Terimakasih Mardhika,

Siapapun yang menulis email yang Anda forward dibawah ini, bukan saja
punya kearifan tetapi juga keberanian. Kearifan, karena muncul ditengah
kekerasan yang ditimbulkan oleh kedengkian yang sudah begitu lama
berlangsung. Keberanian, ditengah melandanya arus deras irrasionalitas
(baca "kegilaan") yang melanda bangsa dan negara kita selama ini.

Karl Marx pernah menulis bahwa "Religion is the sigh of the oppressed
creature, the heart of a heartless world, and the soul of soulless
conditions. It is the opium of the people." Marx menarik kesimpulan
tersebut dari peristiwa sejarah yang tercatat sejak mulai ditulis
manusia. Agaknya apa yang disimpulkan Marx masih berlangsung sampai saat
ini. Tidak usah jauh-jauh mencari kemana-mana ... lihat saja apa yang
terjadi di Ambon, Aceh, Jakarta, disekitar kita, bahkan di mailing list
ini.

Akhir-akhir ini kata yang dianggap paling jorok adalah "provokator" --
yang sering diindetikkan dengan setan jahat, pengacau, biang keonaran,
dsb. meskipun selalu dicari (katanya), sampai sekarang kelihatannya belum
pernah ada yang tertangkap dan mendapat hukuman sepantasnya. Ini
mengingatkan saya pada situasi bangsa India sekitar awal kemerdekaannya.
Saat itu perang antar saudara, abtar tetangga, sesama bangsa sudah
mencapai titik yang dapat menghancurkan. Perbedaan agamalah yang terutama
menjadi pemicu dan minyak pengobar bibit-bibit kebencian dan irihati yang
sudah lama terpendam sejak menjadi kaum terjajah (the "opressed,"
according to Marx). Saling bunuh, saling bakar dan saling menyalahkan
pihak lain, menjadi cara berpikir majoritas masyarakat.

India sangat beruntung karena mempunyai seorang Mahatma Gandhi. Seorang
yang arif dalam melihat kehancuran yang niscaya seandainya kegilaan itu
tidak dihentikan, seandainya balas-membalas itu tidak segera diakhiri.
"An eye for an eye only ends up making the whole world blind," adalah
argumennya yang tidak terbantahkan. Mahatma Gandhi, seorang yang cinta
damai, juga gagah berani. Keberaniannya tidak kalah dibandingkan dengan
pahlawan manapun. "Pahlawan" dalam gambaran umum adalah prajurit atau
pejuang yang gagah-berani ... ready to KILL for the cause. Mahatma Gandhi
satu tingkat diatas itu ... he's ready to DIE for the cause. Dengan
berani dia melakukan mogok makan, dan hanya berhenti --sampai mati
sekalipun-- kalau kekerasan di seluruh India dihentikan. Dan akhirnya,
seluruh rakyat India menghentikan kegilaan mereka! India sungguh
beruntung.

Saya ucapkan terimakasih dan terutama rasa hormat pada "Khadijah Umar."
Memmbaca emailmu itu, saya jadi punya harapan baru akan bangsa dan negara
Indonesia, saya jadi yakin bahwa bangsa kita ini masih punya "second
chance." Saya tidak terlalu heran kalau tidak banyak yang bisa menghargai
tulisanmu itu (bahkan ada yang --gara-gara tulisan itu-- meragukan
jatidiri dan "keislaman"mu).  Mata hati kita seakan memakai kacamata
gelap, tentu saja semua yang dilihat jadi ikut berwarna hitam. Ditengah
kegilaan dan iklim kekerasan dan saling kecurigaan yang pekat, pemikiran
yang jernih dan rasional memang sukar diterima. Guru saya pernah bilang
"orang yang terlalu lama tinggal dikandang babi tidak lagi mampu mencium
harumnya bunga."

Terimakasih sekali lagi, Khadijah... tulisanmu telah menunjukkan bahwa
agama itu sangat indah, buat mereka yang bisa memahaminya. Sayang sekali
sebagian besar dari kita telah merubah agama menjadi "opium" yang
memabukkan, bahkan mejadikannya sebagai minyak pengobar kebencian. Hati
kita sering dipenuhi dengan opium kedengkian dan semangat menyala dalam
mencari dan memerangi "setan jahat.". Padahal tidak usah jauh-jauh,
"setan jahat" tersebut ada didalam hati kita masing-masing. Sekali lagi
saya kutip ucapan  Mahatma Gandhi yang lain, "... the only devils in the
world are those running around in our own hearts--and that's where all
the battles ought to be fought."


Selamat Tahun Baru 2000,

Moko/

*****

At 1:36 AM 12/30/1999, Mardhika Wisesa forwarded the following:

| From: "khadijah umar" <[EMAIL PROTECTED]>
| To: [EMAIL PROTECTED]
| Subject: (94)- Perayaan Natal di TV
| Date: Tue, 28 Dec 1999 17:11:44 JAVT
|
| (94)- Perayaan Natal di TV
| --------------------------
|
| Tadi malam TB Silalahi sang arsitek perayaan Natal di TV
| menyampaikan  sepatah dua patah kata. Mula-mula, sebelum dia mulai
| berbicara banyak, saya  agak khawatir. Jangan-jangan akan terlalu
| banyak ayat seperti: ëAkulah jalan  kebenaran. Barang siapa tidak
| melalui aku, tidak akan memperoleh kehidupan  kekalí.
|
| Ayat itu bila ditafsirkan keliru, sering dianggap berbau pongah.
| Dan  kebetulan lebih banyak yang menafsirkannya secara keliru.
| Sengaja atau  tidak. Lalu bisa dipakai untuk yang bukan-bukan :
| menyombong maupun  ber-asosial.
|
| Ternyata tidak. Ternyata si arsitek itu berbicara sangat indah.
| Indahnya tak kalah dengan  sambutannya Gus Dur. Seorang teman saya
| yang biasanya sering ekstrim, tapi  kali itu justru memuji. Bahkan
| ia sampai bertepuk tangan waktu Silalahi  bercerita tentang sebuah
| toleransi.
|
| Yaitu tentang operet 6 babak. Yang jadi Maria seorang yang cantik
| sekali,  berdarah Amerika campur Batak. Yang jadi Yosep seorang
| muslim (!). Yang  berlelah-lelah harus berlatih peran dimasa lapar
| dahaga puasa.
|
| Ketika ditanya, "Apakah yakin, mau memerankan tokoh Yosep dalam
| operet  Kristen ini dan apakah tidak ada masalah dengan agamamu?".
| Dijawabnya, "Tidak ada masalah, dan tidak ada yang bisa
| menggoyahkan  keyakinanku terhadap agamaku".
|
| TB Silalahi memuji sikap itu. Dan kami orang Islam memuji TB
| Silalahi.
|
| Kelihatannya mulai tumbuh benih-benih rasionalitas di kalangan
| orang muda.  Islam maupun Kristen. Ini perlu dipupuk supaya subur.
|
| Bila spiritualitas yang sedikit banyak subyektif adalah ibarat
| jalan-jalan  didalam kota, maka jembatan menuju kota lain adalah
| rasionalitas itulah. Di  atas jembatan kita berpegang tangan,
| bersalaman, saling mengenal.
|
| Selamat tinggal irrasionalitas. Selamat datang jembatan
| rasionalitas.
|
|
| Khadijah - Islam moderat
| Padepokan Silat Langkah Suci
| Ciganjur
|
| ----- End of forwarded message from khadijah umar -----

Kirim email ke