Anda beruntung sekali bisa bermimpi indah.
Sudah lama saya tidak bermimpi seindah ini.
Soal bambu runcing sih memang engga aneh ya,
karena memang Opa/Oma, Eyang/Mbah, Oom/Tante kita
dulu kan berjuangnya pakai bambu runcing. (katanya lho!)
Yang rada aneh, koq bisa2-nya ada kata 'JEMPOL' ?
Bukannya itu salah satu ciri BANK BALI ?
Salam,
bRidWaN
At 05:19 PM 10/3/99 +0700, Yusuf-Wibisono wrote:
>Warning: Mungkin sedikit out of topic. Sorry about that.
> Yg tidak berkenan, silakan delete langsung.
>;-)
>
>Semalam, saking indahnya pidato Habib pake i di belakangnya,
>saya sampe ketiduran; nggak tuntas. Luar biasa, pidato yang
>bagus sekali (eh, wong ketiduran, kok mengambil kesimpulan.
>Biarin aja, soalnya yg gini-gini lagi trendy... Buktinya,
>kemarin itu orang-orang yg protes UU-PKB banyakan juga
>nggak pernah baca tuntas what the hell UU-PPKB is).
>
>Sampe mana tadi...
>Oh, ya, soal pidato:
>
>Pidato Habibi itu benar-benar digarap secara piawai...
>Cermat, tidak ada salahnya barang sedikit pun; dan sempat
>dipuji-puji penuh kegembiraan oleh para pengamat ekonomi,
>sosial, politik, dan bahkan oleh pengamat pertandingan
>sepakbola, dan bulutangkis.
>
>Demikian pula, saking sukanya dengan pidato itu, para
>demonstran, mahasiswa, dan sebagainya menyambut suka cita
>dengan pesta kembang api dan bedug bertalu-talu. Ini
>harus disyukuri dengan sebaik-baiknya.
>
>Habibie tampil dengan penuh rasa rendah hati.
>Semua orang juga tahu, presiden itu manusia, dan tentu
>ada kelebihan dan kekurangannya; dan Habibie sebagai
>negarawan yg berjiwa besar segede gajah, tampil sangat
>rendah hati.
>
>Di Indonesia ini, yg arogan-arogan biasanya terpinggirkan.
>Dulu Amien Rais agak arogan, akhirnya pemilu cuma dapet dikit,...
>terus introspeksi, jadi lebih rendah hati, bisa jadi ketua MPR.
>
>PDIP dulu agak arogan, mentang-mentang menang pemilu, eh, terus
>voting kalah terus. Terus introspeksi, dan akhirnya dagangan
>sapinya laku... (ketua DPR terpilih sesuai skenario mereka ;-).
>
>Lha, rupanya Habibie menyadari hal itu. Di pidatonya dia
>tidak menyombong barang sedikit pun. Dengan lapang dada,
>dia mau mengakui segala kekurangan dan kegagalannya. Demikian
>pula, recovery ekonomi, inflasi rendah, rupiah terstabilisasi,
>dan sebagainya, yang jelas-jelas merupakan jasanya secara
>pribadi, dan rakyat Indonesia yang lain tidak ada yang
>ikut berkontribusi aktif... sama sekali tidak diakuinya
>sebagai kesuksesannya.
>
>Sebaliknya, untuk kasus Bank Bali, dimana tidak ada seorang
>pun anak buahnya yang terlibat, malah secara legawa diakuinya
>sebagai kesalahannya, dan munduk-munduk meminta maaf kepada
>rakyat. Mengharukan.
>
>Mungkin untuk pidato sekualitas ini, rakyat Indonesia
>perlu tampil bahu membahu, kalo perlu membawa bambu runcing
>di kedua tangan, dan mengacungkan jempol untuk presidennya.
>(Sedikit catatan teknis: karena kedua tangan sudah memegang
>bambu runcing, perlu dipikirkan jempol yang mana yang harus
>diacungkan).
>
>Dengan pidato yang sebaik itu, mungkin agenda reformasi
>berikutnya bisa berjalan dengan mulus. ;-)
>
>;-)
>
>