Terus terang saya sangat kecewa dengan Gus Dur. Gus Dur yang saya bela-bela.
Gus Dur yang PKB-nya saya coblos kemudian saya maki-maki karena malah
merangkul PDIP. Sekarang Gus Dur yang satu bulanpun belum beres sudah
membuat keputusan ngaco.

Kemarin saya masih mengira para penasihat macam Hikam yang jadi menteri
bermodal bapaknya yg santri itu yang mempengaruhi Gus Dur. Setelah Gus Dur
menyatakan bahwa inilah hasil pengamatannya selama 30 tahun, maka akhirnya
saya simpulkan Gus Dur benar-benar DUNGU.

Kalau departemen ngaco sih hampir semua juga ngaco. Kalau ada pejabat
memasukkan perempuan ke kantor sih dari dulu pasti ada. Tetapi ini BUKAN
alasan untuk membubarkannya. Jelas Deppen lebih berpeluang dengan skandal
wanita karena juga melingkupi dunia hiburan macam TVRI. Juga Aneka Ria
Safari dulu itu. Kantor di mana TVRI terletak (dekat senayan) juga sering
dipakai rendesvouz bagi kalangan penyeleweng yg paling populer setelah
Ancol. Tetapi ini bukan alasan untuk membubarkannya!

Kemarin saya sudah tulis kalau pejabat baru itu harus orientasi dulu. Minta
para bawahan menjelaskan programnya, setiap bawahan presentasi. Setelah itu
baru si pejabat baru bikin kebijakan baru. Ini adalah prosedur standar!
Bukan asal buka mulut bikin sabda. Gus Dur ini bagaimana?! Ini republik Gus,
bukan pesantren yang milik pribadi!

Kalau benar Gus Dur tidak butuh penasihat, berarti memang Gus Dur orangnya
bodo. Adalah manusiawi kalau setiap orang tidak mampu menguasai semua hal
dan tahu semua hal. Adalah bijaksana bagi orang dalam untuk melihat rumahnya
dari luar. Sebaliknya adalah bijaksana bila orang luar memerlukan masuk dulu
ke rumah untuk mengetahui tentang seluk beluk rumah itu. Bukan cuma melihat
dari luar lalu main cap rumahnya bobrok sehingga mesti diratakan dengan
tanah!

Dalam posting pertama saya menamsilkan janganlah pisau dapur yang digunakan
untuk membunuh lalu semua pandai besi dilarang bikin pisau dapur. Setiap
bentuk penyelewengan harus dibuat lurus kembali, bukan lembaganya yg lalu
dibubarkan.

Departementasi yang lalu-lalu (di jaman ORBA) sudah dipelajari dengan
seksama. Mereka membutuhkan waktu bertahun untuk mempelajari
kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Masalah kemudian menterinya main korupsi
dan Suharto, Inc. merambah kemana-mana adalah hal lain. Anggapan bahwa
Suharto menyusun kabinet untuk bagi-bagi posisi adalah SALAH. Para analis
dari luar yg ngomong begitu banyak yang asbun. Para analis dari pemerintahan
sendiri yg ngomong begitu hanya menggunakan issue ini untuk kepentingan
politis. "Pokoknya ada yg harus dikritik," itu pikiran mereka. Pada masa
kampanye makin banyak yang berlomba membuat kabinet paling kecil juga hanya
untuk mencari perhatian. Mereka sudah tahu bagaimana sebetulnya duduk
perkaranya.

Adalah dungu untuk membalikkan hasil bertahun hanya dengan analisis satu
minggu. Apalagi bila separo harinya dipakai untuk rebutan jabatan, dan
seperempat harinya untuk tidur.

Kita harus bisa membedakan:
- mana issue asli.
- mana issue kembangan bermuatan politis.
Issue departemen banyak yg BOCOR tidak dapat dipungkiri. Kalau issue
departemen yang BOROS, jelas ini tidak tepat. Memang betul banyak praktek
mark-up yg dimulai dari sarangnya di sono (tahu sendiri lah daripada saya
diomelin orang), tetapi juga jelas ada item-item kebutuhan. Ini yang tidak
dapat disangkal.

Sudah lah daripada capek nulis. Sekarang begini saja, siapa panitia
pemilihan menteri? Siapa yang punya pengetahuan administrasi negara? Akbar
Tanjung? Huahaha... Wiranto? Ini lagi.... Amien Rais? yg ini nggak tahu?
Megawati? tahunya ilmu berkebun. See, dari awal mereka ini bertindak
sembrono. Ini gara-gara si Akbar Tanjung yang bikin batas waktu satu minggu
itu!

Panggil dong orang LAN, juga orang PAN (bukan partai). Emang mereka kerja di
situ cuman ngerumpi sama main game Digger-nya DOS? Setiap urusan tanyakan ke
ahlinya dulu. Masalah keputusan boleh deh Gus Dur punya kuasa, tapi bukannya
tanpa informasi yg cukup lalu main hajar bleh. Mana nggak pakai bertahap
lagi. Waduh biyung, ketahuan Wapresnya "puiterrrr" banget, eh, sekarang aku
baru tahu kalau presidennya juga nggak lebih pinter. Tobat-tobat....:)

Kalau modelnya begini, sebentar lagi bakal ada kudeta nih. Huuu...mending
nggak pulang deh. Payeh.


Jeffrey Anjasmara

'---------------------------------------
>Email yang diposting oleh [EMAIL PROTECTED] (Nasrullah Idris)
>
>
>''Kami khawatir staf Bapak yang mengelola ini --mungkin di atas-- tetapi
>tidak langsung turun ke bawah mengecek seperti apa sebenarnya kondisinya,
>Pak. Maaf ini ...'' kata Yunus dengan intonasi suara yang sedikit keras.
>
>Gus Dur kemudian menyatakan simpatinya atas nasib Yunus. Tapi entah kenapa
>Gus Dur sempat menyebut Yunus sebagai Menpen. Saat itu pula Yunus memotong
>pembicaraan Presiden dengan mengatakan sejak Presiden dilantik dia tak
>pernah lagi datang ke Deppen untuk menjaga jangan sampai ada orang lain
>mengutak-atik departemen itu. ''Jangan sampai kedatangan kami juga dianggap
>menuntut-nuntut jabatan. Maaf, tidak, Pak.''
>

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke