Memang jauh lebih baik memilih orang yang cacat fisik (buta penglihatan)
daripada orang yang buta hati.
Terlepas dari manuver-manuver politik pada waktu SU MPR, Gus Dur sebagai
RI-1 adalah kebijakan paling bijaksana yang dilakukan oleh MPR.

Dalam kesempatan ini saya menyatakan salut kepada kebesaran hati Pak Akbar
Tanjung, yang dengan pertimbangan untuk bangsa dan negara menyatakan
mengundurkan diri dari pencalonan wapres (saya yakin kalau beliau maju, Mega
pasti kalah, karena Golkar akan solid mendukung Akbar + Poros tengah yang
benar-benar anti Mega).
Semoga Golkar sukses dalam reformasi organisasi intern-nya


regards
HADI

> Sekedar opini, semoga berkenan. Ini bukan untuk mengungkit-
> ungkit kekurangan orang lain, hanya sekedar berusaha untuk
> melihat dengan jernih.
>
> Apakah penyandang cacat pantas menjadi presiden?
>
> Rupanya bangsa Indonesia (melalui MPR-nya, ditrigger oleh poros
> tengah) telah menjawabnya dengan penuh kemuliaan. Ini sekaligus sebagai
> penghargaan seluruh rakyat Indonesia (mudah-mudahan tidak terlalu
> bombastis) kepada segenap penyandang cacat, tidak saja di Indonesia,
> tapi insya Allah di seluruh dunia. Bangsa Indonesia melihat
> keseluruhan, bukan sekedar melihat kulit. Alhamdulillah.
>
> Dari sisi itu, Indonesia lebih maju dari Amerika atau negara-negara
> lain yang mengaku embah kakungnya demokrasi. Kali ini kita memberi
> mereka sedikit pelajaran hidup (andai saja mereka mau belajar dan
> mengurangi sedikit arogansinya ;-). Soal apakah memang benar
> demokrasi itu memiliki embah kakung atau tidak, itu rasanya tidak
> perlu diperpanjang di sini.
>
> Siapa di dunia ini, manusia, yang tidak memiliki cacat? Siapa?
> Tidak ada. Cacat bagaimana yang dapat diterima? Apakah cacat
> rohani, membohongi publik (ketika diperiksa di bawah sumpah oleh
> jaksa independen); atau berselingkuh dengan pegawai magang,
> saling pagang-pagangan dan bahkan yang lebih dari itu?
> (Catatan: Mohon tidak dicari di kamus manapun pagang-pagangan
> itu artinya apa, karena poinnya bukan di situ).
>
> Bangsa yang besar, adalah bangsa yang tahu mana yang penting, mana
> yang tidak penting. Dunia sekarang melihat, ada bangsa yang tidak
> mempermasalahkan kekurangan fisik yang memang kecil saja artinya
> bagi posisi presiden (dan ini penghargaan tinggi bagi Megawati,
> dan PDI Perjuangan atas sportivitasnya, sebagaimana diungkapkan Gus
> Presiden pada speech pertamanya)... Tapi, dunia juga tahu, ada bangsa
> yang merasa oke-oke saja menerima presiden yang tukang selingkuh, dan
> berani-beraninya menipu rakyat di bawah sumpah... (Sesudah itu
> menggurui bangsa lain pula tentang demokrasi).
>
> Siapa lebih luhur dari siapa, insya Allah waktu akan membuktikan.
>
> Salam,
> Yusuf Wibisono.
>

Kirim email ke