Rekan-rekan yth.,

Saya kira, dengan terbukanya topik yang didiskusikan di milis ini, akan
menjadikan sulit membedakan atau mengelompokkan pemikiran 'mahasiswa' dan
non-mahasiswa'. Bahkan batasan pemikirannyapun tidak jelas, apakah
pemikiran 'mahasiswa' untuk topik diskusi yang terbuka tsb punya warna
sendiri as well as 'non-mahasiswa'.

Coba kalau dipersempit, misalnya milis 'geography'. Bisa nggak dibedakan
antara pemikiran atau opini yang 'mahasiswa' dengan yang 'non-mahasiswa'
(tetapi peminat dan atau pernah belajar geography). Saya kira juga masih
akan sulit untuk dibedakan.

Jadi, sebenarnya pemikiran dan opini seseorang seringkali tidak bisa
dibatasi oleh batasan status. Apakah itu kawin atau belum, mahasiswa atau
bukan, juragan atau rakyat jelata.

Lalu, dengan konsumsi topik diskusi yang sangat lebar di milis permias@
ini, mungkin nggak bisa dibedakan antara pemikiran atau opini mahasiswa dan
non-mahasiswa? Kalau memang nggak bisa dibedakan, kenapa harus memilih
eksklusif?
Kecuali kalau yang dibahas adalah topik yang eksklusif (apa iya ada topik
yang eksklusif mahasiswa?).

Lagian, apa bedanya sih antara mahasiswa dengan rakyat biasa?
Selama ini sih saya lebih merasa sebagai rakyat jelata meskipun sedang
pontang-panting sekolah.

Saya setuju dengan pendapat rekan saya Donald.

Salam,
Budi

At 08:49 PM 10/12/99 -0400, you wrote:
>Salam PERMIAS,
>dari dulu saya selalu siding dengan kawan2 non mahasiswa bahwa milis ini
>seharusnya terbuka. Kita juga harus tahan banting dengan opinion2 dari teman2
>non mahasiswa dan non PERMIAS members. Dengan bermacam-macamnya model
>tanggapan di milis ini, seharusnya kita malah belajar lebih banyak.
>Provokasi2 atau thought provokers itu perlu juga sebenarnya supaya dapat
>mendewasakan kita semua.
>
>Only my opinion,
>
>Selamat berjuang,
>Donald
>

Kirim email ke