In a message dated 1/4/00 10:46:51 AM Eastern Standard Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

> Mahendra:
>
>  Saya sebagai orang Kristen Indonesia yang dapat berpikir tenang dan saat
ini
>  kebetulan sedang hidup di AS akan menjawab pertanyaan anda dengan jawaban
> bahwa
>  langkah yang harus dilakukan adalah mengumpulkan lagi dana dan daya untuk
>  membangun kembali gereja itu, serta tidak menjadi hakim sendiri atau
> mengamuk
>  secara membabi buta akibat nafsu amarah balas dendam. Dalam melakukan
> langkah
>  pembangunan kembali gereja itu, saya akan mengajak seluruh kelompok
> masyarakat di
>  daerah itu untuk bergotong royong.
>
>  Sementara itu, apabila saya diminta untuk membantu Saudara-saudara Muslim
> disana
>  untuk membangun kembali masjid mereka yang hancur dan terbakar, maka saya
> pasti
>  akan bersedia melakukannya.
>
>  Salam
>  Mahendra


Irwan:
Pak Mahendra, memang itulah yg seharusnya kita lakukan.
Saya pernah ngobrol2 dengan dengan rekan saya yg orang Ambon.
Saya tanyakan, kenapa sih masalah Ambon koq ngga kelar2 juga?
Apa ngga bosen tuh bertikai terus?
Dia hanya menjawab:
Ya, gimana ya wan, bukannya mereka senang bertikai. Tapi
rasa dendam itu ngga gampang untuk dihilangi di kedua belah pihak.
Bisa loe bayangin ngga, gimana rasanya bila melihat orang tua loe
dibantai habis, dibunuh. Atau adik/kakak loe dianiaya, diperkosa.
Rasa sakit hati dan dendam bukannya tidak mungkin akan terus
membara di hati mereka, kedua belah pihak. Inilah yg sebenarnya
masalah yg pelik untuk diatasi. Bahkan suara tetua/tokoh masyarakat
sudah ngga didengar lagi.

Pak Mahendra, kita mungkin sebagai pihak yg tidak terlibat
langsung dengan keluarga korban akan mudah berkata agar mereka
saling memaafkan dan mengampuni. Tapi saya bisa maklum kalau
hal ini dilapangan akan sulit dipraktekan.

Pak Mahendra bisa lihat sendiri bagaimana beberapa rekan
di milis ini yg begitu gereget bahkan beberapa diantaranya sampai
emosi membaca kasus Ambon. Apalagi pihak yg mengalami
langsung atau terkait dengan korban.

Itulah sebabnya saya mencoba membukakan masalah ini
dari sisi lain, dari dua sisi, dimana kedua pihak sama2 menderita
sama2 berbuat jahat akibat dendam yg terus membara.
Saya tidak berusaha mencari siapa yg benar dan siapa yg salah,
tapi lebih kepada mencoba mengajak rekan2 untuk turut
memikirkan bagaimana caranya agar rasa dendam itu tersebut
bisa diredam sehingga jatuhnya korban bisa dikurangi bahkan
dihentikan.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke