YTH. Tito Dos Santos Baptista dan Domingo Soares, Dibayar berapa anda oleh Indonesia sehingga masih saja buta mengatakan Timor-Timur adalah masih bagian dari Indonesia? Hasil referendum, menurut statistik, 70-20, untuk kemenangan para Pro Kemerdekaan. Sejak kapan Rakyat Bobonaro menyatakan masih mencintai Merah Putih, apakah ini hanya pendapat beo anda yang dibayar oleh Jakarta?. Anda tidak sadar tanah air anda diporak-porandakan oleh Indonesia? Berapa pastor, biarawati dan gereja lagi yang harus dibunuh dan dibakar agar anda-anda yakin bahwa sebenarnya Indoensia tidak peduli dengan Timor-Timur? MPR/DPR sudah tidak peduli lagi dengan Timor-Timur. Mardhika Wisesa X-URL: http://www.suarapembaruan.com/News/1999/10/191099/Headline/hl073/hl073.html SUARA PEMBARUAN DAILY _________________________________________________________________ Tokoh Integrasi Timtim Desak MPR Tolak Pencabutan Tap No VI/1978 Jakarta, Pembaruan Sejumlah tokoh integrasi Timor Timur yang dipimpin Tito Dos Santos Baptista dan Domingos Soares mendatangi gedung MPR Senayan Jakarta, Senin (18/10). Para tokoh intergrasi itu menyampaikan pendapat mereka kepada Ketua MPR RI Amin Rais, supaya anggota MPR menolak dengan tegas pencabutan TAP MPR nomor VI/tahun 1978 tentang penyatuan Timor Timur ke dalam negara RI. Namun delegasi tersebut gagal bertemu dengan Ketua MPR yang sedang sibuk mengikuti Sidang Umum MPR. Karena itu menurut Tito Baptista kepada Pembaruan delegasi rakyat Timtim, Selasa pagi ini direncanakan akan berupaya lagi untuk bertemu dengan Ketua MPR. Tito Baptista menyatakan, pihaknya meminta MPR untuk menolak hasil jajak pendapat yang diselenggarakan tanggal 30 Agustus lalu karena adanya kecurangan yang dilakukan UNAMET. '' Kita akan menyampaikan sikap kita kepada MPR agar wakil-wakil rakyat itu menolak mencabut TAP nomor VI/ MPR/1978'' tegasnya. Tujuh Tewas Sementara itu Francisco Soares Senin (18/10) di Jakarta menjelaskan bahwa tujuh penduduk sipil desa Sanirin di Timor Timur (Timtim) tewas ditembak Pasukan Internasional untuk Timtim (Interfet) dan 10 lainnya menderita luka-luka sementara 13 orang berhasil menyelamatkan diri. Dijelaskan, perisiwa terjadi ketika 30 orang penduduk sipil Desa Sanirin kabupaten Bobonaro, Timtim, hari Sabtu (16/10), ingin kembali ke desanya mengumpulkan ternak mereka untuk membawanya ke daerah pengungsian di perbatasan NTT- Timtim. Sewaktu mereka sedang mencari dan mengumpulkan ternak mereka, tiba-tiba sebuah pesawat helikopter Interfet menyerang mereka dengan tembakan membabi buta. Sementara 10 orang yang luka-luka saat ini sedang dalam perawatan di tempat pengungsian di Belu, NTT. Francisco yang ditemui di gedung MPR Senayan Jakarta, menyesalkan siap arogan tentara Australia yang membunuh rakyat Timtim yang tidak bersenjata. Padahal rakyat itu ingin menyambung hidup di tempat pengungsian dengan membawa sisa-sisa milik mereka seperti ternak. Ketua Barisan Rakyat Timtim (BRTT) Kabupaten Bobonaro itu menyatakan sikap Interfet seperti seenaknya membunuh rakyat sipil akan membuat rakyat Timtim semakin benci dan membuka potensi konflik yang semakin besar. Sikap demikian mengundang bentrokan bersenjata dengan mereka yang ingin bertahan di tanah kelahiran mereka. Mengenai keinginan rakyat Timtim yang ingin kembali ke kampung mereka, Francisco mengatakan, khusus rakyat Bobonaro tetap ingin kembali, namun selama daerah itu tetap mengibarkan bendera merah putih. Dan jika kembali, maka mereka akan terus berjuang untuk mempertahankan merah putih di wilayah itu. '' Kami akan mempertahankan merah putih. Kaena itu kami akan terus berjuang agar merah putih tetap berkibar di Timtim'' kata Francisco yang juga adalah Keua DPD KNPI setempat. (102) _________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1