kita membuat statement kalau si A
>   tidak mendukung si B dari partai C, maka mengkianati semangat
>   reformasi, dlsb.
>2. Mahasiswa bingung mana yg reformasi dan mana yg bukan. Pernyataan
>   Habibie hari ini rasanya merupakan pernyataan paling reformis,
>   dibandingkan sikap-sikap dari Mega. Sungguh ironis dengan
>   predikat "status quo" yg kita cap-kan di dahinya. Dari awal saya
>   juga sudah bilang bahwa dia lebih reformis dibandingkan Megawati.
>   Hal ini bukan berarti saya mendukung Habibie (toh nggak pengaruh),
>   karena saya merasa Habibie tokoh yg lemah. Mudah ditekan oleh pihak
>   orang lain. Sikap kompromi adalah sikap yg baik. Cuma kita tahu
>   dalam kompromi pasti ada yg kita korbankan. Kejadian Timtim adalah
>   sikap kompromi yg terlalu besar. Saya tidak tahu lagi dengan
>   kemungkinan- kemungkinan sejenis terhadap Aceh, Maluku Selatan, dan
>   Irja bila Habibie tetap naik.
>3. Mahasiswa selalu menjadi minyak pelumas dari jalannya pergantian
>   kekuasaan. Setelah itu, bila piramid lama sudah berhasil digeser
>   oleh piramid baru (dengan minyak zaitun melumasi batang pohon
>   sebagai rodanya), maka minyak zaitun tersebut tidak diperlukan
>   lagi. Akhirnya kehidupan berjalan normal lagi, mahasiswa nggak ada
>   kerjaan akhirnya tawuran lagi....;) Hehehe...;)
>
>Bagaimana dengan sikap mahasiswa? Rasanya jalannya sidang MPR sudah
>mencerminkan sikap reformasi. Terciptanya kubu-kubu juga tidak perlu
>diributkan. Di mana-mana juga begitu kok. Menurut saya sih mending mahasiswa
>sekarang menuntut perbaikan fasilitas sekolah saja. Pemerintah juga sudah
>saatnya memberi fasilitas lab. dlsb. lengkap dengan suasana kondusifnya
>seperti kerjasama dg swasta. Lumayan biar tidak ada yg sekolah ke Aussie si
>negara rasis itu.
>
>Ngomong-ngomong tentang Aussie dan Timtim, SMH hari ini memberitakan bahwa
>Caritas Priest dan puluhan aid workers yang mereka gemborkan mati ternyata
>hidup dan baru kembali dari gunung-gunung. Memang sungguh bangsat bangsa
>Aussie ini. Bila mereka tidak menemukan orang, langsung berkoar sampai ke
>mars bahwa mereka dibantai militia dibantu oleh TNI. Sungguh tidak tahu malu
>menfitnah negara tetangganya.
>
>Mungkin langkah mahasiswa yg perlu adalah mendemo agar pemerintahan yang
>baru membatasi hubungan dengan negara Aussie dan NZ itu. Satu hal lagi,
>dengan bukti bahwa media barat lebih banyak fitnah daripada berita benernya,
>mestinya tuntutan pengadilan internasional yg mereka gemborkan makin tidak
>berdasar. Setiap tindakan seperti itu (misal gerakan para advokat Aussie)
>pasti berlatar belakang ingin menghujam RI dari belakang lagi.
>
>+jeffrey anjasmara

Kirim email ke